Part 21

27 4 0
                                    

Maya POV*

Aku tak percaya ini, aku kira mama Meldy tidak akan menerima ku sebagai pacar Meldy karena status keluarga ku dan keluarganya yang jauh. Tapi ternyata tidak, mama menerimaku dengan tulus.

Kemarin, saat Meldy mengatakan bahwa aku pacarnya. Mama memekik, aku kira ia tidak sedang tapi setelahnya mama memelukku dan menggandeng tanganku masuk ke dalam. Sedangkan Meldy dibiarkan begitu saja di luar.

----

"Hayoo, mikirin apa sih?," ucap Meldy membangunkanku dari lamunan.

Aku menggeleng menanggapinya, kemudian Meldy tersenyum.

"Mikirin yang kemaren ya,?" dan kali ini aku mengangguk.

----

Bel pulang sekolah sudah berbunyi delapan menit yang lalu, dan selama itu pula aku menunggu Meldy. Ia sedang pergi ke kantor, guru memanggilnya tadi. Tadinya aku ingin pulang bareng dengan Zaqia tapi Meldy melarangku.

Aku pun memainkan hpku untuk mengalihkan rasa bosanku, tak lama aku merasakan seseorang menepuk pundak ku. Saat kulihat siapa pelakunya, siapa lagi kalau bukan Meldy. Orang yang kutunggu sedari tadi.

"Udah lama nunggunya?," aku memutar bola mataku.

"Menurut kamu?"

Meldy terkekeh kemudian mengajakku pulang.

----

Author POV*

"Mau mampir dulu,?" tanya Maya pada Meldy setelah sampai di depan rumahnya.

Meldy tampak berpikir sejenak, namun tak lama ia mengangguk. Mereka masuk bersama-sama sambil mengucapkan salam. Mereka menghampiri ibu Maya, serta kakaknya yang kedua lalu mencium tangan mereka.

"Yaudah, kalian ngobrol di atas aja di kamar Maya," ucap Nina-ibu Maya- yang diangguki Maya dan Meldy.

Mereka berjalan menaiki tangga sambil berbicara ringan, sebelum kakaknya berteriak pada Meldy membuat langkah mereka terhenti.

"Mel, jangan dulu buatin aku ponakan yah!! Nanti aja kalo udah lulus terus sukses,!!"

Maya yang mendengar teriakan kakaknya segera pergi dengan wajah memerah sembari menggerutu, menyumpahserapahi kakaknya. Meldy hanya tersenyum lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal kemudian menyusul Maya yang lebih dulu ke kamarnya.

Sedangkan Risma sendiri sudah tertawa puas karena telah berhasil menggoda adik dan pacarnya. Namun, itu tak bertahan lama sebab Nina menegurnya.

----

"May,"

Maya menjawab panggilan itu hanya dengan berdeham.

"Kamu kalo kita udah nikah mau punya anak berapa?," tanya Meldy membuat Maya yang sedang makan kacang tersedak.

Meldy segera mem-pause game yang ia mainkan, dengan segera ia mengambil minum dan memberikannya pada Maya. Setelah batuknya reda Maya segera menatap Meldy dengan tatapan heran.

"Kamu kenapa tiba-tiba nanya gitu,?" tanya Maya.

"Ya, gak papa cuma nanya aja. Nanti 'kan aku bisa siap-siap, siapa tau kamu mau bikin kesebelasan gitu yang anggotanya anak-anak kita," jawab Meldy sambil memainkan kedua alisnya.

"Ih, paan sih. Udah ah aku mau ke bawah dulu," ucap Maya lalu segera beranjak dari tempatnya.

Saat hendak membuka handle pintu, pintu itu sudah terbuka lebih dulu dari luar. Ibu masuk seraya tersenyum ke arah Maya dan Meldy secara bergantian.

"Turun yuk, makan malem udah siap," ucap Nina.

Maya hendak menjawab tapi didahului oleh Meldy.

"Kita makan di sini aja, gak papa 'kan bu?"

"Gak papa, kalo gitu ibu bawa makannya ke sini ya, tunggu sebentar,"

"Eh, biar Maya aja bu," ucap Maya lalu menggandeng ibunya keluar  untuk turun.

----

"Aaaa.." Meldy membuka mulutnya lebar menunggu Maya memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

Ya, Meldy makan disuapi oleh Maya. Awalnya Maya tak mau, tapi Meldy memaksanya dan mengancam ia tak akan makan jika tak disuapi oleh Maya.

"Ihh, sayur nya kurang sayangg,.." rengek Meldy seperti anak kecil yang meminta dibelikan mainan kepada ibunya.

"Ish, manja amat dah. Yadah nih makan sendiri,"

Meldy menampakkan wajah datarnya, membuat Maya menghela nafas lalu kembali menyuapi bayi besarnya. Meldy yang senang mengacak rambut Maya.

----



















Alohayy!! Aku kembali, maaf gk bisa bikin part romantis. Kalo gk ada halangan nnti aku bakal up lagi.. Jadi hari ini aku akan double updet;)) see you guyss..

AKU, KAMU & DIRINYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang