jū-ni

65.4K 5.5K 187
                                    

Hari ke-24

Ayu meluruskan badannya yang pegal-pegal kebanyakan duduk, lalu mematikan komputernya. Pekerjaannya hari ini sudah selesai, dan Ayu berencana ngumpul-ngumpul dengan dua sahabat rumpinya.

Rini masuk ke ruangan, dan mendekati Ayu.

"Hai, Mbak. Mereka sudah rekaman?" tanya Ayu, dan Rini mengangguk.

"Lagi rekaman tuh. Kamu nggak mau liat?"

Ayu menggeleng. Dia terlalu malu untuk mendengar lagu itu dinyanyikan. Rini hanya tersenyum tipis, geli melihat ekspresi Ayu.

"Oh ya, Mbak. Mau keripik kentang?" tanya Ayu sambil menyodorkan bungkusan keripik kentang.

Sejak hari itu, Sigit tidak pernah absen menyediakan camilan untuk Ayu. Camilannya juga bervariasi. Kadang pocky cokelat kesukaan Ayu, kadang keripik kentang, keripik singkong, mie lidi, makaroni kering, atau apapun yang rasanya asin-asin pedas, mengingat Ayu tidak menyukai makanan manis. Sigit juga rutin mengirim bunga beberapa hari sekali untuk mengisi vas bunga di meja Ayu.

Mereka juga kadang mengobrol dengan santai, dan dengan kompak meledek balik anggota Petir lain yang kadang suka meledek kedekatan mereka.

"Boleh, thank you," kata Rini sambil mengambil beberapa keping keripik kentang, lalu dengan perlahan duduk di kursi sebelah Ayu. Perutnya yang mulai membesar, sedikit banyak membatasi ruang geraknya.

"Jadi kapan mereka akan syuting MV dan photoshoot untuk cover, Mbak?"

"Tiga hari lagi."

Ayu mengeluarkan jurnalnya dan mencatat.

"Di mana, Mbak? Tiga hari lagi kan Willy ada press conference film terbarunya."

"Oh iya. Dia kan jadi ambil job itu ya."

Ayu terkekeh, ingat alasan konyol Willy mengambil peran dalam sebuah film komedi romantis.

"Emangnya Sigit doang yang bisa main film?? Gue juga bisa!"

Mbak Rini mengulas senyum tipis.

"Press conference-nya pagi kan? Kamu bisa temani? Nanti langsung bawa Willy ke tempat syuting aja. Nanti saya atur supaya empat yang lain take bagiannya masing-masing duluan."

"Oh, bisa, Mbak. Nanti Mbak stand-by?"

"Mungkin. Sampai kamu datang, lah."

"Oke."

***

Mereka menyelesaikan bagian rekaman hari ini dengan cukup cepat, dan memutuskan untuk melanjutkannya besok. Di dalam studio, ke-lima personil Petir sedang membereskan peralatan mereka sambil mengobrol.

"Jadi lo belum jadian sama Ayu, Bung?" tanya Edo penasaran. Mereka semua sudah tahu Sigit dan Ayu ada sesuatu, tapi yang tidak mereka pahami, Sigit dan Ayu masih bertahan dengan status TTS. Teman tapi Sayang.

"Belom," jawab Sigit pendek.

"Pengen tikung, tapi udah diklaim. Didiemin, tapi Ayunya masih single. Galau aku tuh," kata Edo.

"Lo yang nggak single, Buduk!!" ejek Rizal keras.

"Soon to be, lah, Bang. Nggak seneng aja sih."

"Perceraian lo alot banget sumpah. Kapan baru kelar sih??"

"Udah disetujui kali, sama pengadilan. Sekarang tuh masalahnya harta gono gini. Masa dia minta rumah gue yang di Pondok Indah juga? Itu kan hasil kerja gue, kagak pakai duit dia sama sekali."

KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang