PART 1

660 62 30
                                    

Hareun menguap. Ia melirik jam di dinding. Sudah pukul tujuh malam. Hareun menaruh pakaian terakhir di keranjang lalu menyusun keranjang-keranjang yang sudah berisi pakaian bersih dan rapi ke atas rak. Gadis-gadis itu akan mengambil pakaiannya sendiri nanti. Hareun merapikan setrika dan alasnya lalu mengambil tasnya dan bersiap untuk pulang.

Hareun memijat-mijat bahunya sambil menguap lagi. Badannya terasa sakit. Ia bekerja di sebuah asrama mahasiswi yang berada di dekat sebuah kampus sebagai asisten rumah tangga. Setiap pagi tugasnya mengumpulkan keranjang pakaian kotor yang diletakkan di depan pintu kamar, mencucinya, kemudian menyapu dan mengepel lantai di setiap lorong, membersihkan jendela, menyikat toilet dan kamar mandi, dan menyetrika pakaian-pakaian tadi sebelum pulang.

Hareun menyusuri jalan yang masih ramai sambil mendengarkan musik melalui headset di telinganya. Tiga puluh menit kemudian ia tiba di goshiwon atau semacam kost dengan empat lantai. Hareun menaiki tangga menuju lantai tiga kemudian berhenti di salah satu kamar. Ia mengeluarkan kunci dari saku celananya kemudian membuka pintu. Hareun berbaring di kasur sambil menghela napas. Ia merasa lelah dan ingin tidur, tapi ia harus pergi bekerja paruh waktu di minimarket pukul sembilan nanti. Hareun memijat-mijat pelipisnya sebelum bangkit dan keluar dari kamar.

Hareun melangkah menuju dapur. Tempat itu sepi, kebanyakan penghuninya pergi bekerja dan baru pulang di malam hari. Hareun membuka kulkas dan mengeluarkan sebutir telur. Ia menggoreng telur itu lalu menuang semangkok nasi dari rice cooker. Setelah itu Hareun menyantap makan malamnya sambil menonton acara di televisi yang diletakkan di dekat lemari.

Terkadang Hareun merasa kesehariannya melelahkan, tapi dia tidak memiliki siapa-siapa untuk berkeluh kesah. Sudah tiga tahun sejak kedatangannya ke Korea Selatan, tetapi kenyataannya tidak seperti yang diharapkannya. Ia datang bukan tanpa tujuan. Namun, sejak menyadari bahwa perencanaannya kurang matang, akhirnya Hareun memilih menyerah dan bekerja apa saja agar bisa mengumpulkan uang dan pulang. Ke Indonesia.

"Sedang makan malam?"

Lamunan Hareun buyar. Ia mengangguk sopan kepada seorang pria paruh baya berkacamata yang berjalan menuju kulkas dan mengeluarkan sekaleng minuman. Dia Mr. Hong, pemilik goshiwon tempat Hareun tinggal. Mr. Hong membuka kaleng minumannya kemudian meneguk isinya. Hareun berharap Mr. Hong segera pergi, tetapi pria itu malah duduk di kursi sebelah Hareun.

"Baru pulang kerja?" tanya Mr. Hong sambil mengamati Hareun yang sedang berusaha menjejalkan seluruh sisa makanannya ke dalam mulutnya.

"Iya," jawab Hareun berusaha ramah.

"Setelah ini masih pergi bekerja lagi? Kau ini masih muda, mestinya lebih memperhatikan kesehatanmu. Jangan terlalu banyak bekerja." Tiba-tiba tangan Mr. Hong sudah berada di lutut Hareun dan meremasnya. Hareun langsung tersedak dan buru-buru meneguk airnya.

"Maaf, saya sudah terlambat," gumam Hareun dengan mulut penuh nasi. Ia bergegas bangkit dan mencuci peralatan makannya sambil menyelesaikan sisa makanan di mulutnya. Setelah itu ia mengangguk sopan ke arah Mr. Hong sebelum kembali ke kamarnya.

~***~

Pagi itu Hareun memasuki kampus sambil memeluk sebuah map berisi berkas-berkas. Ia pergi ke ruang administrasi kemudian mengetuk pintunya. Seorang wanita paruh baya melambaikan tangan padanya, memberi isyarat agar Hareun menghampirinya.

Hareun membungkuk sopan kepada wanita itu. "Ini, Mrs. Kim. Semua sudah saya kerjakan," kata Hareun sambil menyodorkan map yang dibawanya. Wanita yang bernama Mrs. Kim mengambilnya lalu mengeluarkan sebuah amplop dari lacinya.

"Hareun-ssi selalu bekerja keras. Terima kasih atas bantuannya," kata Mrs. Kim sambil memberikan amplop itu pada Hareun.

"Terima kasih. Saya permisi dulu." Hareun kembali membungkuk pada Mrs. Kim lalu melangkah keluar ruangan. Namun, begitu mencapai pintu, langkahnya terhenti di depan papan di dekat pintu. Hareun tidak bisa membaca hangul (tulisan Korea), tetapi sebuah brosur dengan tulisan bahasa Inggris menarik perhatiannya.

Love Like This (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang