Prolog

16.3K 1K 26
                                    

Aku menunduk. Jemariku yang bertautan saling meremas gugup. Aku mati kutu. Sekarang, semua yang telah kusembunyikan bertahun lamanya terungkap jelas. Dari ekor mataku, pria yang ada di hadapkanku mengusap wajah dan menyugar rambutnya kasar berulang kali. Ia tampak frustrasi. Bibirnya ia gigit pelan sedari tadi.

"Gue bodoh banget, sih." Ia berbisik kepada dirinya sendiri, begitu lirih.

Aku menggeleng pelan. "Yang salah aku, Kak!" Kuberanikan menganggkat kepala, menatapnya yang mengamatiku dengan sendu.

"Kamu salah bagian mananya, Ra? Aku yang bego, gak peka. Dulu aku pikir kamu cuma naksir-naksir khas anak SMA. Sekarang, aku pikir perasaanmu udah berakhir sejak bertahun-tahun yang lalu! Aku bodoh. Aku gak bisa benar-benar liat perasaan kamu! Lebih bodoh lagi karena aku gak bisa menyadari perasaanku sendiri ke kamu. I hurt you a lot, didn't I?"

Aku menunduk lagi. Entah apa yang harus katakan. Dalam hati aku terus memaki diriku sendiri. Kenapa harus ketahuan sekarang? Padahal sudah lima tahun ini aku berhasil menutupinya. Kenapa hari ini? Kenapa tidak nanti saja, saat semuanya memang sudah benar-benar berakhir.

Kak Atha yang sedari tadi bersandar di daun pintu, bergerak menjadi duduk di sampingku. Dia menggamit tanganku yang kutepis dengan cepat. Aku pun segera bergeser memberi jarak di antara kami. Aku kembali menggeleng dan menatap kosong ke arah manapun selain matanya.

"Ara," panggilnya lirih, "ayo, kabur bersamaku!"

Hening.

Aku bergerming. Sumpah demi apapun, pria di sampingku sudah benar-benar gila. Bagaimana tidak? Dia akan menikah akhir minggu nanti.  For God sake, he's gonna marry my cousin! Namun, sepertinya aku yang lebih gila, karena hatiku mendesak untuk menyetujui ajakannya. Dosakah aku?

--Prolog berakhir di sini--

Wedding RuinerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang