DIBACA DULU A.N DARI SAYA YA!
Ini sedikit lanjutan dari kisah Florencia, untuk pemberesan sedikit masalah di masa lalu, jadi yang belum baca Florencia, silakan baca dulu, daripada kena spoiler wkwkwkwk *malah ngiklan*
Soalnya nyambung ke cerita selanjutnya, jadi nanti baca cerita aku selanjutnya ya *ngiklan lagi* *bodo amat*
Bagian ini penuh dengan easter egg 🙈 silakan berasumsi kalau ketemu easter egg dari saya, tapi nggak akan saya jawab ya. Bahaya entar spoiler.
Yang belum baca part Sigit terngenes karena dikerjain keluarganya Ayu, silakan balik ke part sebelumnya.
Yang lupa Sigit siapa, silakan balik ke part satu. 😛
Enjoy
------------------------
Begitu pulang dari rumah Ayu, mereka semua, termasuk Theo, pulang ke rumah Hansen.
Begitu masuk ke rumah Hansen, Rickon dan Ronald - yang paling kuat diantara mereka berenam - langsung menyeret Sigit ke kursi dan berdiri mengelilinginya.
"Jadi lo punya rahasia dari kita, Bro?" tanya Rickon tanpa basa basi.
"Maksud lo?"
"Soal keluarga lo."
"Lo nggak pernah bilang apa-apa soal keluarga lo," kata Hansen.
"Keluarga gue kan kalian semua. Maksud lo apa?"
"Soal nyokap lo. Theo dan Liam tahu kan? Tapi lo nggak ngasih tahu kita bertiga. Dan gue pikir kita sahabat lo," kata Ronald dengan nada kalem, namun matanya menusuk tajam.
Sigit menatap Theo dan Liam yang hanya berdiri diam, dan Theo mengangkat bahunya.
"Gue nggak ngomong apa-apa."
"Saya yang bicara. Saya pikir, kalian bersahabat lama, dan mereka menyayangi kamu. Tidak ada salahnya mereka tahu tentang kamu," ucap Liam, lalu saat melihat wajah Sigit yang melotot kaget, dia melanjutkan, "tapi saya tidak bercerita apa-apa. Saya cuma bilang kalau kamu punya kisah tentang kedua orangtua kamu, sebelum kamu masuk panti asuhan."
"Jangan salahkan Liam. Kita yang nanya ke dia, karena ucapan lo pas lamaran Ayu barusan," bela Rickon, lalu kembali menatap Sigit.
"Tapi kalau lo nggak mau cerita, ya nggak apa-apa. Kita cukup tahu aja, kalau kita nggak dipercaya," kata Hansen lagi, dan mereka berlima mundur menuju ruang keluarga, meninggalkan Sigit yang terdiam.
Sigit tidak siap. Dia tidak akan pernah siap menceritakan masa lalunya. Theo dan Liam pun tahu bukan karena maunya. Mereka tahu karena mereka harus tahu. Liam berkaitan erat dengan masa lalunya, dan Theo adalah kerabat dekat wanita yang dia cintai. Satu-satunya orang yang tahu semua kisahnya dari mulutnya sendiri hanya Ayu.
Tapi perkataan ketiga sahabatnya menusuknya dalam. Mereka sudah saling kenal lama, berbagi suka duka, dari hal yang baik sampai yang buruk bersama. Sigit bahkan bisa bilang, dia mempercayakan nyawanya pada mereka. Namun sekarang itu terdengar seperti omong kosong. Bercerita tentang masa lalunya saja dia tidak sanggup.
Sigit menarik nafas, dan berjalan menyusul mereka ke ruang keluarga, dan duduk di samping Hansen.
Theo membuka kaleng bir dingin di hadapan mereka, yang entah kapan dia ambil dari kulkas, lalu mengangkatnya.
"One shot, one truth. Setuju?"
Keempat pria yang lain mengambil kaleng bir masing-masing dan membukanya. Sigit menarik nafas panjang, dan ikut melakukannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu
Chick-LitMasayu, manajer baru Band Petir sangat menyadari kalau pekerjaan barunya ini akan jauh lebih berat dari pekerjaannya sebelum ini, terutama karena keberadaan pria itu. warning 18++ Start : 24jun'18 End : 18ag'19 Cover by @AVAVVA