22. Promise

328 55 42
                                    

Sudah tidak asing lagi bila kau mendengar bahwa manusia tak bisa hidup tanpa manusia lain. Bersosialisasi adalah salah satu kebutuhan manusia yang alami. Mereka tak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dengan adanya kebutuhan itulah akhirnya timbul sebuah interaksi. Dengan adanya interaksi, maka timbullah suatu hubungan.

Hubungan yang dibangun selama-bertahun-tahun tentu memiliki arti yang lebih mendalam dari pada hubungan yang dibangun dalam kurun waktu setahun atau bahkan beberapa bulan. Meski tak jarang juga suatu hubungan dapat terjalin dengan begitu erat hanya dalam waktu yang cukup singkat. Hal itu disebabkan adanya rasa saling percaya dan kenyamanan. Tapi tetap saja, semakin banyak waktu yang dilalui maka semakin besar pula arti hubungan itu sendiri.

Itulah yang terjadi pada Jimin. Bertahun-tahun sudah ia menjalin sebuah hubungan persahabatan dengan seseorang yang bernama Jeon Jungkook. Jimin ingat, pertama kali ia bertemu dengan Jungkook adalah saat ia masih duduk di bangku Junior High School, di tahun dimana hidupnya benar-benar terpuruk.

Keluarga Jimin memanglah keluarga yang terpandang. Jimin selalu dikelilingi oleh kemewahan. Tapi saat itu, Tuhan justru terlihat tak adil dengan memberikan kemewahan pada seseorang seperti dirinya, seorang kriminal yang dengan mudahnya dapat menutupi segala keburukan hanya dengan uang.

Apa Jimin bahagia? Tentu tidak. Ia hanya bocah ingusan yang dengan mudahnya dapat dipengaruhi orang lain. Saat ia terpuruk karena segala tuntutan keluarga, ia mendatangi orang yang salah. Memuakkan, itulah yang selalu Jimin rasakan setiap saat menghadapi dirinya sendiri.

Hingga pada akhirnya saat Jimin kembali berakhir di kantor polisi, ia bertemu Jungkook. Jika kalian pikir Jungkook menolong Jimin dengan mengatakan berbagai kalimat-kalimat motivasi layaknya seorang motivator maka kalian salah. Pemuda itu justru menekan mental Jimin hingga ke bagian paling dasar.

Tapi tentu Jimin tak akan sadar semudah itu. Ia justru kerap kali terlibat adu pukul dengan Jungkook. Anehnya, Jimin tak sadar bila setiap perkelahian yang mereka lakukan justru membuat ikatan di antara mereka semakin kuat. Mereka bahkan berjanji jika salah satu dari mereka bertindak bagai orang brengsek maka yang lain akan menghajarnya.

Mulai saat itu, Jimin selalu mengikuti Jungkook hanya untuk mencari kesempatan agar ia bisa menghajar pria itu. Gila memang. Jimin sendiri tahu ada yang salah dengan dirinya. Namun ia juga tahu, bahwa perlahan dirinya mulai bangkit.

Ia menjadi pribadi yang lebih baik, tidak mudah dibodohi, mulai bisa menguasai emosi. Meski begitu, Jimin tetap merasakan tekanan dari keluarga yang membuat ia memilih lepas dan hidup sendiri. Setidaknya Jimin merasa sedikit lebih bebas walau nyatanya ia selalu diawasi. Oh, Jimin juga berhasil mendapatkan sebuah tujuan hidup.

Mengikuti Jungkook. Mengawasi setiap pergerakan Jungkook dan tetap mencari celah untuk menghajar pria itu.

Ya, itulah persahabatan mereka yang sebenarnya. Selebihnya, mereka terlihat layaknya sahabat-sahabat biasa.

"Jadi dia melupakanmu?"

Jimin tersentak, kembali ke kenyataan. Ia terkekeh sejenak sebelum meminum kopi hangat di tangannya.

Jimin baru ingat, ia memiliki perjanjian yang harus dilaksanakan.

"Ya." Jimin menjeda, bersiap untuk bercerita panjang lebar. "Kau tahu tentang arwah Jungkook yang bisa berjalan-jalan saat ia tidur, bukan? Ternyata itu bisa disembuhkan."

Mata Chaeyeon membulat penuh keterkejutan. Disembuhkan? Bagaimana caranya? Kemampuan Jungkook yang satu itu saja terdengar sangat aneh dan tak masuk akal di telinga Chaeyeon, tapi ternyata hal itu bisa disembuhkan?

Tidak, bukannya Chaeyeon tak senang. Chaeyeon justru senang mendengarnya. Bila Jungkook benar-benar bisa sembuh, maka pria itu akan lebih tenang saat ia tidur.

Before and AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang