Suasana hari itu di rumah Theo Harsyah begitu ramai. Beberapa orang asing berseliweran, menyiapkan makanan di taman belakang rumah Theo, sementara wajah-wajah yang tidak asing sudah memenuhi area belakang rumah.
Ayu dan Sigit baru saja menyelesaikan prosesi agama dan catatan sipil untuk pernikahan mereka, dan saat ini Sigit mendorong kursi roda Ayu menuju sofa di teras belakang, dan membantunya duduk di sana. Lalu Sigit duduk di sebelah Ayu, terus menggenggam tangannya erat.
"Kamu cantik."
Sigit tidak bohong. Ayu terlihat begitu cantik, dengan wajah penuh senyum, dan make up yang tidak terlalu tebal, namun tetap memancarkan pesonanya. Ditambah lagi, setelah malam lamaran itu, Sigit dilarang bertemu dengan Ayu. Mereka hanya bisa teleponan, itupun dilarang video call. Katanya Ayu harus dipingit. Ada-ada saja.
"Kamu udah ngomong itu lebih dari sepuluh kali, Git."
"Ya, habisnya kenyataan. Apalagi yang cantik ini isteriku."
Ayu tergelak, membuatnya semakin terlihat cantik.
"Gombal banget, Git. Atau sekarang aku harus panggil kamu Mas, karena kamu udah naik pangkat jadi suami aku?"
Sigit ikut tertawa.
"Kok kayaknya absurd banget kalau kita pake panggilan sayang begitu."
"Siapa bilang itu panggilan sayang? Mas itu singkatan dari ikan mas koki."
"Emangnya aku mirip ikan mas koki?"
"Mirip. Tuh jidatnya jenong," ledek Ayu sambil memasang wajah serius.
"Nggak ah. Ngaco kamu. Aku ganteng begini dibilang jenong."
"Jenong kok, tuh," kata Ayu sambil menyentuh dahi Sigit dengan tangannya yang bebas.
"Kalau aku jenong, terus yang kamu umpetin di balik poni kamu apa dong?" Ayu berdecak kesal.
"Idih, kok rese?"
"Lho? Siapa mulai duluan? Kamu panggil aku Mas, aku panggil kamu Lou deh. Singkatan dari Louhan. Kan lebih jenong tuh. Kita pasangan jenong deh."
"Apa sih, Git," kata Ayu, mau pura-pura kesal, tapi jadinya dia tertawa.
"Ya udah, aku panggil sayang aja gimana?"
"Geli ah, Git."
"Sayang, Masayu baby, kesayangannya Mas Sigit-"
"Najis banget, Git. Ih kamu mah, habis nikah kenapa makin norak sih?"
"Efek lama nggak ketemu kamu, Yu."
Ayu tertawa terbahak-bahak sambil memukul lengan Sigit.
"Dasar gila."
"Lho, kok malah ngatain suami sendiri. Kualat lho, tar."
"Iya, Git, suka-suka kamu deh."
"Yang baru nikah, seru banget ya. Kayak di dunia sendiri. Tamunya dianggap pajangan doang."
Ayu dan Sigit sama-sama menoleh dan menemukan Theo dan komplotannya di depan mereka, sambil membawa piring berisi makanan, dan tersenyum lebar.
Mereka menarik kursi, dan duduk membentuk lingkaran, menghadap kedua pengantin itu.
"Lo nggak makan?" tanya Hansen.
Sebelum Sigit dan Ayu sempat menjawab, Rickon menyeletuk, "nggak usah makan lagi, saling lihat aja udah bikin kenyang kok."
"Ledek aja terusssssss...."
"Kapan lagi bisa ledekin lo, Git. Kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya," sahut Ronald sebelum menggigit tempura.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu
ChickLitMasayu, manajer baru Band Petir sangat menyadari kalau pekerjaan barunya ini akan jauh lebih berat dari pekerjaannya sebelum ini, terutama karena keberadaan pria itu. warning 18++ Start : 24jun'18 End : 18ag'19 Cover by @AVAVVA