PART 19

191 36 22
                                    

Hareun menarik napas dalam-dalam, menikmati aroma yang disukainya. Ia mendongak dan melihat Gikwang sedang memandang ke arahnya sambil tersenyum.

"Gikwang-ah, kau sudah pulang?" tanya Hareun. Gikwang mengangguk.

Hareun merindukannya. Ia rindu berada di pelukan pria itu. Jadi Hareun merapatkan dirinya ke tubuh Gikwang, merebahkan kepalanya di dada yang bidang itu. Ia bisa merasakan Gikwang menciumi keningnya. Mimpi yang sangat indah. Hareun tidak ingin bangun. Ia ingin berada di pelukan itu selamanya.

Sebentar. Hareun akhirnya teringat bahwa ia sedang tidur bersama Yoseob. Jika ia bermimpi memeluk Gikwang, bukankah artinya ia benar-benar sedang memeluk seseorang? Hareun langsung memaksakan dirinya untuk bangun. Begitu ia membuka matanya, lagi-lagi wajah Gikwang ada di hadapannya.

"Hai," sapa Gikwang sambil tersenyum.

Senyum Hareun ikut mengembang melihatnya. Kalau seperti ini sih, Hareun rela tidur seharian. Asalkan bisa melihat wajah dan senyum itu terus...

"Kau kelihatan senang sekali. Kau merindukanku?" tanya Gikwang. Hareun mengangguk. "Benarkah? Itu sebabnya aku kemari. Aku kan sudah berjanji akan menemuimu begitu aku pulang."

Hareun memandang Gikwang yang sedang duduk di lantai sambil merebahkan kepalanya di tempat tidur. Ia baru menyadari kedua tangan Gikwang berada di balik selimutnya dan Hareun bisa merasakan salah satu tangannya sedang menggenggam tangan Gikwang yang besar dan hangat. Dadanya langsung berdebar cepat. Ini terasa terlalu nyata untuk sebuah mimpi.

"Apa aku masih tidur?" tanya Hareun akhirnya.

Gikwang menggeleng bingung. "Enggak. Apa kau masih di bawah pengaruh obat?"

Astaga, Hareun malu sekali. Ia langsung menutupi wajahnya dengan selimut. Jadi Gikwang yang duduk di depannya nyata? Apa selama tidur Hareun mengatakan hal-hal aneh? Apalagi tadi dia memimpikan Gikwang. Bagaimana kalau Hareun memanggil-manggil namanya dalam tidur?

"Kenapa?" suara Gikwang terdengar kaget. Hareun merasakan tangan Gikwang menyentuh wajahnya ketika pria itu menyingkap selimutnya kembali. Wajah Hareun memerah. Kemudian ia menyadari, Yoseob tidak boleh melihat mereka seperti ini.

"Yoseobie?" tanya Hareun.

"Dia sudah berangkat kerja," jawab Gikwang.

Hareun menghela napas lega. Jadi mereka hanya berdua saja. "Kapan kau pulang?"

"Semalam. Kudengar kau ada di sini, jadi aku menghubungi Yoseob. Dia juga memintaku mengantarmu ke rumah sakit untuk melepas jahitan di dahimu." Gikwang mengusap luka di dahi Hareun dengan hati-hati. Wajahnya terlihat bersalah. "Maaf aku terlambat datang waktu itu."

"Jangan bilang begitu. Aku bisa segera mendapat perawatan kan berkat kau." Hareun menatap Gikwang. Ia menahan diri untuk tidak mengulurkan tangannya dan menyentuh wajah yang sedang balas memandangnya itu.

"Tapi... apa semalam kau tidur bersama Yoseob?" tanya Gikwang.

Hareun memandang Gikwang sesaat. Haruskah ia menjawab pertanyaan itu? Akhirnya Hareun mengangguk.

"Di sini?" tanya Gikwang. Entah mengapa wajahnya terlihat cemas... atau mungkin perasaan Hareun saja? Hareun kembali mengangguk. "Dia... memegang tanganmu juga?"

Kali ini Hareun menggeleng. "Bukankah kau sudah melarangnya untuk memegang tanganku?"

"Benarkah? Aku cerita padanya?" tanya Gikwang bingung. Hareun tertawa melihatnya.

"Katanya kau menceritakan apa saja padanya."

Gikwang berpikir sebentar. "Mungkin aku memang melakukannya. Tapi kau enggak boleh melakukannya dengan orang lain, termasuk Junhyung."

Love Like This (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang