PART 31

268 40 179
                                    

"Hoeeek!"

"Noona, pergilah makan dulu. Kau bisa membuat dirimu sakit," kata Key sambil memandang Hareun dengan cemas.

Hareun bersandar di kursinya sambil menghela napas. Rasa perih dan mual menekan di perutnya. Semalam ia sibuk menyusun jadwal untuk rubrik baru hingga larut malam. Jadi ia bangun kesiangan, melewatkan busnya, hingga tidak sempat sarapan. Junhyung bahkan belum bangun saat Hareun berangkat tadi. Ia malah mencemaskan Junhyung akan bangun tanpa sarapan di meja seperti biasanya

Tiba-tiba teleponnya berbunyi. Hareun mengangkatnya. "Ya?"

"Kemari sebentar," kata Yoseob dari seberang.

Hareun menutup teleponnya lalu bangkit. Ia bergegas naik ke lantai tiga dan menghampiri Yoseob sedang sibuk di mejanya.

"Yah, aku bisa mendengarmu mual-mual dari atas sini. Kau sakit?" tanya Yoseob.

"Enggak," jawab Hareun. "Aku hanya belum sempat sarapan."

"Kenapa? Kau mau dirawat di rumah sakit lagi?" omel Yoseob. Ia membungkuk, membuka laci mejanya, lalu mengeluarkan bungkusan dari dalamnya. "Ini ada roti. Kau makan ini saja dulu untuk mengganjal perut. Nanti kalau aku sudah selesai, kita keluar untuk makan."

"Makasih," kata Hareun bersemangat sambil menerima bungkusan yang disodorkan. Setelah itu ia berbalik untuk untuk kembali ke ruangannya.

Namun, Hareun melihat Gikwang yang sedang berjalan naik di tangga. Dada Hareun berdebar cepat, tetapi kali ini rasanya sakit. Mereka sudah lama tidak saling bicara dan ini pertama kalinya Hareun berpapasan berdua saja dengan Gikwang. Mau tidak mau Hareun merasa canggung dengannya.

"Selamat siang," sapa Hareun sambil membungkuk sopan begitu mereka berhadapan. Gikwang sempat berhenti dan memandang ke arah Hareun. Namun, Hareun menunduk menghindari pandangannya dan bergegas turun.

Hareun menghempaskan dirinya ke kursi. Astaga. Sebenarnya Hareun ingin mengabaikan Gikwang tadi. Cerita dari Sejeong sudah cukup membuatnya sakit hati. Namun, mereka sedang di kantor, jadi tidak mungkin Hareun mengabaikan bosnya sendiri.

Sementara itu Gikwang melanjutkan langkahnya menuju lantai tiga lalu menghampiri Yoseob di mejanya.

"Sedang apa?" tanya Gikwang sambil bersandar di kubikel Yoseob.

"Merapikan artikel bulan lalu," jawab Yoseob sambil terus sibuk dengan berkas-berkas di depannya. "Aku juga menandai artikel mana saja yang sudah diterjemahkan."

"Ooh," kata Gikwang singkat. Yoseob meliriknya sesaat.

"Kau enggak kemana-mana?"

"Aku akan pergi sebentar lagi."

Setelah itu Yoseob tetap melanjutkan kesibukannya. Namun, perhatiannya teralih pada Gikwang yang tetap melongokkan kepalanya ke dalam kubikelnya.

"Kenapa kau masih di sini?" tanya Yoseob.

"Aku hanya ingin melihatmu," jawab Gikwang.

Yoseob langsung menghentikan pekerjaannya. Bersahabat selama lebih dari lima belas tahun membuatnya langsung menyadari ada yang sedang mengganggu Gikwang. "Kenapa? Apa yang ingin kau bicarakan?" tanyanya.

"Enggak ada, kok."

"Kalau begitu, pergilah!"

Gikwang tidak beranjak dari tempatnya. Yoseob hanya melengos lalu kembali melanjutkan kesibukannya.

"Kau lihat Hareun?" tanya Gikwang akhirnya.

"Dia baru saja turun saat kau naik tadi. Kau enggak bertemu dengannya?" Yoseob balik tanya.

Love Like This (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang