PART 32

186 33 53
                                    

Hareun menguap sambil melihat ke arah jam di dinding. Sudah pukul sembilan malam. Junhyung dan Yoseob sudah pergi latihan ke gym sejak tadi, bahkan sebelum Hareun pulang ke rumah. Kenapa sampai sekarang belum selesai juga? Padahal sekarang kan hari Sabtu, mereka tidak berangkat ke kantor. Kenapa ke gym-nya tidak tadi siang saja, sih? Kalau begini, kan Hareun jadi tidak bisa tidur, padahal dia mengantuk sekali. Apalagi Junhyung juga menyuruhnya untuk tidak memasak karena dia akan membelikan makanan saat pulang nanti.

Hareun meletakkan celana Junhyung yang baru disetrikanya ke tumpukan baju di sisi kirinya. Pria itu mencuci pakaian hari ini dan Hareun belum sempat memarahinya yang mencuci pakaian dalam milik Hareun juga karena Yoseob ada di sana. Hareun meregangkan tubuhnya. Lebih baik beres-beres dulu sebelum mereka pulang.

Hareun mencabut setrika beserta kabel perpanjangan dari stop kontak lalu menyingkirkannya ke dekat rak TV untuk disimpan setelah dingin nanti. Kemudian ia berlari ke toilet karena kebelet pipis. Saat keluar dari kamar mandi, bel rumahnya berbunyi. Hareun berdiri di beranda sambil memandang ke arah pintu.

"Kenapa Junhyung memencet bel? Apa Yoseob datang sendirian?" gumam Hareun. Ia melangkah ke arah pintu depan lalu membukanya.

Deg.

Ada perasaan rindu saat Hareun melihatnya. Namun, perasaan sakit seolah berusaha mengambil alih di dadanya, membuat Hareun mengalihkan pandangannya agar tidak melihat senyum yang biasanya menghangatkannya itu.

"Hai," sapa Gikwang.

"Junhyung sedang pergi dengan Yoseob," kata Hareun dengan mata terpaku ke ujung sepatu Gikwang.

"Aku tahu," kata Gikwang.

Hareun langsung melirik Gikwang. Kalau sudah tahu, kenapa masih ke sini? Namun, Hareun kembali menundukkan kepalanya.

"Kau enggak menyuruhku masuk?" tanya Gikwang mengagetkan Hareun.

Hareun langsung menyingkir dari pintu lalu membiarkan Gikwang masuk. Rupanya pria itu membawa dua bungkusan di tangannya. Gikwang menaruh bungkusan itu di meja makan.

"Aku bawakan kue dan minuman cokelat untukmu. Junhyung bilang, kau belum makan. Tapi aku enggak boleh membuatmu kenyang karena dia mau membelikan makanan," kata Gikwang sambil berjalan menuju sofa. "Kau sedang menyetrika?"

Hareun langsung melotot. Astaga, di sana masih ada pakaian dalamnya. Hareun buru-buru berlari dan menyambar tumpukan pakaian yang sudah dipegang oleh Gikwang.

"Biar kubantu," kata Gikwang.

"Tidak, tidak. Aku bisa sendiri," tolak Hareun sambil menyelipkan tumpukan pakaian dalamnya dan milik Junhyung ke dalam pelukannya lalu bergegas membawanya bersama pakaian yang sudah disetrika ke dalam kamar Junhyung.

Hareun memasukkan pakaian Junhyung ke dalam lemarinya sambil berpikir keras. Kenapa Gikwang harus datang saat dia sedang sendirian? Di kantor Hareun bisa menghindarinya dengan berjuta alasan. Kalaupun dia harus berduaan saja dengan pria itu, Hareun masih bisa bersikap profesional. Namun, jika seperti ini, dia bisa kabur ke mana?

Hareun keluar dari kamar Junhyung sambil membawa pakaiannya sendiri. Ia berjalan mengendap-ngendap lalu mengintip dari pintu kamar. Gikwang sedang mengeluarkan makanan yang dibawanya lalu menyusunnya di meja ruang tamu. Hareun bergegas pergi ke ruangannya untuk merapikan pakaiannya. Ia sengaja berlama-lama, siapa tahu Junhyung segera pulang supaya ia tidak perlu repot-repot keluar menemani Gikwang.

"Hareun-ah, kau sedang apa?" panggil Gikwang tiba-tiba.

Hareun membeku. Apa yang harus dia lakukan? Haruskah dia keluar atau tetap di sini?

Love Like This (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang