34

394 33 0
                                    

Vote nya dulu saiangq:*
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Perjalanan dari rumah tante yoona bener-bener gue gak bisa fokus sama sekali. Pikiran Gue selalu terpaut sama suami Gue. Dia lagi dimana, lagi apa, sama siapa, makannya bener apa nggak, tidurnya nyenyak apa nggak, kenapa dia gak pulang sih? Gak kangen apa sama anak-anak? Mana gak ada kabar sama sekali kan dianya.

Apa dia berpikiran sama seperti apa yang gue pikirkan? apa dia khawatirin gue dan juga anak-anak?

Gue rasa sih nggak, karena kalo dia berpikiran sama dia gak bakalan mungkin kayak gini nelantarin gue juga anak-anak.

Jahat banget dia ya.
















Gue ngencengin laju mobil karena emang jalanan lagi sepi sore ini. Tapi di tengah-tengah gue lagi ngebut, ada orang yang tiba-tiba nyebrang.

Gue udah klaksonin tapi dia gak denger. Gimana nih?! Gue panik dan teriak sejadi-jadinya

"AAAAAAAAAA!!!".

Cittt... Braakkk!!!!

Gue sekuat mungkin banting setir, dan mobil akhirnya berhenti karena nabrak pohon dipinggir jalan.

Gue... gak nabrak orang kan?

"Ah!!".

Kepala gue sakit banget ke bentur stir, dan untungnya di depan gue ini gak ada orang dan jadinya gue gak nabrak siapa-siapa.

Tapi yang mau nyebrang tadi gimana?

Gue buru-buru turun dari mobil, bodo amat sama kepala gue yang sakit ini. Mobil gue penyok parah di bagian depan. Gue nyamperin orang yang hampir gue tabrak tadi karena gue gak mau di tuduh yang nggak-nggak karena kabur tanpa tanggung jawab udah nyetir sampe hampir nabrak orang di jalan.

"Mas! Mas nya gapapa kan?!". Tanya gue khawatir, dia masih shock dan berdiri di pinggir jalan. Banyak orang yang ngehampirin gue sama orang itu. Beberapa malah ada yang maki-maki gue karena keteledoran gue dalam menyetir.

"Mbak ini bisa nyetir gak sih? Gimana kalo si Mas ini ketabrak coba?".

"Iya nih mbaknya kenapa? Kok bisa hampir nabrak gitu?".

"Kalo nyetir hati-hati makanya Mbak!".

Semua yang ada disana menghakimi gue, tapi gue gak peduli sama semua itu. Yang gue peduliin adalah keadaan si Mas ini, takutnya terjadi sesuatu sama dia kan karena ulah gue.

"Aduh maaf ya Bu, Pak, saya ngelamun tadi. Mas ini gapapa kan? Atau ada yang luka? Tenang, saya tanggung jawab kok. Ayo saya anterin ke rumah sakit mas". Ajak gue.

"Gak, gak usah mbak, saya gapapa kok. Saya cuman shock aja tadi. Mbak juga gapapa kan? Eh itu jidatnya biru gitu, kenapa mbak?".

"Ah nggak mas itu tadi saya cuman kebentur aja Mas, saya gapapa kok".

Si Mas nya cuman ngangguk-ngangguk aja.

Gue merasakan kepala gue makin kleyengan, rasa sakit itu kini mulai tambah parah. Dan gue bisa lihat pandangan di depan gue ini semakin gak jelas dan agak gelap.

Kok makin blur? Pala gue juga makin berat.

Samar-samar gue denger suara si Mas ini dan orang-orang di sekitar gue yang lama-lama semakin mengecil dan gue kehilangan keseimbangan. Gue gak inget apa-apa lagi disitu...

Abang Tiri (Stepbrother) ▪ [Suho] [Jaehyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang