Matahari kembali bersinar terang untuk yang kesekian kalinya. Kehadiran sang mentari diikuti dengan kehangatan yang menyelimuti seluruh kota. Ia bersinar, tak peduli bila beberapa orang kesal dengan kehadirannya yang mengusik mimpi mereka.
Tak ada yang berubah. Orang-orang memulai aktivitasnya seperti biasa,seolah tak ada apapun yang perlu dikhawatirkan. Mereka sama sekali tak tahu apa yang barusaja terjadi beberapa malam yang lalu. Tak ada satupun dari mereka yang menyadari.
Semuanya terlalu rapi dan bersih. Sama sekali tak ada yang curiga. Mereka tak memiliki ide apapun mengenai peristiwa yang sempat terjadi semalam. Atau lebih tepatnya, tiga malam yang lalu.
Di sekolah, semua berjalan seperti seharusnya. Taehyung masih berangkat terlambat seperti biasa. Bedanya, satpam sekolah sedang berbaik hati membiarkan Taehyung masuk lewat gerbang depan. Berkatnya, Taehyung tak perlu berhadapan dengan guru favoritnya lagi, yaitu guru BK yang selalu menunggui Taehyung di gerbang belakang sekolah.
Ya, Taehyung sudah kapok menerobos melalui gerbang belakang sekolah.
Setelah memarkirkan Blue di parkiran, Taehyung menyempatkan diri untuk menepuk-nepuknya sebentar. Ia berpamitan pada motor sport biru kesayangannya itu. Hal yang selalu ia lakukan, baik ia sedang bersedih, marah, maupun bahagia.
Bahkan saat ini, saat ia tak merasakan apapun, melainkan.... bukan apapun.
"Hei... Pagi yang sama lagi, huh? Kuharap kau tidak merindukannya sepertiku. Karena percayalah, Blue, itu sangat melelahkan."
Taehyung menghela nafas sementara Blue hanya diam. Tersenyum sekali lagi, Taehyung mulai berdiri di atas kakinya, menenteng tas lalu berjalan menuju gedung sekolah sambil bersenandung pelan.
Belum sempat kaki Taehyung menginjak daerah diluar parkiran, matanya tanpa sengaja menangkap seseorang yang juga barusaja memarkirkan motor di dekat sana. Orang itu terlihat seperti bukan siswa sekolah jika dilihat dari pakaian yang ia kenakan, yaitu sebuah setelan jas yang kini terlihat sangat berantakan.
Taehyung menyipit. Ia merasa kenal dengan orang yang kini berjalan tergesa ke arahnya itu. Cukup sulit untuk mengenali orang itu, apalagi wajah orang itu yang sudah babak belur. Cara berjalannya sedikit pincang. Terdapat beberapa robekan pada lengannya yang seperti tergores benda tajam. Dia juga menenteng sebuah tas, yang ia jatuhkan begitu saja saat jarak mereka hanya terpaut beberapa meter. Saat itulah Taehyung mengenali siapa orang itu.
"Jim-"
Bugh!
Pukulan keras itu menghantam rahang Taehyung dengan telak. Taehyung bahkan hampir tersungkur karenanya. Namun rupanya Jimin belum selesai. Kepalan tangannya kembali menghantam Taehyung yang masih belum pulih dari keterkejutan atas pukulan Jimin sebelumnya.
Sungguh, rasanya sakit sekali. Padahal Jimin tak menggunakan seluruh kekuatannya. Ia sudah menghabiskannya untuk bertahan hidup setelah orang-orang suruhan Jonghan berhasil menangkapnya. Beruntung waktu itu Jimin sudah sempat menyembunyikan tas titipan Jungkook.
Mengingat Jungkook membuat amarah Jimin kembali meledak.
"Brengsek! Apa yang kalian lakukan padanya?! Dimana Jungkook?! Katakan padaku dimana kalian menyembunyikannya!!"
Jimin berteriak di depan Taehyung sebelum kembali memukul pria itu. Ia benar-benar kalap. Waktu itu, ia kalah jumlah. Jimin dihajar habis-habisan oleh orang-orang itu hingga pingsan. Dan saat ia sadar, ia mendapati dirinya terbangun di dalam gudang kotor tak terawat. Rupanya mereka membuang Jimin ke dalam gudang di kebun yang tak lagi dipakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before and After
FanfictionApa reaksimu jika kau melihat sesuatu yang seharusnya tidak bisa kau lihat? Misalnya hantu mungkin? Lalu bagaimana jika kau diberi kesempatan untuk melihat hal-hal semacam itu? Hampir seluruh orang akan menolak kesempatan tersebut. Sialnya, Chaeyeo...