-- Wedding Ruiner--
2013 – Lima tahun yang lalu.
"Tanteee, apa kabar?"
Aku menyiagakan telingaku begitu mendengar sayup-sayup suara gembira yang sudah lama tak tersiar. Suara tersebut berasal dari ruang tamu yang hanya berbatas gebyok dari ruang keluarga tempatku berada. Aku tersenyum. Aku tanda suara itu. Suara yang selalu kunanti setiap malam minggu.
"Halo, Atha! Sudah lama kamu gak kemari ya?" Lalu suara tawanya menggelegar renyah. Hatiku bergetar. Ada hangat yang menelusup ke hatiku saat mendengar suaranya. Rindu ini pun semakin menggugah. Segera berlari ke kamar, mengganti pakaian yang aku kenakan dengan sebuah gaun bunga-bunga yang kebetulan aku beli tadi. Aku menggerai rambutku, gelombang alaminya tidak kalah dengan wanita-wanita pujaan di Instagram. Kupoleskan liptint merah jambu dan sempurna sudah penampilanku malam ini.
Pintu kamarku langsung terhubung dengan ruang keluarga, sehingga begitu keluar aku bisa melihat Mama, Kak Pandu—abangku yang pertama--, Kak Atha dan seorang wanita yang tidak kukenal sedang lesehan di situ. Kak Pandu dan Kak Atha sedang berkutat dengan sebuah laptop di depan mereka. Kak Atha juga sedang serius dengan aplikasi AutoCad yang terpampang, tetapi tangan kak Atha tidak lepas menggenggam tangan wanita asing yang duduk di sebelahnya. Aku kaget dan menunduk lesu. Tanpa sadar, pintu yang sedari tadi kutahan terbanting keras, membuat kak Atha menoleh. Posisinya yang duduk dibawah dan aku yang menunduk membuat mata kami bersirobok.
"Dia siapa?" tanyaku ketus.
"Eh?" Kak Atha menatapku dan wanita itu bergantian. Dia menggaruk tengkuknya dengan tangannya yang bebas sambil tersipu malu. Tanpa kata, tapi aku sudah tahu jawabannya. Dia pasti pacar baru Kak Atha! Aku berdecak kesal. Kemudian kembali masuk ke kamar dan menghempas pintu—kali ini dengan sengaja.
Hatiku sakit. Kali ini remuk redam. Aku sudah menyukai Kak Atha sejak masuk SMA hingga kini duduk di kelas 12. Kak Atha sendiri bahkan seluruh keluargaku sudah tahu dengan jelas bahwa aku naksir dengan Kak Atha, aku tidak mempermasalahkannya. Kukira selama ini Kak Atha tidak mengindahkan usahaku karena dia memang tidak ingin pacaran, berhubung kuliah di jurusan arsitektur begitu menyita waktu. Namun, kenyataannya memang Kak Atha tidak menyukaiku. Hari ini, aku patah hati.
Kak Atha adalah sahabat karib Kak Pandu sejak Sekolah Menengah Pertama. Mereka sangat akrab dan semakin tak terpisahkan sejak sama-sama terdampar di jurusan Arsitektur. Padahal setahuku Kak Atha sangat bercita-cita masuk jurusan desain/seni rupa, tapi entah kenapa malah nyasar ke sana. Sejak SMP Kak Atha sudah sering bermain di rumahku, saat itu aku masih duduk di bangku kelas 3 SD. Ketika mereka masuk kuliah, Kak Atha malah jadi sering bermalam di rumahku, karena harus mengerjakan tugas hingga larut malam. Waktu itu, aku sedang puber-pubernya dan baru mengecap masa putih abu-abu ketika aku sadar ada hatiku yang berdetak setiap melihat Kak Atha datang dengan wajah lelahnya. Ada rasa yang membuncah ingin menjadikan diriku tempatnya bersandar. Awalnya aku malu untuk mengakui, hingga saat beranjak naik kelas 2 SMA, aku mulai berani terang-terangan mengatakan bahwa aku menyukainya. Malangnya, hingga hari ini, aku tidak pernah digubris olehnya. Sedihnya lagi, aku tahu bahwa Kak Atha dan keluargaku selalu menganggap remeh perasaanku tersebut.
Sekarang aku tahu, alasan Kak Atha sudah jarang mampir ke rumah. Bukan karena mereka tidak sekelas lagi sejak memilih jalur konsentrasi yang berbeda seperti kata Kak Pandu. Aku tahu, biasanya meskipun tidak memiliki tugas, setiap malam minggu, Kak Atha tetap sering bertandang ke rumah sebelum pergi nongkrong bersama Kak Pandu. Namun, tiga bulan belakangan ini, Kak Atha sudah jarang terlihat batang hidungnya, itu pasti karena dia sudah mulai mengapeli pacar barunya. Kenyataan itu membuat dadaku semakin sesak. Sebulir air mata jatuh di pipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Ruiner
RomansaParticipant of MWM NPC 2020 Dosakah aku mencintaimu ? Peluklah aku, jangan menyerah Mereka bukan hakim kita - Dosakah Aku, Nidji.