—Wedding Ruiner—
Adhyastha Pranaja's
Gue bisa melihat secercah benci di mata Ara untuk gue ketika ia mengatakan bahwa ia tidak menyukai dirinya yang berubah karena gue. Sedalam itu seorang Adhyastha melukai Ara, perempuan yang sejak dulu mati-matian ingin gue lindungi. Anak perempuan ceriwis yang kerjaannya merusuhi kakaknya dan teman-teman kakaknya ini sudah mencuri perhatian gue sejak pertama kali bertemu dengannya. Pertama kali bertemu, dia melemparkan sebuah boneka Barbie tepat ke kepala gue, karena tanpa sengaja gue menginjak anak kucingnya yang menyaru dengan karpet bulu warna putih. Kini, dia sudah dewasa hingga mampu menjungkir balikkan hidup gue.
Ara yang berada di atas gue, tersenyum lagi. Kebencian itu tenggelam sepenuhnya. Oh man, you don't even deserve her smile. You don't deserve her at all. Gue enggak tahu adakah cowok yang lebih bodoh dari gue? Gue pikir gue pantas mencetak catatan di buku Guinness World Record sebagai cowok paling bodoh dan tidak tahu situasi sepanjang masa. Wanita cantik di depan gue ini masalahnya malah memainkan rambut gue yang sudah mulai panjang. Dia tidak berhenti menyiksa gue dengan senyum dan ketenangannya. Padahal gue sudah mau mati memproses semua fakta ini. Dia juga diam saja ketika gue menyelipkan jemari gue, yang memang sudah ada di telapak tangannya sejak tadi, ke sela-sela buku-buku jarinya.
"Mau akad, pangkas dong, Kak." Ara mengucapkannya dengan begitu polos. Bahkan, suaranya tidak bergetar sama sekali. Malah, hati gue yang mencelos. Atha can't hold back his tears, bro. Gue berpaling dari tatapan Ara. Perempuan ini malah kelimpungan melihat mata gue yang berair. Dia menghentikan usapan di puncak kepala gue dan menghapus air mata gue. Posisinya masih sama, gue berbaring dan Ara duduk menjulang di samping gue. "Cowok kok nangis, sih," protesnya.
Gue berbalik lagi ke arahnya. "Seksis, kamu," komentarku sinis. Tawa Ara berderai. Dia masih mengusap lembut pipi gue. Jantung gue berdetak tak karuan. Napas gue memburu. Gue masih saja merutuki diri gue dan kebodohan gue. Lima tahun bukan waktu yang sebentar. How come I can't see a thing? Gue berusaha memahami keadaan. Apakah gue tidak bisa melihat atau menolak untuk melihat? Gue yang berusaha mematikan rasa ini sebulan terakhir saja sudah hampir gila. Bagaimana perempuan mungil ini bisa sekuat itu melewatinya selama lima tahun? Kehadiran gue pasti menyiksanya tanpa ampun.
Gue meringis. Tiba-tiba nyeri di abdomen mendominasi. Buah tangan Pandu beberapa saat lalu. Dia menghadiahi gue satu tonjokan tepat di ulu hati. Gue pikir dia menghajar gue karena gue berengsek mengusik adiknya padahal gue mau menikah dalam hitungan hari. Ya, gue tahu lah semua orang juga sadar apa yang gue lakukan tadi. Mengatakan perasaan lewat lagu? Culun banget, lo, Tha. Yang gue tidak tahu, pukulan itu sebenarnya karena Pandu sudah muak dengan gue. Pantas saja dia berkata, "Not again, Tha. She's finally doing fine without you. Don't you dare to ruin everything." Awalnya dia hanya menepuk pundak gue santai, tapi ketika gue lengah, bunyi gedebuk terdengar seiring gue yang meringis. Sebuah tinju mendarat di ulu hati gue.
Itu sebabnya, gue bermaksud ke dapur mencari es batu untuk mengompres memarnya. Nasib berkata lain, malah bertemu Ara yang langsung kabur ketika melihat gue. Si berengsek Atha ini juga belum taubat. Gue mengejar Ara hingga kami berakhir dalam posisi ini. Kalau bokap gue tahu kelakuan anaknya begini, pasti menyesal sudah mengorbankan dua ekor kambing waktu menamai gue Adhyastha Pranaja yang berarti seorang pemimpin laki-laki yang selalu menjaga.
Gue tahu tidak akan ada yang bisa gue lakukan untuk mengobati gadis kesayangan gue ini. Gue juga sadar, cintanya telah pergi. Walau dia di sini, mengusap pipi gue yang masih basah karena terus melihat senyum ikhlasnya sementara hati gue menjeritkan sesal, gue sadar ada sebagian dirinya yang memberontak untuk keluar dari sini. Keterlambatan gue sudah lewat batas toleransi. Gue tidak akan pernah mendapatkan dia. Tak peduli seberapa besar perasaan gue yang gue sadari sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Ruiner
Storie d'amoreParticipant of MWM NPC 2020 Dosakah aku mencintaimu ? Peluklah aku, jangan menyerah Mereka bukan hakim kita - Dosakah Aku, Nidji.