san

92.6K 6.8K 359
                                    

Menjadi manajer untuk sebuah grup band ternyata cukup berbeda dengan menjadi manajer aktor. Selain karena jumlah personel yang harus diatur ada lima orang dengan kesibukan berbeda, jadwal latihan yang hampir dilakukan setiap hari membuat Ayu sibuk.

Tapi semua tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kesibukan mengurusi official account Petir. Rasanya Ayu lebih rela ikut bungee jumping yang sangat dia takuti dibandingkan membaca semua jeritan fans Petir, maupun hinaan dari para haters. Kadang, kalau kepalanya sudah terlalu pusing membaca email dan komentar yang masuk, Ayu iseng membuka link fanfic yang ada di komentar, dan dia akan berakhir dengan kegalauan akut, antara ingin tertawa terbahak-bahak atau muntah-muntah.

Seperti saat ini, saat Ayu membaca fanfic tentang pasangan Willy - Sigit yang membuatnya mengerutkan kening dalam-dalam, tiba-tiba beberapa suara menyapanya.

"Lagi ngapain, Yu?" sapa suara yang Ayu kenali sebagai milik Willy.

"Baca cerita kamu dan Sigit. Sudah selesai latihan?" tanya Ayu tanpa mendongakkan kepalanya.

Ayu berjengit kaget saat suara yang tidak asing sama sekali berbicara tepat di samping telinga kirinya,"Wow, saya nggak tahu kalau kamu suka baca fanfic."

Ayu secara spontan menjauhkan kepalanya ke arah kanan, namun kepalanya menghantam kepala lain di sana.

"Aw!!"

Ayu merasakan kepalanya berdenyut sakit dan pandangannya langsung berkunang-kunang, dan tiba-tiba sebuah tangan yang besar menangkup kepalanya dan mengusapnya lembut.

"Bego banget sih lo, Tot! Ngapain coba lo di sebelah manajer kita."

"Ya, lo juga di sebelah dia! Mana gue tau dia tiba-tiba gerak gitu! Berhenti panggil gue Bontot bisa kali, Git!" kata Willy sambil mengusap kepalanya yang juga sakit.

"Lho, lo emang bontot kan?"

"Gue cuma beda setahun masuk Petir sama lo!"

"Bersyukurlah kalo gitu. Gue tiga tahun dipanggil bontot, lo baru aja setahun udah ngeluh. Cupu!"

Ayu baru menyadari kalau tangan Sigit masih mengusap kepalanya, dan buru-buru menyingkirkan tangan Sigit darinya. Tapi apa yang dia lakukan salah besar. Sigit justru menggenggam tangannya erat dan tidak melepaskannya walaupun Ayu sudah berusaha melepaskan diri, dan malah menggunakan tangannya yang masih bebas untuk mengusap kepala Ayu.

"Kepala kamu masih sakit?"

"Saya- nggak apa-apa," kata Ayu sambil melotot kepada Sigit, walaupun kepalanya masih berdenyut sakit. Gila, kepala Willy terbuat dari apa sih? Semen batako?? Atau batu prasasti??

"Aduh, sorry ya, Yu. Kata mereka kepala saya memang keras. Aduh, benjol ya?" kata Willy sambil menekan tempat mereka tumbukan tadi, dan Ayu berjengit.

"Bentar saya ambilin obat dulu," kata Willy lagi dan langsung keluar meninggalkan mereka berdua.

"Lepasin tangan saya," kata Ayu, masih berusaha menarik tangannya lepas dari Sigit, tapi Sigit bertahan. Tangannya yang lain justru naik dan kembali mengusap kepala Ayu.

Dan yang Ayu tidak duga sama sekali, Sigit mengecup tempat benjolnya, dan Ayu melotot kaget saat Sigit berbisik lembut, "sakit, sakit, pergilah."

Belum hilang kekagetan Ayu, Sigit sudah melepaskannya dan keluar dari ruangan, meninggalkan Ayu yang terpaku kaget.

Apa yang barusan terjadi??

***

Willy melihat semua dengan kening berkerut. Dia tidak bodoh. Dia tau jelas, Sigit tertarik dengan manajer baru mereka, tapi tidak mau mengaku. Dan manajer baru mereka juga tertarik dengan Sigit, tapi pasti tidak mau mengaku.

KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang