36. Just the Same

224 44 10
                                    

Musik adalah suatu kewajiban bagi sebuah Club malam. Musik pula lah yang akan kalian dengar begitu melangkahkan kaki kesana, menggema ke seluruh penjuru club. Pasti akan sangat aneh rasanya jika kau berjalan ke dalam sebuah club namun tak mendengar apapun.

Dan ya, tentu kalian tahu bahwa sebuah club malam merupakan salah satu destinasi bagi orang-orang yang ingin melepas penat sejenak dari kesibukan dunia. Ada pula para remaja yang menggunakannya sebagai tempat pelarian. Tak jarang pula orang-orang datang kesana murni hanya untuk mencari hiburan, dan bermacam alasan lainnya.

Itu pula yang tengah remaja bersurai hitam itu tengah lakukan. Hanya saja, club malam yang ia hadiri saat ini bukanlah club malam biasa, melainkan salah satu Club malam ternama di Seoul.

Urban Night City Club, begitulah orang-orang mengenalnya. Sebuah Club malam mewah bergaya classic, tempat para pengusaha kaya serta orang-orang ternama mencari hiburan.

Lalu bagaimana cara seorang remaja sepertinya bisa masuk ke dalam sana? Apalagi mengingat usianya yang masih terbilang muda untuk datang ke tempat semacam itu.

Ugh, panjang ceritanya. Dan tentunya, itu bukanlah perkara mudah.

"Arah jam 10."

Suara itu menggema di telinga pemuda itu, terdengar melewati sebuah earpiece yang ia pakai. Tanpa babibu lagi, pandangannya langsung tertuju pada arah yang telah diberitahukan. Seketika itu pula, perhatiannya terpaku pada seorang pria bersurai pirang yang tengah berbicara dengan bartender wanita yang ada disana. Hanya dalam sekali lihat, ia sudah bisa menebak bahwa pria itu berkebangsaan Eropa.

Dengan tenang, sang pemuda mulai berdiri, beranjak dari tempatnya mengamati menuju kearah sang pria Eropa. Bisa ia lihat percakapan mereka berhenti sejenak saat bartender itu menyadari kehadirannya. Seketika itu pula ia segera memasang senyum terbaik yang ia punya.

"Hello, Mr. Handsome. Is there anything I can do for you?" Bartender itu berujar, menyapa sang pemuda yang telah mengambil tempat duduk berjarak dua kursi dari sang pria Eropa.

"I should've be the one who asked you that. Is there anything I can do for you, my precious lady?"

Wanita itu tersenyum, menatap pemuda itu dengan tatapan tertarik. Sedangkan sang pemuda sendiri tetap mempertahankan senyumnya, menaikkan sebelah alis seraya menatap sang bartender.

Semua orang tahu apa yang tengah ia lakukan saat ini. Menggoda.

"Sialan kau, Kook. Aktingmu mengerikan. Aku tak akan terkejut jika kau bahkan juga akan menciumnya hanya untuk meyakinkan lawanmu."

Jungkook tak menanggapi perkataan Jimin. Ia sibuk menghadapi wanita di hadapannya.

Oh, jika kalian penasaran, Jimin tengah berada di ruang pengawas saat ini, mengawasi Jungkook lewat CCTV. Ia tak sendiri. Ada beberapa orang sewaan bersamanya, bertugas melindungi serta mengawasi jika saja ada seseorang yang mencoba masuk ke ruang pengawas. Lalu bagaimana dengan petugas yang ada disana?

Tentu saja pingsan.

"You can order something from me," jawab sang bartender. Ia kini telah menghadap sepenuhnya pada Jungkook, menaruh seluruh perhatiannya pada pemuda asing itu.

"Okay, if that's what you want." Jungkook terkekeh pelan. Ia kemudian memesan wine merah. Tapi jujur saja, Jungkook tak berniat akan menghabiskannya. Ayolah, Jungkook tentu belum gila. Ia sadar bahwa ia masih di bawah umur, tidak diizinkan untuk meminum alkohol. Namun bukan berarti Jungkook belom pernah mencobanya.

Yah, benar. Jungkook pernah minum. Ia tak ingat pasti kapan hal itu terjadi. Yang pasti, lidah Jungkook sudah cukup familiar dengan minuman sejenis itu. Namun kali ini ia kembali melakukannya murni karena rencana gila yang tengah ia laksanakan saat ini. Dan entah bagaimana, ia merasa sudah terbiasa dengan semua hal yang tengah ia lakukan sekarang. Bagaimana menyebutnya? Mengintai?

Before and AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang