Ayu naik ke bangku penumpang sebelah bangku pengemudi, dan tersenyum lebar sambil menyapa si pacar yang menjemputnya pagi ini.
"Hei," panggil Ayu, dan mendekati wajah Sigit untuk mengecup pipinya sebelum duduk dan mengenakan seatbelt.
"Udah sarapan?"
"Udah. Kamu?"
"Belum."
"Ya udah, makan dulu deh. Tumben kamu nggak mau turun."
"Nggak ah. Lagi bosen liat Theo."
Ayu tergelak. Pacarnya ini, ada-ada saja.
"Kamu udah bawa baju ganti?" tanya Sigit, dan Ayu mengangguk.
"Udah dong."
Malam ini, Sigit mengajak Ayu menghadiri gala premiere film terbaru Hansen, film pertama di mana Hansen menjadi peran utama. Hansen mengundang Sigit dan teman-temannya, dan secara khusus meminta Sigit mengajak Ayu serta.
"Mau makan apa, Yu?" tanya Sigit sambil tetap fokus menyetir mobil. Namun tangan kirinya sudah ditumpu pada pembatas di antara bangku pengemudi dan penumpang, menghadap ke atas seperti meminta sesuatu. Ayu terkekeh geli melihat Sigit sengaja menggoyang-goyangkan tangannya meminta perhatian, dan Ayu meletakkan telapak tangan kanannya di atas tangan Sigit, lalu Sigit mengaitkan jemari mereka dan menggenggamnya erat.
"Terserah kamu. Kamu pengen makan apa?"
"Bubur kali ya."
"Di?"
"Erm, jam berapa sekarang?"
"Setengah delapan."
"Oh, oke. Kita makan di sana aja kalau gitu."
"Di mana?"
"Tempat bubur favorit aku."
***
Ayu menelengkan kepalanya dengan bingung saat melihat tempat yang mereka datangi.
"Dua-lapan?"
"Iya. Aku pengen makan bubur langganan aku waktu SMA."
Ayu membulatkan matanya terkejut, namun Sigit sudah memarkirkan mobilnya, lalu turun dari mobil. Dia memutari mobilnya dan membukakan pintu untuk Ayu.
"Yuk."
"Mm..."
Ayu menyambut uluran tangan Sigit, dan membiarkannya menuntun Ayu menuju gerobak bubur.
Bapak tua penjual bubur itu tersenyum sumringah saat melihat Sigit.
"Halo, Pak Udin."
"Wah, Sigit. Pacarnya ya? Cantik pisan," puji Pak Udin, dan Ayu tersenyum.
"Iya dong. Kan biar seimbang sama aku, ganteng."
Ayu langsung menyikut pinggang Sigit.
"Nggak usah sok ganteng kamu."
"Ganas banget sih kamu," keluh Sigit sambil mengusap pinggangnya. Lalu dia kembali mengobrol dengan Pak Udin.
"Dua ya, Pak. Aku kayak biasa." Lalu Sigit menoleh pada Ayu. "Kamu mau pake semua?"
"Yah, boleh. Ah, jangan pake kecap ya. Terima kasih, Pak."
Pak Udin menunjukkan jempolnya, lalu mulai membuat pesanan mereka. Sigit menuntun Ayu duduk di salah satu kursi.
"Kamu nggak keberatan aku ajak makan di pinggir got begini kan?"
Ayu menggeleng.
"Nggak. Dan kamu nanyanya telat. Mustinya kamu nanya yang begitu tuh sebelum nyampe, Sigit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu
ЧиклитMasayu, manajer baru Band Petir sangat menyadari kalau pekerjaan barunya ini akan jauh lebih berat dari pekerjaannya sebelum ini, terutama karena keberadaan pria itu. warning 18++ Start : 24jun'18 End : 18ag'19 Cover by @AVAVVA