PART 17

184 36 20
                                    

Gikwang duduk di samping tempat tidur sambil mengawasi Hareun. Gadis itu sudah dalam perawatan dan sudah dipindahkan ke kamar inap. Saat berada di IGD tadi Hareun sempat membuka matanya sesaat, tapi kembali tidak sadarkan diri dan belum bangun lagi hingga saat ini. Jadi Gikwang merasa cemas melihatnya.

"Hareun-ah, ada apa denganmu? Kenapa kau enggak memberi tahuku kalau kau sakit?" gumam Gikwang. Ia menoleh begitu pintu kamar terbuka. Dujun dan Jihye masuk dan menghampirinya.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Dujun dengan suara pelan.

"Masih belum bangun," jawab Gikwang. "Kepalanya juga terluka, mungkin karena jatuh di kamar mandi. Jadi tadi sudah dilakukan CT scan, tapi hasilnya belum keluar."

"Kau sudah makan?" tanya Dujun. Gikwang menggeleng. "Pergilah. Aku dan Jihye akan menunggu di sini."

Gikwang keluar dari kamar dan pergi ke kafetaria di lantai bawah untuk membeli beberapa makanan. Saat ia hendak kembali ke kamar Hareun, ia melihat Yoseob dan Dongwoon di meja informasi. Gikwang langsung memanggil mereka.

"Bagaimana dia bisa kena infeksi lambung?" tanya Yoseob sambil menekan tombol untuk menaiki lift.

"Key bilang Hareun terlalu sering memakan mie instant. Setiap hari. Bahkan dia punya persediaan mie instant di laci mejanya," jawab Gikwang.

Tadi sore Key memang datang sendirian. Gikwang sempat menanyakan Sejeong dan Yerin, tapi keduanya tidak ingin datang karena tidak peduli dengan Hareun. Alasan utamanya karena Gikwang yang ada di sana menemani Hareun, tapi tentu saja Key tidak menyebutkannya di depan Gikwang.

"Kenapa dia makan mie instant? Memangnya Junhyung enggak punya nasi di rumah?" tanya Yoseob, masih tidak habis pikir. Gikwang dan Dongwoon berpandangan.

"Mungkin kita harus menambahkan uang makan di gajinya," jawab Dongwoon.

"Dia punya uang makan di gajinya, tapi dia kan bisa menggunakannya untuk memasak di rumah daripada membeli mie instant setiap hari," kata Yoseob lagi. "Lagi pula Junhyung juga makan di rumah. Mereka kan bisa berbagi."

Dongwoon melirik Gikwang. "Err... Noona tidak pernah makan di rumah. Junhyung Hyung tidak mengijinkannya menyentuh makanan miliknya," jawab Dongwoon disusul sikutan dari Gikwang di pinggangnya.

Yoseob mengernyitkan dahi. "Apa?" tanyanya bingung.

"Mereka tidak akur, Hyung. Sejak pertama Noona tinggal di sana, Junhyung Hyung seperti menolaknya," jawab Dongwoon. "Dia tidak mau berbagi makanannya, Noona tidak diijinkan menyentuh isi kulkasnya, bahkan sampai sekarang Noona tidak tahu kode masuk ke rumah ataupun nomor ponsel Junhyung Hyung."

Yoseob semakin melotot. "Apa?!"

"Kau ingat yang kuceritakan waktu kita menjemput Hareun di Jjimjilbang?" sahut Gikwang. "Dia sudah bermalam di sana selama beberapa lama. Tadinya dia tidur di kantor waktu kalian ke Busan, tapi sejaak ketahuan olehku, dia pindah ke Jjimjilbang."

"Kenapa dia enggak pulang? Kenapa dia tidur di sana? Padahal aku beberapa kali mengantarnya pulang!" tukas Yoseob. Ia segera memelankan suaranya karena sudah berada di koridor menuju kamar rawat Hareun.

"Junhyung Hyung membuatnya susah," kata Dongwoon. "Noona harus menunggu lama sampai Junhyung Hyung membukakan pintu."

"Kenapa Junhyungie begitu?"

"Bukan itu alasannya pergi," sahut Gikwang. "Junhyung marah karena Hareun tertidur di depan pintunya waktu aku datang ke sana. Jadi Junhyung mengatakan pada Hareun untuk enggak menunggunya, karena dia enggak suka ada orang asing di rumahnya."

Langkah Yoseob terhenti. Ia memandang Gikwang sambil ternganga. "Junhyung benar-benar mengatakan itu?"

"Sebenarnya kami enggak boleh memberi tahumu, tapi Hareun hampir menangis waktu menceritakannya padaku. Aku enggak bisa melihatnya seperti itu," kata Gikwang. Ia menoleh ke arah belakang Yoseob dan melihat Dujun sedang berjalan ke arah mereka.

Love Like This (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang