san jū - roku

61.5K 5K 418
                                    

Saya nggak bercanda soal warning di deskripsi cerita ya.

Oh ya, seperti biasa, silakan vote kalau kalian sudah baca sampai ketemu tulisan tbc dan kalian merasa suka sama cerita aku dan pengen aku lanjutin. Tolong jangan vote sebelum baca.

Silakan komen juga. Aku suka bacain komen kalian tapi kadang bingung mau balas apa, yang bikin aku ujung2nya gak bales. Tapi kubaca kok, beneran. 

Tolong jangan direport yaa... Aku bakal tag mature setelah tamat kok. Beneran. 🙈🙈

Enjoy

-------------------------------

"Jadi mbaknya ini pacar Mas Sigit? Tapi sahabat Mas William?"

"Iya, betul," jawab Liam dengan nada datarnya.

"Ada masalah?" tanya Sigit dengan nada sama datarnya.

Wartawan itu langsung ciut, karena dua pria berperawakan besar di depannya sama-sama menjawab dan menatapnya datar.

Dalam hati Ayu tertawa geli.

Ini pasti wartawan baru, batinnya. Wartawan lama nggak mungkin jiper cuma gara-gara diliatin begitu.

"Ng-nggak ada masalah. Jadi, bagaimana pendapat Mas Sigit dan Mbak Masayu tentang film ini?" tanya wartawan itu, buru-buru mengganti topik.

Setelah Ayu, Sigit, dan Liam menjawab beberapa pertanyaannya dan mengambil foto mereka bertiga, wartawan itu langsung buru-buru pamit dan meninggalkan mereka.

Ayu bergerak, berusaha melepaskan diri dari rangkulan Sigit, dan Sigit melonggarkan rangkulannya.

"Congrats, Bro," kata Sigit pada Liam, dan dibalas dengan anggukan oleh Liam.

"Lho? Kamu tau Liam produser film ini?"

"Taulah. Kan tadi diperkenalkan. Kamu nggak liat emangnya?"

Ayu menggeleng.

"Dasar. Kamu sibuk main hp sih."

"Bukan main ya. Aku tuh balasin pesan Mbak Rini, tau."

Sigit terkekeh geli, dan mengusap pelan kepala Ayu.

"Iya, aku tahu. Aku cuma becanda."

Ayu berdecak pelan.

"Aku mau nyamperin Hansen dulu deh. Bye, Liam," kata Ayu pada Liam, lalu menepuk pelan lengan Sigit sebelum meninggalkan mereka berdua, diiringi tatapan dari dua pria itu.

Ayu mengabaikan keduanya, dan menghampiri Hansen yang sendirian, dan sedang diwawancarai oleh salah satu wartawan.

Hansen menoleh pada Ayu begitu wartawan menyudahi percakapan mereka, dan tersenyum.

"Thanks udah datang, Yu."

"Thanks udah ngundang gue. Keren ya akting lo, kemajuannya pesat banget."

"Thank you. Lho, Sigit mana?"

"Tuh, sama Liam."

Hansen mengernyit.

"Kok dia malah sama William sih? Bukannya bareng lo?"

"Biarin aja mereka pacaran. Gue lagi males sama dia."

"Kenapa lo?"

"Nggak tau. Males aja. Lo sendiri? Pacar lo mana?"

Hansen langsung muram.

KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang