Di sinilah mereka berdua, duduk dengan canggung di salah satu kafetaria rumah sakit di lantai dua, dengan dua cangkir kopi di hadapan mereka, sementara Liam meninggalkan mereka berdua.
Sigit memperhatikan gadis yang duduk di hadapannya ini. Cukup sulit menghubungkan antara ingatannya waktu kecil dengan Shania yang sekarang. Shania tumbuh menjadi wanita yang cantik, nyaris berbeda jauh dengan sosok Sania yang dikenalnya waktu kecil, namun Sigit bisa menemukan kemiripan antara gadis di hadapannya dengan ibu mereka. Mungkin itu sebabnya Sigit merasa wajah Shania familiar.
"Aku... Minta maaf..."
Suara Shania yang lebih dulu memecahkan keheningan yang canggung diantara mereka.
Sigit tidak merespon dan Shania akhirnya mengangkat wajahnya dan melihat kepada sigit, yang ternyata masih memandanginya.
"Kak.."
"It feels weird when you call me kak."
"I'm sorry."
"It's okay. Jadi hanya ini yang ingin kamu katakan, 'Aku minta maaf'?"
Shania tersentak namun buru-buru berdeham dan berkata, "tidak, tidak hanya itu.
Aku minta maaf karena aku baru tahu kalau apa yang aku ketahui selama ini tidak sesuai kenyataan. Aku mengira semua salah Papi dan kakak."
"Bagaimana bisa kamu mengira kalau ini semua salah Papi dan dan saya sementara saat itu umurmu baru 2 tahun?"
"Mama yang bercerita."
Melihat Sigit terdiam Shania buru-buru melanjutkan, "Itu bukan salah mami sepenuhnya. Itu salahku karena aku mempercayai sepenuhnya tanpa mencari tahu dari sisi yang lain."
"Kesalahanmu cuma satu," kata Sigit. "Mencelakai Ayu."
"Aku-"
"Bagaimana bisa kamu setega itu?"
"Aku- aku panik. Mama selalu bilang kalau Ayu akan mengulangi kesalahannya karena dia dekat dengan kak Liam juga, yang sangat mirip dengan Papa Ray. Mama selalu bilang kalau seharusnya wanita seperti Ayu tidak berada di antara kalian. Mama kambuh saat melihat foto kalian bertiga di premiere film terbaru Kak William muncul di artikel Lime today, padahal sebelumnya Mama sudah membaca berita tentang ungkapan cinta Kak Sigit di konser penutup di Jakarta."
"Apakah mama yang menyuruhmu menemui Ayu?" Shania menggeleng pelan.
"Tidak, itu inisiatif ku sendiri. Aku sebenarnya hanya ingin memperingatkan Kak Masayu supaya tidak berada diantara kalian, karena aku tidak mau melihat Mama kambuh, tapi aku melakukan kejahatan. Aku harus minta maaf pada Kakak, dan juga pada Kak Masayu."
"Kamu tahu apa yang terjadi padanya?"
"Dia- lumpuh bukan? Aku minta maaf, aku benar-benar tidak tahu kalau akan jadi sefatal itu-"
"Sebenarnya apa yang kamu tahu, Shania?" ucap Sigit gusar, dan dia memandang tajam adiknya itu. "Mama memang salah karena memberitahumu hal yang salah, namun apa kamu sadar, dengan pemahamanmu yang salah itu kamu sudah menghancurkan hidup Ayu?"
Shania kembali menunduk.
"Aku- minta maaf..."
Sigit mengusap wajahnya dengan kasar, tidak tahu harus berkata apa lagi.
Lalu ponsel Shania berdering dan Shania tersentak kaget. Dengan ragu dia mengangkat ponselnya dan menempelkannya ke telinga setelah menggeser tombol hijau.
"Ya, Papa? Aku- masih di kampus. Iya, ada sedikit masalah tapi aku bisa mengatasinya. Iya, Pa. Aku tunggu."
Shania mematikan sambungan telepon dan langsung berdiri sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas, terlihat begitu buru-buru.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu
ChickLitMasayu, manajer baru Band Petir sangat menyadari kalau pekerjaan barunya ini akan jauh lebih berat dari pekerjaannya sebelum ini, terutama karena keberadaan pria itu. warning 18++ Start : 24jun'18 End : 18ag'19 Cover by @AVAVVA