PART 21

170 35 14
                                    

"Kenapa kita meeting mendadak? Ada masalah apa?" tanya Junhyung sambil masuk ke ruangan Dujun. Ia duduk di bangku berlengan sementara Yoseob, Gikwang, dan Dongwoon duduk di sofa.

"Begini," kata Dujun sambil berdiri bersandar di mejanya. "Ini mengenai Hareun..."

"Apa lagi? Kau ingin membahas yang tadi?" potong Junhyung tidak sabar.

"Aku sudah dengar tentang kau dan Hareun," kata Dujun mengabaikan Junhyung. "Aku harus bilang, aku kecewa dengan kejadian kemarin. Sungguh, kalau saja Gikwang terlambat menemukannya, mungkin akibatnya bisa lebih buruk."

"Aku sudah bilang, aku enggak tahu kalau dia benar-benar sakit. Oke?" tukas Junhyung. "Dia demam, tapi aku sudah memberinya obat, dan demamnya sudah turun waktu aku pergi. Tapi aku enggak tahu kalau lambungnya sakit. Memangnya salahku kalau dia makan mie terus?"

"Tentu saja. Itu terjadi karena kau enggak peduli padanya," jawab Yoseob, walaupun Dujun memberinya tanda agar ia berhenti berbicara. "Dia makan mie karena kau melarangnya menyentuh makanan di rumahmu."

"Dia menceritakan itu juga? Wah, jadi menurutmu aku harus menyediakan tempat tinggal dan makanan untuknya juga?"

"Kau tahu betul kondisinya. Dia baru tinggal di sini, dan keuangannya belum stabil. Kukira Yoseob sudah mengatakan padamu bahwa kita akan membantunya selama dia di sini," kata Dujun. "Lupakan soal makanan itu. Kau setuju dia tinggal bersamamu, tapi kau enggak memberikan kode masuk ke rumahmu. Kau tahu dia enggak pulang ke rumahmu, tapi kau membiarkannya dan enggak mencarinya."

"Dia sudah dewasa. Dia bisa tidur di mana saja sesukanya," balas Junhyung.

"Selama dia enggak pulang, dia tidur di sauna. Kau tahu, hal buruk bisa terjadi kapan saja. Kenapa kau enggak pernah mencemaskannya?" tanya Dujun.

"Dia bukan siapa-siapa. Untuk apa aku mencemaskannya," gerutu Junhyung sambil membuang muka.

Dujun mengernyitkan dahi ke arah Junhyung. "Awalnya aku enggak percaya waktu mendengarnya. Aku enggak percaya kau melakukan itu padanya—atau pada siapapun. Lalu bagaimana kau bisa mengusirnya? Kurasa itu sudah berlebihan."

"Aku enggak pernah mengusirnya."

"Tapi kau menyuruhnya untuk enggak usah pulang. Apa bedanya?"

"Itu karena aku enggak mau menunggu dia pulang."

"Kau enggak perlu menunggunya kalau kau memberi tahu kode masuknya."

"Tapi aku enggak suka ada orang asing di rumahku saat aku enggak ada di sana!"

"Junhyung-ah, kita sudah mendiskusikannya..."

"Kita enggak berdiskusi. Kalian yang memutuskan!" potong Junhyung.

"Kita sudah membicarakannya. Pilihannya hanya rumahmu, Yoseobie, atau Gikwangie. Hanya kalian yang tinggal sendirian," kata Dujun lagi. "Tapi rumah mereka terlalu kecil, enggak ada tempat untuk penghuni lain. Kita memutuskan untuk menempatinya di rumahmu, dengan pertimbangan bahwa kau punya ruangan lain untuk dia tidur. Jadi kalian punya ruang untuk privasi masing-masing."

"Mana ada yang namanya privasi kalau sudah tinggal bersama orang lain."

Dujun menghela napas. "Oke. Apa masalahmu?"

"Masalahku? Kalian membawa orang asing ke rumahku!"

"Kau hanya perlu mengenalnya."

"Ya, tapi apa yang kau tahu soal dia? Bagaimana kalau ternyata dia penipu atau perampok? Kalian tahu, banyak turis yang menipu dan merampok orang lalu kabur dan mencari korban di negara lain? Atau bagaimana kalau dia buronan? Siapa yang tahu di negaranya dia itu penipu, atau pembunuh, atau mungkin teroris? Dan kalian memasukkannya ke rumahku!"

Love Like This (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang