PART 34 (💡NEW VERSION!)

194 32 55
                                    

"Aku pulang."

Hareun membuka sepatunya lalu melangkah menuju dapur. Ia membuka kulkas lalu mengambil sebotol besar air mineral dan meneguknya hingga hampir habis.

Hareun menghela napas. Ia mengelap air yang menetes di dagunya dengan pikiran kacau. Hareun tidak bisa memercayai apa yang baru saja terjadi padanya. Benarkah ia baru saja berciuman dengan Gikwang? Dia BERCIUMAN dengan Gikwang! Ingin rasanya Hareun meneriakkan hal itu ke seluruh penjuru Seoul.

Hareun menyentuh bibirnya, seperti anak remaja yang baru saja menerima ciuman pertamanya. Rasanya ia masih bisa merasakan bibir Gikwang di bibirnya, tangan Gikwang di pipinya, bahkan ia masih bisa mencium aroma Gikwang di hidungnya. Hareun tidak bisa menahan senyumnya. Ia masih ingat betul dadanya berdegup begitu cepat hingga ia sulit bernapas. Hareun tidak tahu apa yang dirasakan Gikwang, tapi yang pasti wajah pria itu bersemu setelah menciumnya.

"Kau sedang apa?"

Hareun mendongak dan melihat Junhyung sudah berdiri di sebelahnya. "Ya?"

"Dengan cuaca seperti ini, kau duduk di depan kulkas yang terbuka, dan minum air es. Memangnya kau enggak kedinginan?" omel Junhyung.

Hareun menoleh ke arah botol air di tangannya. "Ah, benar juga." Ia langsung terbatuk begitu menyadari rasa dingin yang menyerang tenggorokannya.

"Dasar bodoh," gerutu Junhyung sambil berjalan melewati Hareun menuju kompor. "Ganti pakaianmu, aku akan buatkan teh hangat. Kau sudah makan belum?"

Hareun menutup pintu kulkas sambil mengingat-ingat. "Belum," jawabnya. Ia memang tidak jadi makan malam dengan Gikwang, karena setelah ciuman itu tiba-tiba mereka jadi terlalu canggung untuk mengobrol. Bahkan akhirnya mereka memutuskan untuk berlari menembus hujan menuju mobil Gikwang. Dan bisa ditebak, sepanjang jalan mereka tidak berbicara karena sibuk dengan pikiran masing-masing. Bahkan Hareun membungkuk sopan setelah Gikwang mengantarnya pulang.

"Yah, bukankah kau pulang dengan Gikwang? Kenapa kalian enggak makan?" tanya Junhyung.

"Oh, kenapa kau bisa tahu aku pulang dengan Gikwang?" Hareun balik tanya.

"Dia meminta ijin padaku sebelum pergi menjemputmu."

"Kenapa?"

"Tentu saja. Memangnya siapa yang akan dimarahi Dujun kalau ada apa-apa denganmu?"

Hareun tersenyum. Ia membawa tasnya ke kamar lalu mengambil pakaian ganti. Kemudian wajah Gikwang melintas kembali di hadapannya. Astaga, apa yang harus dilakukannya jika ia bertemu Gikwang besok?

Rupanya Hareun tidak perlu menunggu hingga besok, karena Gikwang meneleponnya setelah Hareun selesai makan malam.

"Aku menghubungimu dari tadi. Kau sedang sibuk?" tanya Gikwang dari seberang.

"Ah, maaf. Aku baru saja selesai makan malam dengan Junhyung. Ponselku tertinggal di kamar," jawab Hareun sambil berbaring menelungkup di sofanya, seperti remaja di film-film yang sedang teleponan dengan pacarnya.

"Kau makan malam dengan Junhyung? Oh iya, maafkan aku. Padahal tadi aku mau mengajakmu makan. Aku lupa."

"Enggak apa-apa."

Mereka sama-sama terdiam. Hareun menggigit bibir bawahnya. Katakanlah sesuatu!

"Soal tadi—maaf, ya. Aku sudah membuatmu enggak nyaman dengan... menciummu."

"Enggak, enggak apa-apa," ujar Hareun cepat. "Aku baik-baik saja. Mungkin karena... pengaruh hujan?"

Gikwang terdiam sesaat. "Ah, benar. Mungkin karena pengaruh hujan. Jadinya aku terbawa suasana." Ia berdehem. "Kalau begitu sampai besok. Aku... aku juga baru mau makan."

Love Like This (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang