Willy dan Edo belum diizinkan masuk ke ruang inap Rini karena Rini sedang berusaha menyusui bayinya. Mereka berdua duduk di luar ruangan, sambil melihat ke arah Ayu menghilang.
"Kok dia nggak balik-balik ya?"
"Iya, lama ya. Mau dicek?"
"Apa perlu, Bang?"
"Ya, kita nggak ngapa-ngapain juga di sini. Yang lain belum nyampe juga."
"Ya udah," kata Willy sambil berdiri diikuti Edo. Mereka menuju ke arah Ayu menghilang, lalu Willy menangkap sosok yang tidak asing di matanya, keluar dari pintu emergency exit.
Perasaannya tidak enak.
Willy langsung berlari menuju pintu itu, sementara sosok yang dia kenal itu sudah berjalan cepat menjauh, tak menyadari keberadaannya.
Begitu membuka pintu, Willy langsung melotot kaget. Edo yang menyusul di belakangnya pun terkesiap kaget.
"Bang, tolong panggil dokter!"
Edo mengangguk dan langsung meninggalkan Willy yang terburu-buru turun mendekati Ayu. Namun Willy sama sekali tidak berani menyentuh Ayu, melihat kondisinya.
Ayu sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri, dengan kepala berdarah dan posisi tubuh yang janggal.
Tak lama, dokter dan perawat sudah muncul di sana, dan dengan sigap melakukan pertolongan pertama dan memindahkan Ayu ke UGD, diikuti mereka berdua.
"Astaga, kalau kita nggak nemuin Ayu, apa nasibnya- kok lo tau Ayu di tangga darurat, Tot?"
Willy diam, menarik nafas panjang, lalu membuka ponselnya.
"Bang, tolong kabarin Sigit. Gue mau mastiin sesuatu dulu."
Willy menempelkan ponselnya di telinga, dan untuk pertama kalinya Edo melihat wajah Willy yang tanpa senyum.
"Ya?" sapa orang di seberang telepon, dan Willy langsung bertanya tanpa basa-basi.
"Shania pernah ketemu Ayu?"
"... Pernah. Sekali." Willy langsung mengumpat.
"Kamu di mana?"
"Otw pulang. Kenapa?"
"Ayu jatuh di tangga darurat rumah sakit. Orang terakhir yang aku liat keluar dari sana mirip dengan Shania."
"... Kamu yakin?"
"Yakin. Tapi sebaiknya dipastiin dulu. Kamu bisa tolong?"
"Ya. Rumah sakit mana? Keadaan Ayu gimana?"
"Sekarang di UGD. Belum tau. Tapi kelihatannya nggak bagus."
"... Nanti aku ke sana. Jaga dia ya."
"Nggak perlu kamu suruh, aku bakal jaga. Tolong kamu pastiin aja. Kalau emang dia yang bikin Ayu begini, aku nggak akan diam. Nggak peduli dia anak dari isteri kesayangan bokap sekalipun."
***
Sigit baru saja menginjakkan kakinya di rumah sakit saat telepon dari Edo mengejutkannya.
Dia bergegas menuju ke UGD, dan saat dia dengan terburu-buru berusaha masuk mencari Ayu, Edo langsung menahannya.
"Kita belum boleh masuk. Dokter sedang memeriksanya."
"Ada apa ini, Bang? Kenapa Ayu bisa jatuh??"
"Gue juga kagak tau, dia tadi emang nyuruh gue sama Willy jalan duluan karena mau nerima telepon, dan karena nggak balik-balik, kita nyariin dia. Tiba-tiba kita nemuin dia di tangga darurat, udah pingsan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu
ChickLitMasayu, manajer baru Band Petir sangat menyadari kalau pekerjaan barunya ini akan jauh lebih berat dari pekerjaannya sebelum ini, terutama karena keberadaan pria itu. warning 18++ Start : 24jun'18 End : 18ag'19 Cover by @AVAVVA