PART 11

212 37 23
                                    

Siang itu Hareun sedang sibuk di depan komputernya ketika terdengar suara beep dari luar. Hareun menoleh. Gikwang sedang mendorong pintu kaca hingga terbuka lalu masuk sambil melambaikan tangan.

"Hai," sapanya. "Hareun-ah. Ikut denganku."

Hareun memandang Gikwang yang berjalan menuju tangga sambil mengernyitkan dahi. Dia belum mendapat artikel baru untuk diterjemahkan. Untuk apa Gikwang mengajaknya ke atas? Atau mungkin Gikwang sudah menyiapkan artikel untuknya? Maka Hareun mengambil buku catatannya lalu pergi ke lantai tiga.

Di sana sepi, belum ada satu pun member yang datang ke kantor sejak pagi. Hareun mengetuk pintu ruangan Gikwang. Ia melihat Gikwang melambaikan tangan dari dalam, Hareun langsung membuka pintunya lalu masuk ke dalam. Rupanya cowok itu memutar musik lewat speakernya.

"Duduk," kata Gikwang yang masih mengutik-ngutik komputerrnya.

Hareun menurutinya. "Ada artikel baru?" tanyanya.

Gikwang mendongak. "Hah? Artikel apa?"

"Artikel untuk kuterjemahkan. Kemarin aku dan Dongwoon sudah menyelesaikan seluruh artikel bulan ini. Atau aku harus mengerjakan artikel yang lebih lama?"

"Oh, aku enggak mengajakmu ke sini untuk membacakan artikel," kata Gikwang sambil berjalan ke arah pintu lalu menurunkan blind atau kerai yang menutup jendela ruangannya.

Hareun mengernyitkan dahi. Gikwang tidak pernah menutup kerainya setiap Hareun berada di ruangan. Ia memandang pria itu yang kini duduk di sebelahnya. "Lalu kenapa kau mengajakku kemari?" tanya Hareun.

"Kenapa?" Gikwang balik tanya. "Apa aku enggak boleh ingin menghabiskan waktu di sini saja denganmu? Beberapa hari ini aku kan sibuk, enggak sempat bertemu denganmu. Mana mungkin aku mendatangi rumah Junhyung dengan alasan itu. Kau sendiri enggak pernah mau kuajak ke rumahku, padahal kau langsung menerima ajakan Yoseob untuk menginap di rumahnya."

Hareun mengangkat alisnya. Ia bertambah bingung. Apa mungkin Gikwang mabuk siang-siang begini? Kenapa dia melantur seperti ini?

Gikwang mendekat ke arah Hareun. "Kau tahu, bagaimana sulitnya menyembunyikan hal ini? Berpura-pura di depanmu atau member yang lainnya?" kata Gikwang dengan suara pelan.

Dada Hareun berdebar-debar saat Gikwang semakin mendekat ke arahnya. Apa yang akan dilakukannya? Apa dia benar-benar mabuk?

"Tapi sekarang kita berdua saja. Berarti aku enggak perlu berpura-pura lagi, kan?"

Gikwang mendekatkan wajahnya ke arah Hareun dengan tangan terulur. Hareun menelan ludah. Tubuhnya tidak bisa bergerak. Wajah Gikwang kini hanya beberapa senti di hadapannya. Tanpa sadar Hareun memejamkan matanya. Ia merasakan tangan Gikwang mengusap tengkuknya. Bahkan Hareun bisa merasakan hembusan napas Gikwang di hidungnya.

Ddrrrrt!

Hareun terbangun karena kaget. Ia terduduk lalu mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan mematikan alarmnya. Hareun mengelap peluh di dahinya kemudian memandang berkeliling. Dua orang anak muda sedang berjalan sambil membawa beberapa butir telur rebus dan sikhye. Ternyata Hareun masih berada di Jjimjilbang bersama orang-orang yang tidak dikenalnya. Tidak ada Gikwang di sana. Astaga, beberapa hari tidak bertemu dengan pria itu, sudah membuat imajinasi Hareun menjadi liar. Hareun menyimpan ponselnya kembali ke saku lalu pergi ke loker untuk bersiap berangkat kerja.

Hari itu Dongwoon tidak datang ke kantor, jadi tidak banyak yang bisa dikerjakan oleh Hareun setelah selesai menyalin artikel terjemahannya di komputer. Seperti biasa Key, Sejeong, Yerin, dan Jihye pergi makan siang di luar. Jadi Hareun berada di lantai dua sendirian. Ia membuka laci tempatnya menyimpan persediaan makanan. Hareun mengernyitkan dahi melihat mie instant-nya tinggal tiga cup. Padahal kemarin ia baru saja membeli sekitar enam cup.

Love Like This (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang