BAB 16 - Scorpio

3.7K 619 40
                                    

Don't cross a Scorpio, their revenge is slow and painful. Sebagai Scorpio sejati, aku bisa mencintai dengan kuat dengan bertahan lama. Namun, jangan coba-coba menyakitiku, aku bisa lebih kejam dari apapun. Sayangnya, Scorpio adalah manusia-manusia mager. Seringnya, balas dendam mereka terhambat karena malas. Entah itu malas berpikir karena terlanjur lelah ber-overthinking ria pada masalah kehidupannya atau lebih seringnya malas karena belum memiliki motivasi yang tepat. Kali ini, aku sedang memiliki energi lebih untuk melakukan sedikit pembalasan.

Sebenarnya, ini bukan waktu yang tepat. Seluruh keluargaku sedang mendiamkanku akibat perilaku sembronoku akhir minggu lalu. Aku baru kembali ke rumah pukul tiga pagi, sempat singgah di McD untuk binge-eating sambil menghabiskan waktu berjam-jam. Saat aku sampai, seluruh keluargaku masih berkumpul di ruang tamu. Para lelaki masih terjaga sambil bergantian mencoba menghubungiku, sedangkan mama dan Avantika mulai tidur-tidur ayam. Aku sedikit kaget melihat kak Atha di sana. Khawatir juga dia ya? Sayangnya, adegan dia sedang menumpu tubuh Avantika yang sedang memejamkan mata menghalau pikiran itu. Aku melengos. Wajah Papa menunjukkan amarah, dia melotot dengan wajahnya yang menegang. Kak Rendi dan kak Pandu misuh-misuh begitu aku muncul dari balik pintu. Mama terbangun dan langsung menyambar. Durhakanya, aku tidak ambil pusing. Malah langsung menghilang di balik pintu kamar. Besok paginya, tidak ada satu pun yang berbicara denganku. Bodo amat. Toh, selama ini aku tidak berarti untuk mereka.

Caraku membalas sebenarnya simpel. Tidak bisa juga dibilang benar-benar membalas dendam. Mungkin hanya sedikit mengusik ketenangan beberapa orang. Pada saat makan malam ulang tahun Papa diubah menjadi makan siang di hari Minggunya, alih-alih mengundang Ori, aku mengundang kak Sera ke rumah. Kehadirannya cukup membuat kak Atha dan Avantika resah karena mereka yang dalam satu minggu ini sering terlibat pertengkaran kecil harus kembali bersitegang. Sementara, Mama si shipper TikAtha nomor satu jadi ketar-ketir karena kehadiran sang mantan. Kalau yang lain sih biasa saja. Apalagi Papa, dia malah senang karena dihadiahi sebuah ikat pinggang dari brand favoritnya.

Aku bisa merasakan kak Atha menatapku tajam. Kehadiran Sera di sebelahku benar-benar tidak membuatnya nyaman. Aku tidak tahu, apakah ini pertemuan pertama mereka setelah putus? Aku juga tidak mau tahu. Kalau Kak Sera sih terlihat sangat menguasai keadaan. Dia tampak santai bahkan menikmati nasi kuning komplit buatan MamaXbibi.

"Enak banget, Tante," puji kak Sera.

Mama tersenyum sopan. "Tambah, tambah," basa-basinya.

Suasana meja makan canggung-cangung jambu. Di bilang canggung, tapi obrolan tetap mengalir. Di bilang akrab, tapi hanya segelintir yang menimpali obrolan. Kak Atha dan Avantika lebih memilih diam. Raut wajah Avantika tampak jelas sedang sebal. Sementara, Kak Atha sepertinya dia bingung harus apa. Setelah makan, Mama mengajak semuanya untuk karokean di ruang keluarga sambil makan kue ulang tahun yang dibawakan kak Atha. Hanya saja, Kak Sera mengodeku agar kami bisa menikmati angin sepoi-sepoi di taman belakang.

"Cuacanya enak buat renang," kata Kak Sera melihat sepetak kolam biru itu penuh damba.

Aku mengangguk saja. Dasarnya orang mager, walau punya kolam renang sendiri, tapi aku lupa kapan terakhir aku menceburkan diri ke sana.

"Kamu kenapa dijauhin Atha?" Eh? Tipikal Scorpio, peka kebangetan! Kak Sera ini Scorpio juga. Ulang tahunnya hanya dua hari lebih cepat dari aku.

"Semua kali, Kak. Semua lagi pada diemin aku." Aku menceritakan perilakuku yang pergi malam-malam untuk kebut-kebutan hingga jam tiga pagi. Hingga hari ini, hanya kak Pandu dan Avantika yang berbicara padaku, itu pun seadanya.

"Enggak. Dia mah diemin kamu gara-gara yang lain." Jelas Kak Sera tahu, kebersamaannya dengan kak Atha selama lima tahun, pasti membuatnya mengerti laki-laki itu luar dan dalam.

Wedding RuinerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang