Part 14

33 9 0
                                    

Maya POV*

Pagi ini aku terbangun dengan semangat 45 dalam diriku. Sekarang aku sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, setelah semuanya rapi aku turun untuk sarapan bersama kedua orangtuaku dan juga kedua kakakku. Namun, saat sarapan berlangsung terdengar suara klakson dari luar rumah, entah siapa orang itu. Pagi-pagi sudah mau bertamu. Kurang kerjaan banget.

"Siapa tuh yang dateng?" tanya kak Risma.

"Entah, pacar lu kali," jawab kak Rina sambil mengangkat bahunya.

Tak lama, kami pun mendengar suara bell rumah berbunyi. Mungkin orang yang sama dengan yang tadi membunyikan klakson. Merasa tidak ada orang yang berniat membukakan pintu, aku pun berdiri dan menawarkan diri untuk membukakan pintu.

"Biar Maya yang buka pintunya,"

Aku berjalan menuju pintu depan rumahku, yang letaknya jauh karena ruang makan yang berada di bagian belakang rumah dekat dengan dapur. Jadi aku harus melewati beberapa ruangan yang ada di rumah ini untuk mencapai pintu depan. Rumah ini tidak besar dan mewah seperti mansion tempat tinggal Meldy, tapi cukup luas untuk kami tempati.

Setelah melewati beberapa ruangan tersebut akhirnya aku sampai di pintu depan.
Aku membuka pintunya dan muncul lah orang yang sedari tadi memencet bell. Meldy, dia berdiri tepat di depan pintu. Ia tengah tersenyum manis ke arahku. Tapi, untuk apa dia ke sini? Pagi-pagi gini, aku aja masih belum beres sarapan.

"Kamu mau ngapain pagi-pagi ke sini?" tanyaku.

"Jemput kamulah, sayang"

Oiya, aku lupa kalo Meldy 'kan yang sering antar-jemput aku. Dan yang paling aku lupa adalah aku lupa kalo aku dan Meldy udah jadian kemarin. Arghh.... aku malu mengingat kejadian kemarin, aku yakin pasti sekarang pipiku sudah memerah seperti tomat. Apalagi saat ini Meldy menatapku begitu intens dan aku hanya bisa menghindari tatapannya. Kita terdiam beberapa saat, hingga aku mendengar suara langkah kaki mendekat ke arah kami.

"Siapa itu May?.. Oh Meldy, sini masuk dulu Mel sarapan dulu" itu suara ibu.

Ibuu.. Kenapa harus di ajak sarapan bareng sih? Bisa awkward ini mah, ibu menarik lengan Meldy dan menggiring nya ke ruang makan tanpa memperdulikan aku yang berdiri mematung di tempat. Tak ingin berlama-lama aku pun mengikuti mereka ke ruang makan untuk melanjutkan sarapan ku yang tertunda. Dengan Meldy yang duduk di hadapanku.

Setelah selesai sarapan aku dan Meldy pamit untuk pergi sekolah. Kami pergi menggunakan motor kesayangan Meldy, sungguh suasana terasa begitu canggung. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara baik itu aku maupun Meldy. Mungkin kita belum terbiasa apalagi sekarang status kita berbeda dari sebelumnya.

____

Aku turun dari motornya setelah kita sampai di parkiran sekolah. Banyak orang khususnya murid perempuan yang memperhatikan kita, bukan lebih tepatnya Meldy. Tak heran, Meldy itu most wanted di sekolah ini secara dia adalah anak pemilik dari sekolah ini. Banyak cewek yang ingin jadi pacarnya karena tampang yang oke dan dompetnya yang tebal.

Tapi, tidak denganku. Aku benar-benar tulus mencintainya. Tidak peduli dia itu kaya atau miskin, karena cinta tidak memandang materi tapi ketulusan.

"Yuk, ke kelas" ajak Meldy sambil menarik tanganku.

Selama di perjalanan menuju ke kelas, banyak pasang mata yang melihatku dan Meldy dengan pandangan yang berbeda terutama tatapan mereka padaku. Dan tatapan mereka padaku itu seperti orang yang sedang mengintimidasi, mengancam seolah-olah aku salah jika berdekatan dengan Meldy itu membuatku sedikit takut dan gugup. Dan ketakutan itu bertambah saat aku dan Meldy berpapasan dengan Mellyana, dkk.

Mellyana menatapku tajam, seperti ia ingin mengulitiku saat ini juga. Aku mengeratkan genggaman ku pada Meldy, seolah dia mengerti akan ketakutanku Meldy membisikkan sebuah kalimat yang menenangkan tepat di depan daun telingaku.

"Gak usah takut, ada aku di samping kamu. Dia gak akan bisa apa-apa, apalagi nyelakain kamu"

Kami pun melanjutkan perjalanan kami menuju ke kelas. Setelah sampai di kelas, hanya ada beberapa orang saja yang sudah datang maklum masih jam 6.27am. Di antaranya ada ketiga sahabatku yang sudah stay di bangku mereka masing-masing. Mereka menatapku dengan tatapan menyelidik, kenapa mereka menatapku seperti itu? Lalu mataku berpusat pada Zaqia yang tengah menatapku begitu intens dan tatapannya terarah pada genggaman tanganku dan Meldy.

OMG!!!

Aku segera melepas genggaman itu, dan berjalan ke arah bangku tempat ku duduk. Tapi, Meldy menahan ku.

"Mau ke mana?"

"Naro tas," jawabku ringan.

"Oh, yadah. Aku abis ini mau ke kantin yah mau mabar sama D'Prince. Jangan nakal ya sayang," ucapnya sambil membelai lembut rambutku.

Meldy pun pergi setelah menaruh tasnya, habislah riwayatku. Manda, Zaqia, dan Dara menatapku dengan tatapan mengintimidasi mereka. Perlahan aku menghampiri mereka, sambil tersenyum aku duduk di kursiku dan melepas gendongan tasku. Terimakasih Meldyku, kau telah menempatkanku di posisi seperti ini tanpa mau membantuku menjelaskan sedikit saja tentang apa yang terjadi pada kita.

'Huftt.. Waktunya interogasi Maya,' batinku.

____

























gimana? Masih kurang juga?, makanya kalian ayo dong kasih kritsarnya, biar aku nulis ceritanya gak flat² aja. Biar ada kemajuan gitu, kan kalo aku bikin ceritanya bagus kalian juga bacanya enakk..

Gak usah sungkan, keluarin aja apa yang mau di sampein..

Udah deh, segitu aja..
Bubayy, see you next part🙋🙋

AKU, KAMU & DIRINYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang