PART 14 - (NOT) OKAY

9.7K 1.1K 178
                                    

When a girl said she’s okay, it means they’re not okay, right?” ~ Suami-Able Said

oOo

Tadinya, setelah berbelanja sore itu, (Namakamu) ingin datang ke rumah Bi Sumi untuk menengok anaknya yang sedang sakit. Tapi karena sudah terlalu sore dan melihat tampilan Iqbaal yang sudah terlihat lusuh dibalik pakaian kantornya itu, mau tidak mau (Namakamu) memilih untuk pulang ke rumah. Masih ada hari esok. Masih banyak waktu untuk pergi kesana. Iqbaal juga akan dengan senang hati mengantarnya ke rumah Bi Sumi. Tapi bukan hari ini. Pasti suaminya itu lelah sekali sudah bekerja seharian ditambah harus menemaninya pergi belanja yang tentu saja tidak membutuhkan waktu singkat.

“Kamu mau makan apa, Baal?” Tanya (Namakamu) sambil meletakan barang belanjaan di meja pantry. “Biar aku siapin sekarang.”

“Tadi kita beli apa aja?” Iqbaal melonggarkan dasinya perlahan sebelum akhirnya di lepaskan. Sambil membuka kancing teratas, Iqbaal mendekati istrinya yang sibuk mengeluarkan barang belanjaan dan berdiri tepat di belakangnya.

“Hmm, banyak sih.” Jawab (Namakamu). “Kamu bilang dong mau makan apa. Biar aku nggak bingung.” Pintanya agak manja.

“Omelet aja, Babe.” Iqbaal menjulurkan tangannya untuk mengeluarkan sekantung telur dari dalam keresek belanjaan. “Yang gampang dan nggak ribet.”

(Namakamu) memutar kepalanya melirik Iqbaal yang berdiri di belakangnya. “Omelet aja nih?”

Iqbaal tersenyum jahil. “Mau makan kamu juga boleh nggak?”

Wajah Iqbaal begitu dekat dengan wajahnya begitu (Namakamu) memutar lehernya sembilan puluh derajat. Deru napasnya yang tenang begitu terasa di kulit wajah (Namakamu). Belum lagi senyuman di salah satu sudut bibir Iqbaal yang membuatnya malu sekaligus ingin menggetok kepala Iqbaal. Juga sebelah tangannya yang sudah melingkar indah di pinggang ramping (Namakamu) yang bahkan tidak disadari oleh empunya.

“Ngaco aja! Udah ah mandi sana!” (Namakamu) mendorong Iqbaal menjauh dari tubuhnya. Lebih tepatnya mengusir pria itu supaya mandi terlebih dahulu sementara (Namakamu) menyiapkan makan malam.

Sebelum beranjak, Iqbaal menyempatkan mencium pipi (Namakamu) yang setiap saat memperlihatkan cekungan manis ketika berbicara. Kedua tangannya memeluk lembut pinggang (Namakamu) sambil berkali-kali mencium pipi tirus sang istri. Sungguh, Iqbaal selalu tidak puas jika hanya melakukannya sekali.

That dimples seduce him so well.

“Jangan kangen.” Kata Iqbaal lagi sambil tertawa.

“Kamu kali yang kangen.” Balas (Namakamu) dengan tawa juga.

“Sekarang juga udah.” Iqbaal malah menyurukan wajahnya di ceruk leher (Namakamu) dan mengusap-usapkan hidungnya disana.

Please, kamu bukan lagi anak abg yang suka ngomong cheesy kaya gitu.” (Namakamu) lantas melepas paksa tangan Iqbaal yang mengait di pinggangnya dan memutar tubuhnya berhadapan dengan pria itu. “Mandi sana! Kalo kaya gini terus kapan aku masaknya?”

Melihat (Namakamu) yang sudah berkacak pinggang begitu sama sekali tidak membuat Iqbaal takut. Justru pria itu semakin banyak maunya.

“Cium dulu,” Sambil menunjuk pipi kirinya dan sedikit menunduk supaya sejajar dengan tubuh (Namakamu).

“Tapi mandi lho ya?” Bersamaan dengan Iqbaal yang mengangguk, (Namakamu) memberikan kecupannya di pipi kanan Iqbaal.

“ini,” Iqbaal menunjuk pipi kirinya. (Namakamu) pun mengecupnya disana.

My Perfect HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang