Hari ke - 61
Ayu tahu, hanya obat flu yang dia konsumsi yang berhasil membuatnya tertidur lelap, karena dia merasa kosong.
Nina dan Flo memang tidak bicara apapun padanya mengenai apa yang mereka lihat di rumah sakit kemarin, dan Ayu sangat berterima kasih. Dia tidak mau membahasnya sama sekali. Jadi ketika Flo menawarkan kepada Ayu untuk menginap di rumahnya selama dia flu pun Ayu terima dengan senang hati. Walaupun dia tidak bisa bermain dengan May karena takut menularkan flu-nya, tapi makanan buatan Flo dan obrolan ringan dengannya cukup membantu mengalihkan perhatian Ayu.
Ayu berangkat kerja dari rumah Flo, dan sepanjang perjalanan dia meyakinkan dirinya untuk bersikap biasa saja. Sigit sudah menghabiskan jatah cutinya, dan ada kemungkinan mereka akan berpapasan nanti. Ayu harus mampu mengendalikan diri. Sigit bukan apa-apa. Apa yang Sigit lakukan tidak akan mempengaruhinya.
Ayu terus mengulang kata-kata itu bagai mantera, sampai dia memarkirkan mobilnya dan menuju kantornya.
Namun saat melewati studio, Ayu terlonjak kaget. Suara pukulan yang begitu keras terdengar dari dalam studio, membuat Ayu otomatis membuka pintu studio, dan dia terhenyak.
Sigit bersimpuh di lantai dengan wajah penuh darah, sementara di depannya menjulang Yudi yang menatapnya marah dengan kepalan tinju terluka, dan sedang ditahan oleh personil yang lain.
"Dasar Bego, lo!! Akhir bulan kita mau launching, dan lo malah bikin skandal???"
"Maaf, Bang."
"Lo kira maaf lo guna??"
Bukk!!!
Satu hantaman keras kembali mengenai wajah Sigit, sementara ketiga personil lainnya kembali buru-buru menahan Yudi.
"Seluruh Indonesia sekarang tahu kelakuan lo!! Dan Petir juga kena imbasnya! Lo punya otak nggak sih?? Hamilin Yuli??"
Ayu tercengang. Jadi berita ini sudah tersebar, cepat sekali.
Yudi mulai menerjang Sigit lagi saat tiba-tiba suara Rini menggelegar di studio itu. Dan saat itu juga Ayu mengerti mengapa semua personil Petir tidak berani macam-macam dengan Rini.
"Hentikan. Yudi, duduk. Sigit, duduk."
Rini berjalan pelan, menengahi Yudi dan Sigit yang walaupun tidak rela dan kesulitan, mencoba duduk.
"Sigit, Mbak kecewa sama kamu. Terlepas dari apa yang sesungguhnya terjadi, kamu tidak hanya mencoreng nama kamu, tapi juga nama Petir."
Sigit menunduk, tanpa berani menjawab. Suara Rini memang tidak keras lagi, namun kata-kata dan nada suaranya menyiratkan kekecewaan yang sangat, dan itu lebih parah dari sakit fisik akibat pukulan Yudi.
Rini berbalik kepada Yudi.
"Gue tau lo marah. Tapi apa mukulin Sigit sekarang berguna? Mending kita cari solusi, gimana membereskan ini semua, dan tur bisa berjalan sesuai rencana."
Yudi mengusap wajahnya frustasi, dan menggumamkan permintaan maaf pada Rini.
Rini menarik nafas panjang.
"Will, tolong ambilin kotak P3K ke sini. Ayu tungguin Sigit di sini. Sisanya keluar."
"Tapi-" kata Yudi mencoba membantah, dan menatap Ayu yang masih berdiri di sudut ruangan dengan raut kasihan. Dari semua orang yang sakit hati di sini, mustinya wanita itulah yang paling sakit.
"Lo juga musti pake obat, Yud. Ikut gue."
Setelah mengatakan itu, Rini berjalan pelan keluar dari ruangan, namun sempat menepuk bahu Ayu, berusaha menyalurkan kekuatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu
ChickLitMasayu, manajer baru Band Petir sangat menyadari kalau pekerjaan barunya ini akan jauh lebih berat dari pekerjaannya sebelum ini, terutama karena keberadaan pria itu. warning 18++ Start : 24jun'18 End : 18ag'19 Cover by @AVAVVA