ni jū - go

59.1K 5.4K 254
                                    

Part ini panjang banget sih. Nyaris 4000 kata. Saya berusaha menebus libur saya yang sangat panjang, nyaris sebulan lebih. Apakah saya dimaafkan? 😣😣

Selamat membaca, semoga suka..

-----------------------------------------------------

Hari ke - 118

Setelah penundaan selama lebih dari dua minggu, akhirnya single terbaru Petir diluncurkan hari ini. Sejak pagi Rini sudah mengatur tetek bengek di Bloom Cafe - Kafe milik Flo - yang dijadikan tempat konferensi pers untuk peluncuran kali ini, sementara Ayu sibuk memastikan kelima anggota Petir datang on time.

Ayu duduk di meja resepsionis kantor manajemen musik Petir, menunggu lima pria itu berkumpul, lalu mereka bersama-sama menuju tempat press-con, sembari sesekali berbalas pesan dengan Rini.

"Hei, Yu. Pagi amat?" sapa Rizal sambil melambaikan tangannya. Ayu mendengus.

"Pagi? Bang Rizal mabok ya? Udah terang benderang gini kok pagi."

"Sorry deh, Dek Yu. Yang penting Bang Rizal datangnya nggak telat kan?"

"Telat. Tapi karena Bang Rizal datang pertama, dimaafkan."

"Wazzupp yooo," sapa Willy dengan sumringah, dan Ayu melotot saat melihat warna rambutnya berubah menjadi hijau mint.  

"Kemarin masih pirang kan???" 

"Ganti suasana, Yu. Bagus kan?"

"Buset, Tot. Permen dari mana sebanyak itu sampai bisa lo tempel di kepala?"

Willy mengumpat saat mendengar ledekan Rizal, tapi Ayu tidak terpengaruh. Dia masih melotot shock.

"Yakin kamu nggak bakal dimarahin Mbak Rini?"

"Udah biasa kok. Palingan kayak waktu itu."

"Oh, pas lo cat rambut jadi ungu itu ya?"

"Ungu??"

"Eh, buset. Bencong darimana bisa masuk sini- oh, ternyata si Bontot," sapa Yudi yang baru saja datang berbarengan dengan Edo.

"Sialan Bang," gerutu Willy, dan Ayu akhirnya tertawa. Willy cocok memiliki rambut warna warni begini, karena wajahnya cantik, mirip idol Korea. Tapi dia kelihatan sangat kebanting di antara personil yang lain yang wajahnya sangat Indonesia, apalagi Rizal yang brewokan dan berambut panjang ikal berantakan.

"Tinggal Sigit yang belum muncul ya?" tanya Yudi, dan Ayu mengangguk. Edo langsung bergerak mendekati Ayu, dan berdiri di sebelahnya walaupun tanpa bersinggungan dengan Ayu.

"Mumpung gorilanya belum datang, boleh dong Abang ngobrol asyik sama Dek Ayu."

"Lho, emangnya kapan Bang Edo nggak boleh ngobrol sama saya?"

"Ya boleh sih, tapi Dek Ayu nggak liat mukanya si Gorila tiap Abang ngajak Dek Ayu ngobrol? Rasanya Bang Edo udah mau dikuliti hidup-hidup. Serem banget."

"Kalau serem, jangan berdiri dekat-dekat Ayu, Bang."

Ayu dan Edo langsung menoleh dan melihat Sigit yang menatap keduanya tajam.

"Mampus, Do," bisik Rizal dari belakang, dan Edo malah mendekati Ayu dan berbisik, "Tolongin Bang Edo, Yu. Nanti kalau Bang Edo dikuliti, nggak ganteng lagi dong."

Ayu tertawa geli, sementara Sigit masih menatap mereka berdua dengan galak.

"Bang Edo..." panggil Sigit dengan nada penuh ancaman, dan Edo mengangkat tangannya tanda menyerah. Dia mengambil satu langkah menjauh dari Ayu dan melempar senyum kecut pada Sigit.

KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang