Buset, kapan tamatnya ya ini cerita? 🙈🙈
Oh ya, yang bagian pertama ini, sebenarnya masih lanjutan yang kemarin, saya kelupaan. Yang setelah *** baru kejadian setelah penangkapan Shania dan Raymond.
Enjoy
---------------
Liam duduk dengan tenang di ruang keluarga rumah Theo Harsyah ditemani sang tuan rumah, sambil menyesap susu yang disuguhkan oleh nyonya rumah, yang bersikeras kalau waktu sudah terlalu larut untuk secangkir kopi.
Tak lama, Sigit masuk ke ruangan itu dengan raut bingung.
"Ngapain lo nyariin gue malem-malem begini? Kangen?"
Liam tidak menanggapi ucapan Sigit, dan mengeluarkan print-out dari hasil scan Shania, lalu menyodorkannya pada Sigit.
"Saya pikir, kamu harus tahu ini."
Sigit mengernyit, dan mengambil berkas dari tangan Liam.
"Would you mind if I-"
Sigit mengangguk, dan Theo merapatkan duduknya, ikut membaca. Semakin lama, dahi mereka semakin mengernyit.
"What the-" umpat Theo pelan, lalu menoleh pada Liam. "Jadi maksudnya, semua kejadian masa lalu Sigit dan keluarganya ada sangkut pautnya dengan bokap lo?"
Liam mengangguk, dan Theo kembali memaki.
"Gue benar-benar nggak paham, bisa-bisanya dia merencanakan semua ini, membuat bokapnya Sigit menjauh dari keluarganya, dan mengincar nyokap Sigit?? Gila!"
"Papa saya memang bukan orang yang setengah-setengah jika menginginkan sesuatu. Dalam keluarga dan dalam bisnis." Dan hal itulah yang dia pelajari saat ini. Lakukan semuanya secara total, jangan setengah-setengah.
"Jadi kenapa dulu dia menikahi nyokap lo, kalau ujung-ujungnya CLBK- cinta lama belom kelar??"
"Karena kakek saya tidak suka tante Lita, dan lebih suka dengan Mama saya. Mama saya pilihan yang lebih baik, dan kakek saya mengancam akan menghapus nama Papa dari daftar ahli waris kalau dia berani membangkang."
Itu sebabnya sang Ayah melarang keras Liam bersama Yuli, karena Yuli dipandang sebagai pilihan yang buruk. Walaupun sang ayah diam-diam tetap membiarkan Liam berjuang untuk hubungannya dan Yuli.
Mungkin sang ayah hanya ingin melihat seberapa besar perasaan yang dia miliki untuk kekasihnya.
Walaupun ujung-ujungnya dia dikhianati juga.
"Jadi begitu kakek saya meninggal, Papa mulai menyiapkan ini. Ini hanya dugaan saya, tapi tahun dan tanggalnya cocok. Semua ini," Liam menunjuk kertas yang dipegang Sigit, "dimulai hanya berselang satu bulan dari tanggal kematian kakek saya."
"Gila, gue speechless," kata Theo sambil mengusap wajahnya frustasi.
"Sudahlah," kata Sigit tiba-tiba, sambil meletakkan semua kertas itu di meja. "Toh semua sudah berlalu. Nyokap gue sudah bersama dia, bokap juga udah meninggal. Mengetahui ini semua, nggak akan mengubah kondisi kita."
"Lo kok pasrah gitu, Git? Marah kek, atau apa gitu??"
"Gue nggak mau memperpanjang masalah. Gue udah capek. Gue mau bahagia aja," kata Sigit pelan. "Gue mau nikah satu bulan lagi, lalu gue mau menghabiskan sisa hidup gue dengan bahagia. Gue nggak mau peduli lagi dengan Raymond Tanama, ataupun nyokap gue."
"Jadi kamu nggak keberatan kalau saya masukkan Mama kamu ke Rumah Sakit Jiwa, kan?"
Sigit menatap Liam sejenak, dan menggeleng pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu
ChickLitMasayu, manajer baru Band Petir sangat menyadari kalau pekerjaan barunya ini akan jauh lebih berat dari pekerjaannya sebelum ini, terutama karena keberadaan pria itu. warning 18++ Start : 24jun'18 End : 18ag'19 Cover by @AVAVVA