Prolog

1.2K 92 4
                                    

Saat itu hari sudah malam. Jalanan terlalu sepi dan gelap untuk dilewati. Dengan berbekal keberanian dan sebuah ponsel, gadis itu berjalan sendirian. Dengan langkah lebar dan tergesa-gesa, gadis itu berharap agar ia segera mencapai ujung dari jalan itu. Setidaknya hingga ia menemukan sebuah halte atau apapun yang sekiranya memiliki penerangan.

Ia tak berhenti memerintah diri sendiri untuk tidak menoleh ke belakang. Keberaniannya hanya cukup untuk membuat diri gadis itu berjalan sendirian di jalanan yang terlampaui sepi dan gelap. Tidak untuk menoleh ke belakang hanya untuk memastikan apakah ada orang lain di sana atau hanya kekosongan.

Gadis itu mendongak, hanya untuk mendapati bulan di atas sana terlihat begitu jelas dan lebih besar. Bulan purnama. Hal itu mengingatkan sang gadis pada mitos seorang manusia yang akan berubah menjadi serigala ketika datang bulan purnama.

Menggelengkan kepala, ia mengenyahkan segala pemikiran yang hanya akan mengikis keberanian yang sudah ia susun dengan susah payah. Ia segera mempercepat langkah lebarnya, membuat ia terlihat seperti tengah berlari.

Di tengah keheningan malam, gadis itu meraih saku seragam yang ia pakai. Ia berhenti berlari begitu tak mendapati ponsel yang seharusnya berada di sana.

Tergesa, gadis itu meraih ransel di punggung. Membuka ransel itu untuk mencari ponsel. Namun nihil. Ia tak mendapatkan apapun di sana selain buku dan peralatan menulis.

"Nona, aku menemukan ini di jalan. Apa ini yang anda cari?"

Gadis itu melirik ke belakang. Ia langsung berbalik begitu melihat sebuah ponsel yang tengah disodorkan padanya. Tak salah lagi. Ponsel itu memang miliknya.

"Oh, benar. Terimakasih, Paman." Sang gadis segera membungkuk setelah mengambil ponsel itu. Tubuh gadis itu membeku begitu ia menegakkan punggung.

Bagaimana tidak? Kini gadis itu harus bersitatap dengan sepasang lubang hitam yang ada pada wajah paman itu. Cairan kental berwarna merah terlihat menetes dari mulut paman itu yang dijahit.

Gadis itu masih mematung begitu melihat sudut bibir paman itu tertarik, mengulas sebuah senyum yang seharusnya terlihat ramah malah terlihat begitu mengerikan.

"Sama-sama-"

"Hentikan!!"

Pandangan gadis bersurai hitam beralih pada gadis lain bersurai pirang yang barusaja berteriak. Keringat dingin terlihat di pelipis gadis itu.

"Cerita macam apa itu?! Irene, kau bilang kau akan menceritakan cerita horror bukan? Lalu kenapa yang kau ceritakan malah cerita bertema phsyco!" Gadis itu berseru heboh.

Irene yang duduk di hadapannya dengan memeluk sebuah bantal memutar bola mata jengah. "Itu cerita horror, Lisa. Dengarkan saja dulu."

Gadis bernama Lisa itu menggeleng. Kedua tangan Lisa yang memeluk bantal berpindah untuk menutup telinga. "Tidak. Aku tak mau mendengarnya lagi."

Irene berdecak. "Katakan saja kau takut. Tak perlu repot-repot cari alasan. Kau sangat mudah ditebak."

Lisa melotot tak terima. Baru saja gadis itu hendak meluncurkan protes, gadis bersurai hitam yang sejak tadi hanya diam kini membuka mulut untuk melerai. "Sudahlah. Tak perlu berdebat. Mendengar perdebatan kalian hanya akan membuatku sakit kepala. Lebih baik kita tidur. Aku sudah mengantuk."

Mengabaikan Irene dan Lisa yang kini saling berdebat melempar pelototan mata, Chaeyeon lebih memilih untuk beranjak naik ke atas ranjang. Membaringkan tubuh di sana, lalu memejamkan mata.

Malam ini Chaeyeon memang tengah menginap di rumah Irene. Begitu pula Lisa. Jadi ia tak perlu khawatir untuk berjalan pulang sendirian meski pada kenyataannya, Chaeyeon hanya perlu berjalan sekitar 20 meter untuk mencapai rumah.

Bagaimanapun juga, cerita yang barusaja diceritakan Irene pada tengah malam seperti ini cukup mempengaruhi Chaeyeon. Apalagi ia sempat melihat bulan purnama dari jendela kamar Irene. Bisa saja seseorang diluar sana tengah mengalami hal yang serupa dengan cerita Irene. Bisa saja. Kemungkinan selalu ada bukan?

~~~~ B & A ~~~~

Hai! Kali ini saya datang membawa sebuah cerita fanfiction dengan tema yang sedikit mengandung kesan horror. Entah feelnya kerasa apa ndak.

Cerita ini merupakan request atau bisa disebut juga sebagai tantangan dari Aky-ssi
Sebelumnya saya memang pernah request agar dia buat cerita ber-genre fantasy. Dan sekarang giliran dia yang nge-request, wkwkwk

Oke. Sampai sini dulu saja. Ada satu tagihan cerita yang belum saya selesaikan. Bye...

Before and AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang