Author POV*
-ICU, RS.
Di kursi tunggu depan ruang icu, terlihat gadis dengan wajah cemas bersama dengan seorang lelaki yang terus mondar-mandir tidak jelas, wajahnya juga tak kalah cemas dari si gadis yang tengah duduk itu.
"Mel, lo duduk elah. Punyeng pala gua nih liat lo daritadi mondar-mandir terus" ucap gadis itu, siapa lagi kalo bukan Zaqia.
"Gak bisa Zaq, gua khawatir banget sama Maya" ucap lelaki yang di panggil Mel itu.
"Lo pikir gua kaga!! Duduk!!" titah Zaqia.
Meldy pun akhirnya mengikuti perkataan Zaqia, mereka belum memberitahu orangtua Maya karna takut mereka khawatir. Pastilah mana ada orangtua yang gak khawatir anaknya kenapa-kenapa.
Ceklekk..
"Keluarga pasien" ucap dokter yang baru saja keluar dari ruang icu.
"Kami, kami sahabatnya" ucap Zaqia.
"Apakah orangtua pasien tidak ada?" tanya dokter.
"Mereka tidak ada di rumahnya dok, oh ya dok apa teman saya mengalami hal yang serius?" ucap Meldy berbohong.
"Oh tidak, pasien hanya mengalami dehidrasi karna semalaman tidak ada asupan makanan atau pun minuman. Lalu sepertinya pasien mengalami benturan di kepala namun itu tidak mengakibatkan apapun" ucap dokter.
Dokter pun berjalan menuju ruangannya, setelah sebelumnya mengatakan bahwa Maya boleh di jenguk jika sudah di tempatkan di ruang inap.
____
Sekarang mereka-Zaqia dan Meldy- sedang berada di sebuah ruang inap VVIP, untuk apa mereka berada di sana? Tentu saja menunggu Maya yang sedang terbaring di ranjanv. Di sisi kanan Maya ada Zaqia yang memegang tangannya dan di sisi kiri Meldy dengan wajah cemas yang belum surut.
"Mel, sebaiknya kita kasih tau ke tante Nina deh. Biar mereka juga bisa ngabarin ke sekolah" ucap Zaqia.
Meldy berdeham untuk menjawab Zaqia, ia pun keluar dari ruangan itu untuk menelpon orangtua Maya. Di seberang sana orangtua Maya santan senang sekaligus sedih, senang karna anak mereka sudah ketemu dan sedih karna keadaanya kurang baik.
Setelah menelpon Meldy kembali lagi ke ruangan di mana Maya di rawat. Meldy diam di tempatnya tadi tapi kali ini tangannya tidak tinggal diam, tangannya mengusap dengan penuh kasih sayang kepala Maya.
15 menit kemudian datanglah orangtua Maya, mereka begitu terlihat cemas. Tante Nina masuk ke dalam ruangan sambil menangis di susul Om Diar.
Jam menunjukkan pukul 9, Zaqia memutuskan untuk kembali ke sekolah ia tidak ingin ketinggalan pelajaran. Sudah terlalu banyak catatan yang ada di guru karna Zaqia jarang masuk sekolah dengan berbagai alasan.
Tapi Meldy lebih memilih untuk menetap, menunggu Maya siuman. Zaqia pun berpamitan kepada orangtua Maya, "Om, tan, Zaqia pamit dulu yah mau balik lagi ke sekolah" sambil mencium tangannya.
"Oh iya, Zaqia. Makasih yah udah mau jagain Maya" jawab tante Nina.
"Sama-sama tan, kalo gitu Zaqia permisi" setelah mengucapkan itu Zaqia pun pergi menuju ke sekolah.
____
Tin..tin..
"Pak bukain gerbangnya dong,!!" teriak Zaqia, setelah sampai di depan sekolah.
Pak Ucup selaku penjaga sekolah pun membukakan gerbang, Zaqia pun membawa mobilnya parkir di parkiran khusus siswa&siswi. Zaqia turun dari mobil dan berjalan menuju ke kelasnya berada.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKU, KAMU & DIRINYA
RandomJika perpisahan adalah yang terbaik untuk kita. Aku rela, meski harus menanggung luka lebih dalam lagi. -Maya Septiany Al-Hussen Salahkah diriku bila terlanjut mencintainya. Jangan tanya kenapa? Karna perasaan itu tumbuh dengan sendirinya ~Meldy Din...