"Ayah tak akan memberikannya ke pengadilan."
"....A-apa?"
"Sejak awal barang itulah yang membuat kita berada dalam bahaya. Jika barang itu hilang, maka semua akan kembali seperti semula."
"T-tapi, Ayah...Ayah hanya perlu memberikannya ke pengadilan. Kenapa Ayah bisa berpikir bahwa dengan menghilangkan buktinya maka orang-orang itu tak akan mengincar kita lagi? Apa mereka mengancam Ayah?"
"...."
"Ayah, katakan padaku, apa mereka mengancam Ayah?"
"...Ya."
"Ayah, justru mereka akan terus menerus mengancam Ayah jika Ayah menuruti mereka!"
"Chaeyeon....Ayah tak ingin kehilanganmu."
"Tapi, Ayah. Mereka akan terus memanfaatkan Ayah, mereka akan mengancam Ayah agar Ayah menuruti keinginan mereka. Satu-satunya jalan hanyalah dengan memberikan bukti itu ke pengadilan, dengan begitu mereka akan berhenti, Ayah."
"...Kau tak mengerti, Chaeyeon. Setelah Ibumu, Ayah tak ingin kehilangan siapapun lagi..."
"Ayah, aku akan baik-baik saja. Kita hanya perlu memberikan bukti ke pengadilan."
"...Keputusan Ayah sudah bulat, Chae. Jadi, lebih baik kau segera berikan liontin itu pada Ayah dan Ayah berjanji, semua akan baik-baik saja."
"Chaeyeon."
Chaeyeon mengerjap. Bayangan percakapan yang kemarin ia lakukan dengan Il Woo mengabur seiring dengan ia yang mulai terbangun dari lamunan. Tanpa perlu memakan waktu lama, pandangan Chaeyeon langsung jatuh pada satu-satunya orang yang tengah bersamanya. Chaeyeon langsung berujar, tanpa berusaha menyajikan senyum di wajah cantiknya. "Ya?"
Taehyung berdecak. Ini sudah ketiga kali ia memergoki Chaeyeon yang tengah melamun. Namun apalah daya? Taehyung tak memiliki wewenang untuk menilik lebih jauh tentang apa yang membuat gadis itu tak fokus. Apalagi Taehyung sendiri ragu bila Chaeyeon memasukkan namanya ke dalam daftar teman gadis itu. Sungguh malang nasib Taehyung yang ingin meraih pujaan hatinya namun harus terhalang oleh status. Salahkah bila Taehyung berharap lebih?
"Bagaimana kakimu?" tanya Taehyung pada akhirnya. Tak berniat membujuk Chaeyeon untuk menceritakan perihal yang memenuhi pikiran gadis itu sendiri.
Di lain sisi, Chaeyeon mau tak mau terhenyak mendengar pertanyaan Taehyung barusan. Bahkan setelah peristiwa penembakan kemarin, setelah Taehyung pingsan dan setelah menjalani operasi, Taehyung masih ingat bahwa kaki Chaeyeon sempat terkilir. Chaeyeon sendiri bahkan mungkin masih lupa jika saja pagi tadi Il Woo tak mengingatkan.
"Sudah baikan. Kau sendiri?"
"Aku juga."
Hening. Taehyung sudah benar-benar tak memiliki topik untuk dibahas. Ia sama sekali tak menyangka bahwa Chaeyeon mengunjunginya setelah pulang sekolah. Chaeyeon sendiri tak membuat suasana canggung itu lebih baik karena terlalu fokus pada dunianya, lagi. Membuat Taehyung frustasi harus menghadapi kecanggungan itu sendiri.
Berdehem, Taehyung memilih untuk bangkit dari posisi berbaringnya. Ia sudah lelah berbaring selama seharian penuh. Sayangnya, Taehyung sama sekali tak menduga bahwa hanya untuk mengangkat tubuhnya saja akan terasa sesakit ini. Lebih tepatnya di area bahu kiri, tempat dimana sebuah peluru sebelumnya berada.
Chaeyeon sendiri langsung membantu Taehyung bangkit. Tentu Chaeyeon tak lupa untuk melontarkan beberapa gerutuan melihat Taehyung yang memaksakan diri. Padahal kondisi pemuda itu belum sepenuhnya pulih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before and After
FanfictionApa reaksimu jika kau melihat sesuatu yang seharusnya tidak bisa kau lihat? Misalnya hantu mungkin? Lalu bagaimana jika kau diberi kesempatan untuk melihat hal-hal semacam itu? Hampir seluruh orang akan menolak kesempatan tersebut. Sialnya, Chaeyeo...