BAB 3 - Kentara

5.7K 629 24
                                        

—Wedding Ruiner—

Terjadi.
Perkenalan itu terjadi.
Saat ini, di depanku, Avantika dan Atha sedang bercengkerama. Terkadang mereka terkikik di sela senda gurau yang dilontarkan, sementara aku hanya bisa tersenyum tanpa minat.

"Cocok ya mereka," bisik Mama yang tiba-tiba muncul dan duduk di sebelahku. Aku mengedikkan bahu.

"Kamu sendiri, kapan tho nduk bawa calon mantu mama?"

Aku mengernyit sebagai respon tak nyaman dengan pertanyaan Mama. Yah, calon mantu yang aku mau kan malah mama jodohin sama orang lain, gerutuku dalam hati. Mama masih menatapku menantikan sebuah respon. "Nanti, Ma. Kalau dia udah bisa balas cintanya aku," jawabku jujur.

"Hah? Siapa yang enggak balas cinta kamu?" pekik Mama. Pekikan itu cukup kuat sehingga perhatian Avantika dan Kak Atha beralih pada kami.

Aku menutup mukaku dengan kedua telapak tangan. "Mama, ih!"

Mama terkikik. "Yah, habisnya anak wedok mama cantik begini masa bertepuk sebelah tangan sih?" Raut wajah mama kini berubah cemberut.

Dari ekor mataku, kulihat Kak Atha tersenyum. Situ kenapa senyum-senyum? Bangga ya karena pernah dan masih buat cintaku bertepuk sebelah tangan? Aku menarik napas panjang mengenyahkan pikiran sentimentilku.

"Ada lah, Ma. Ada orang pokoknya."

"Siapa sih, Ra? Perlu aku datengin?" tanya kak Atha berlagak serius. Datengin aja tuh cermin!

Aku memberengutkan bibir. Seketika, Avantika tertawa. Tawa yang begitu anggun hingga kusadari Kak Atha menatapnya terpaku. Gila lo, Ra, beneran kalah sama yang baru dateng sehari! Otakku mulai mencibir membuat hatiku berdenyut dan mataku memanas. Untungnya ada derap langkah yang mendinginkan suasana. "Eh, lu apain adek gue sampe manyun gitu?" tanya Kak Pandu ketika datang.

Kak Atha menaikkan kedua tangannya ke samping dada, seolah-olah dia menyerah. "Bukan gue! Serius! Adek lo manyun karena bertepuk sebelah tangan."

Sialan. Lebih sialan lagi respon dari Kak Pandu. "Lagi, dek?" tanyanya sambil tertawa. "Dulu dicuekkin Atha. Sekarang, siapa lagi yang nyuekin lo?"

Aku tersedak. Kurang ajar memang kakak yang satu ini. Kulihat juga Avantika berjengkit kaget. Sementara Kak Atha dan Mama hanya bengong. Ketika Kak Pandu sudah bisa mengendalikan tawanya, dia kembali berbicara, "eh, Tika, dulu ini si Ara tergila-gila sama Atha. Aku kasih tahu di depan biar kalau Atha nyuekin lo, lo tahu harus berguru ke siapa." Lalu Kak Pandu tertawa keras, sedangkan aku buru-buru menyelematkan sisa harga diriku dengan bersembunyi di kamar.

—Wedding Ruiner—

"Nyokap kita tokcer juga ya," bisik Kak Pandu. Aku mengerutkan kening sebagai respon kalimatnya. "Apanya yang tokcer?"

"Itu, sekalinya nyoba comblang-comblangin, jadi banget. Lengket terus kaya perangko," jelas Kak Pandu sambil melirik ke arah Avantika yang sedang memakai helm dan siap dibonceng kak Atha. Entah kemana tujuan mereka hari ini.

Sudah seminggu ini aku selalu melihat Kak Atha, mengantar-jemput Avantika untuk bekerja. Hari ini hari Minggu, dan mereka terlihat pergi bersama lagi. Aku hanya diam, menghela napas panjang, lalu tersenyum berusaha menghapus semua perih yang terasa. "Semoga aja, Kak," jawabku singkat.

"Lo sendiri gimana? Kapan bawa calon ke rumah?"

"Cunguk korporat gimana mau nge-date!"

Kak Pandu tertawa keras. "Ya, masa ga ada sih nasabah kaya tujuh turunan yang bisa lo kedip-kedipin dikit," ganggunya lagi.

Wedding RuinerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang