16. Fight

313 55 3
                                    

Hari sudah malam. Kemerlap bintang tersembunyi di balik awan, menambah langit malam itu yang sudah gelap menjadi semakin kelam. Samar, terdengar lantunan rintik hujan seirama yang menenangkan. Suhu udara yang perlahan turun membuat orang-orang ingin segera bersembunyi di dalam selimut kemudian menyapa alam mimpi. Aroma tanah basah yang lembut pun turut melengkapi suasana malam itu yang begitu menenangkan, menambah tidur orang-orang di sana semakin pulas.

Namun sayang, Chaeyeon masih tak bisa tidur hingga saat ini. Memang benar tempat tidur yang ia gunakan saat ini nyaman untuk ditempati, di tambah selimut tebal nan lembut yang menghangatkan tubuh Chaeyeon. Hanya saja, Chaeyeon masih belum bisa tidur. Gadis itu hanya berbaring dalam diam, memandang keluar jendela yang tirainya ia biarkan terbuka.

Mungkinkah karena ini bukan di rumahnya sendiri?

Mungkin saja. Entahlah, Chaeyeon terlalu banyak berpikir dalam satu waktu hingga ia sendiri bingung tengah memikirkan apa.

Menyibak selimut, Chaeyeon memilih berjalan mendekat ke jendela. Suara tetes air hujan yang menghantam jendela perlahan semakin kentara seiring dengan jarak di antara keduanya yang semakin menipis. Chaeyeon melihat dari balik jendela. Di sanalah bulan itu terlihat. Meski tertutup awan, cahayanya masih dapat terlihat. Tanpa sadar Chaeyeon tersenyum ketika sebuah kenangan melintas di benaknya.

Chaeyeon masih ingat. Saat itu malam bulan purnama ketika Chaeyeon bertemu sesosok hantu. Hantu tampan. Lucunya hantu tersebut juga terkejut saat melihat Chaeyeon seolah Chaeyeon sendirilah hantu itu.

Chaeyeon terkekeh pelan. Sepertinya ia harus berterimakasih pada sosok arwah itu nanti saat mereka bertemu lagi. Lagipula, Jungkook sudah mengatakan bahwa dia akan datang bukan?

Lamunan Chaeyeon buyar begitu saja ketika terdengar suara ketukan pintu. Spontan saja ia menoleh ke pintu kamar, sedikit heran siapa yang ingin mengunjunginya malam-malam seperti ini.

"Sebentar," sahut Chaeyeon, bergegas menghampiri pintu dan membukanya. Begitu pintu terbuka, entah mengapa Chaeyeon tak terlalu terkejut mendapati Taehyung di sana. "Ada apa?"

Pemuda itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Kupikir kau tidak bisa tidur karena masih baru di sini, jadi kupikir, lebih baik aku memberimu cokelat panas. Kau mau?"

Terjadi keheningan di antara mereka. Tangan Taehyung yang terangkat menyodorkan segelas mug berisi cokelat panas itu mulai terasa lemas karena tak ada tanggapan dari Chaeyeon. Meski begitu, Taehyung berharap Chaeyeon mau menerimanya. Taehyung jujur menghampiri kamar Chaeyeon hanya untuk memberikan cokelat panas, bukan yang lain. Yah, meskipun sebenarnya Taehyung senang bisa melihat Chaeyeon untuk beberapa hari ke depan secara terus-menerus.

"Tidak mau? Kalau begitu, ya-"

Bukanlah hal yang terduga bagi Taehyung ketika tiba-tiba gadis itu menariknya masuk ke dalam kamar. Bahkan belum habis rasa terkejut Taehyung, Chaeyeon sudah menyuruh Taehyung duduk di kasur, berhadapan dengan Chaeyeon.

"Tae, aku ingin mengatakan sesuatu."

Masih dengan memegang mug di tangan, Taehyung menjawab, "A-apa?"

Sungguh, perkataan Chaeyeon membuat Taehyung berdebar-debar karena alasan yang tidak jelas. Apa yang ingin dikatakan Chaeyeon? Bahwa Chaeyeon akan berusaha menerima perasaannya? Sepertinya tidak mungkin.

Chaeyeon menyampirkan helai rambut panjangnya ke salah satu bahu. Tanpa sadar akan Taehyung yang memperhatikan segala gerak geriknya, Chaeyeon melepas kalung yang baru kemarin ia pakai. Pada kalung tersebut terdapat sebuah liontin. Chaeyeon segera memperlihatkan liontin itu pada Taehyung.

"Ini liontin pemberian Ayahku. Jungkook bilang, Ayahku adalah saksi penting dalam sebuah kasus yang berhubungan dengan pasar gelap. Dia bilang, Ayahku memiliki bukti untuk kasus itu dan menyembunyikannya di suatu tempat. Kupikir buktinya ada di dalam liontin ini. Apa kau bisa membantuku membongkarnya?"

Before and AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang