Chaeyeon sangat bersyukur. Nyonya Park adalah orang yang sangat baik. Ia bisa berangkat sekolah hari ini juga berkat bantuan Nyonya Park. Wanita itu meminjamkan baju untuk Chaeyeon dan Taehyung agar seragam mereka bisa dipakai lagi keesokan harinya. Yah, meskipun seragam Taehyung sedikit kotor. Tapi mau bagaimana lagi?
Saat ini Chaeyeon sedang membantu Nyonya Park menyiapkan sarapan. Taehyung barusaja bangun. Jadi ia sedang bersiap-siap saat ini. Begitu pula dengan Ana.
"Bibi, apa yang harus kulakukan dengan ini?"
"Bibi, bagaimana cara menyalakan kompor?"
"Bibi, sayur ini dicuci pakai sabun?"
"Bibi! Masakannya berasap!"
Itulah yang sekiranya diucapkan Chaeyeon selama di dapur. Yah, sejujurnya Chaeyeon tidak membantu sama-sekali. Mungkin lebih tepatnya mengacau. Maklum, Chaeyeon belum pernah menyentuh dapur selain untuk mengambil air dingin di kulkas. Pasalnya, seluruh kegiatan memasak di rumah Chaeyeon sudah diatasi oleh para pelayan. Saat ini Chaeyeon sadar betapa payahnya dirinya dalam hal memasak.
"Bibi, maafkan aku." Chaeyeon menunduk menainkan apron yang terpasang di tubuhnya. Ia berjalan mengekori Nyonya Park yang tengah menata makanan di meja.
Nyonya Park terkekeh. "Tak masalah, nona Chaeyeon. Aku justru merasa tengah mengajari putriku sendiri."
"Pagi, Nyonya Park! Anda terlihat sangat cantik hari ini."
Taehyung yang barusaja datang menyapa dengan senyum khas andalannya. Nyonya Park hanya terkekeh akibat godaan yang Taehyung luncurkan. Ia mempersilahkan Taehyung untuk duduk sementara Chaeyeon langsung memukul lengan Taehyung dengan sendok sayur.
"Lihat terlebih dahulu dengan siapa kau bicara, bodoh!" desis Chaeyeon.
Taehyung meringis mengusap lengannya yang berdenyut nyeri. "Jangan salahkan aku! Aku tak bisa menahan diriku untuk memuji setiap kali melihat wanita cantik." Taehyung berujar dengan tampang tak bersalahnya. Hal itu membuat Chaeyeon kembali memukul lengan Taehyung dengan sendok sayur. Memang tak terlalu keras, tapi cukup berefek pada Taehyung mengingat lengannya masih sedikit memar.
"Dasar mata keranjang! Awas saja, jika sampai aku memergokimu berselingkuh di belakang Irene dan membuat Irene menangis karenamu, aku akan membunuhmu," peringat Chaeyeon sambil mengacungkan sendok sayur di tangannya.
Taehyung berdecak. "Iya-iya," ujar Taehyung, memijat pelan lengannya yang terasa sedikit pegal. "Apa kubilang? Selalu saja seperti ini," lanjut Taehyung, bergumam pada diri sendiri.
Chaeyeon hanya melirik Taehyung. Ia mendengar gumaman Taehyung barusan, namun memilih untuk tidak peduli. Chaeyeon segera mengalihlan atensi pada Nyonya Park. "Bibi, apa aku perlu memanggil Ana kemari?"
Nyonya Park yang barusaja mengambil beberapa gelas minuman menoleh pada Chaeyeon. Wanita paruh baya itu tersenyum sebelum menjawab, "Tidak perlu. Ana akan kemari bila temannya sudah datang-ah, itu dia."
Sesuai dengan perkataan Nyonya Park, Ana tiba di ruang makan. Gadis kecil itu sudah mengenakan seragam sekolahnya. Ia terlihat menggemaskan dengan wajah yang berseri bahagia. Hanya saja, Ana hanya datang sendiri. Itu membuat Chaeyeon bertanya-tanya dimana teman yang dikatakan Nyonya Park tadi. Chaeyeon memutuskan untuk mengabaikan hal itu sejenak dan menikmati sarapannya.
Acara sarapan pagi itu berlangsung dengan penuh canda tawa. Itu berkat Taehyung yang dapat dengan mudah mencairkan suasana. Dalam sekejap pria itu berhasil mengakrabkan diri dengan Nyonya Park dan Ana. Ana bahkan terlihat sangat bersemangat menceritakan kehidupan sekolahnya.
Chaeyeon hanya diam dan sesekali ikut tertawa. Terkadang ia akan menegur Taehyung ketika kebiasaan pria itu menggoda wanita kambuh. Chaeyeon baru teringat akan teman Ana saat acara sarapan pagi itu berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before and After
FanfictionApa reaksimu jika kau melihat sesuatu yang seharusnya tidak bisa kau lihat? Misalnya hantu mungkin? Lalu bagaimana jika kau diberi kesempatan untuk melihat hal-hal semacam itu? Hampir seluruh orang akan menolak kesempatan tersebut. Sialnya, Chaeyeo...