shi jū - kyu

44.7K 5K 533
                                    

Part ini bakal agak drama ya, karena actually aku nggak gitu ngerti hukum di Indo, jadi agak ngarang. Kalau mau benerin, boleh kok. Kali aja aku mau revisi ya kan hehehe

(Emang kapan lo nggak nge-drama, hah?) Ya maap lah, aku emang agak drama 🙈

Enjoy

---------------------

Seperti hari sebelumnya, Ayu kembali mengusir Sigit dari rumah, bahkan sebelum jarum pendek menunjuk ke angka delapan pagi. Lalu Ayu duduk di taman samping rumah Flo, menikmati cahaya matahari yang cukup menyengat, saat suara yang dikenalnya menyapanya.

"Hei."

Ayu menoleh, dan tersenyum lebar.

"Hai. Duduk sini."

"Sigit udah berangkat."

"Udah dong."

"Orangnya sudah datang, Yu."

"Nanti. Duduk dulu, Liam."

Liam mengambil tempat di kursi sebelah kursi roda Ayu, dan menatap ke arah yang sama yang dipandangi Ayu. Sejenak keheningan menyapa keduanya, sebelum Ayu memecah keheningan itu dan bertanya tanpa menatap Liam.

"Kata Sigit, kamu akan menikah. Betul?"

"Ya."

"Apa rencana kamu, Liam? Aku nggak mau, karena ini semua, kamu mengorbankan diri kamu sendiri-"

"Ini untuk kepentingan pribadiku juga, Yu. Masalah kamu hanya membuatku semakin yakin untuk melakukannya."

Ayu menghela nafas panjang.

"Aku tahu Veronica Rasyid. Dia tidak tampak seperti wanita yang ingin menikah, apalagi terburu-buru begini."

"Kami hanya berbagi keuntungan. Dia memerlukanku, aku juga memerlukannya dan koneksi ayahnya."

"Liam... Kamu jadi aneh."

"Maksudmu?"

"Hatimu terdengar mati."

Liam mendengus.

"Tidak juga. Mungkin untuk hal seperti cinta antar lawan jenis, aku sudah tidak tertarik lagi. Tapi aku masih punya hati. Kamu membuat hatiku tidak mati, Yu. Kamu dan calon suamimu yang bodoh itu."

Ayu menoleh, menatap Liam dengan raut khawatir dan dibalas Liam dengan raut datarnya.

"Dia benar-benar melukai hatimu sedalam itu ya."

"Menurutmu?"

Ayu menghela nafas panjang, dan mengulurkan tangannya pada Liam, yang disambut Liam dengan bingung. Ayu langsung menggenggam tangan Liam erat.

"Kamu tahu, saat kamu lelah, kamu selalu bisa menemui aku atau Sigit."

"Aku tahu."

Liam menatap tangannya yang digenggam Ayu dengan erat, dan hatinya menghangat. Ayu memang selalu bisa membuat hatinya yang terlanjur dingin didera berbagai macam masalah menjadi lebih hangat.

Dia tidak pernah sekalipun menyesali malam itu, malam di mana dia jatuh tertidur di lift karena mabuk, karena dari situ, dia bisa mengenal sosok malaikat berlabel sahabat di sampingnya ini.

***

Shania melirik ponselnya, dan menemukan chat dari seseorang yang ditunggunya sedari tadi, sementara sang ibu sedang sibuk menyuruh sopir mereka untuk memasukkan koper Shania ke dalam mobil.

"Kamu nggak dandan?" tanya ibunya saat melihat wajah Shania yang polos, dan Shania menggeleng.

"Nggak, Ma. Males," jawab Shania.

KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang