PART 23

191 36 34
                                    

Pagi itu Junhyung terbangun mendengar alarm di ponselnya. Ia menggeliat lalu turun dari tempat tidur. Ia keluar dari kamar lalu melongok ke ruang kerjanya. Hareun masih tidur. Junhyung merasa bersalah setelah membuat gadis itu menangis semalam, jadi ia menghubungi Yoseob untuk datang dan menemaninya.

Junhyung keluar dari kamarnya lalu pergi mandi. Setelah itu ia sibuk di dapur untuk membuat omelet. Ia ingin membuatkan sarapan untuk Hareun. Junhyung sedang menyiapkan nasi instant untuk dimasak di microwave saat Hareun keluar dari kamar.

"Selamat pagi."

Junhyung menoleh ke belakangnya dan melihat Hareun sedang berjingkat cepat ke arah kamar mandi, sehingga ia tidak sempat membalasnya. Tak lama kemudian gadis itu sudah kembali ke kamar lalu muncul lagi dengan dompet di tangannya.

"Aku pergi laundry dulu," gumam Hareun sambil berjalan melewati dapur tanpa menoleh ke arah Junhyung.

"Ya," jawab Junhyung. Ia sempat mengawasi Hareun menghampiri keranjang cucian lalu keluar dari rumah.

Junhyung melengos. Akhirnya Hareun keburu keluar sebelum Junhyung menyelesaikan masakannya. Setelah memasak, Junhyung menata makanannya di meja lalu menyantap sarapannya dengan segala macam pikiran memenuhi kepalanya.

Setiap hari Minggu Hareun selalu keluar untuk mencuci pakaiannya. Setahu Junhyung, tidak baik bagi seorang gadis membawa-bawa beban berat, makanya Junhyung sering marah jika Hareun membawa serta baju kotor miliknya. Haruskah Junhyung membelikan mesin cuci agar Hareun tidak perlu menggotong keranjang berisi pakaian kotor? Namun, jika ia pergi sekarang, Hareun tidak akan bisa masuk ke rumah nanti.

Jadi selesai sarapan, Junhyung menunggu Hareun pulang sambil memikirkan cara untuk menyampaikan bahwa ia sudah menyiapkan makanan di meja untuknya.

"Kau pernah membuatkan sarapan untukku, jadi aku membuatkannya untukmu. Ah, kedengarannya aneh," gumam Junhyung sambil duduk-duduk di sofa. "Kau lapar? Ada makanan di meja. Itu lebih aneh. Aku membuatkan sarapan sebagai permintaan maaf karena sudah memarahimu. Aah, aku enggak pintar mengatakan hal-hal seperti itu. Haruskah kutuliskan memo saja? Tapi dia enggak bisa membaca hangul. Kalau kutulis breakfast for you, apa dia paham kalau makanan itu untuknya?"

Pukul dua siang bel rumahnya berbunyi. Junhyung mengecek intercom dan melihat Hareun sedang berdiri di depan rumahnya. Junhyung tidak ingin Hareun merasa canggung saat memakan makanannya, jadi ia memutuskan untuk sekalian pergi. Ia menekan tombol untuk membuka pintu lalu bergegas ke beranda. Hareun mengawasi Junhyung yang sedang memakai sepatunya.

"Aku pergi sebentar," kata Junhyung sambil berjalan ke pintu. Hareun segera menyingkir. "Oh iya, makanan yang di meja..."

"Baiklah," jawab Hareun cepat.

Junhyung memandangnya sesaat. Apa Hareun benar-benar mengerti apa yang ingin dikatakannya? Perempuan memang makhluk yang ajaib. Setelah itu Junhyung menutup pintu rumahnya lalu menaiki lift menuju parkiran mobil. Ia mengendarai mobilnya ke sebuah electronic store untuk melihat-lihat mesin cuci yang bagus, tapi mudah untuk dioperasikan. Junhyung memesan satu mesin cuci dan alat pel otomatis setelah memastikan mereka memiliki buku panduan dalam bahasa Inggris. Barang-barang itu akan dikirim ke rumahnya dalam dua hari.

Setelah berbelanja, Junhyung kembali mengendarai mobilnya. Ia tidak langsung pulang ke rumahnya, melainkan pergi ke rumah Yoseob. Anak itu masih mengenakan kaus tanpa lengan dengan handuk membungkus lehernya. Wajah dan rambutnya acak-acakan.

"Mau ngapain?" tanya Yoseob ketus.

"Kau masih marah?" tanya Junhyung.

"Oh," jawab Yoseob dengan wajah cemberut. Namun, ia tetap membiarkan Junhyung masuk ke dalam rumahnya.

Love Like This (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang