PART 10

221 38 9
                                    

"Oh, yang ini sudah dikerjakan. Yang ini juga sudah," gumam Dongwoon sambil membalik-balik halaman artikel di ordner. "Sebentar, aku lihat dulu ini artikel tentang apa."

Hareun menunggu dengan sabar sementara Dongwoon menelusuri ordner di meja. Seperti biasa mereka sedang duduk di karpet di lantai tiga.

"Dongwoon-ah, aku pergi dulu."

Hareun mendongak. Junhyung sedang berjalan keluar dari ruangannya.

"Baik, Hyung," jawab Dongwoon sambil melambaikan tangan.

"Hati-hati di jalan," sahut Hareun sambil menganggukkan kepala dengan sopan.

"Hm," balas Junhyung sambil terus berjalan tanpa menoleh ke arah Hareun.

Setelah Junhyung menghilang di tangga, Hareun kembali sibuk dengan catatannya. Kemudian ia baru menyadari Dongwoon sedang memandanginya. Hareun melirik Dongwoon.

"Kenapa?" tanya Hareun.

"Tidak ada," jawab Dongwoon. "Aku hanya merasa aneh."

"Apanya yang aneh?" tanya Hareun.

"Hanya mengira-ngira, kenapa kau masih terlihat canggung di depan Junhyung Hyung. Padahal kalian sudah cukup lama tinggal bersama," jawab Dongwoon. "Maksudku, bahkan kau dengan Gikwang Hyung sudah terlihat akrab. Padahal kalian baru bertemu dan dia yang paling jarang datang ke kantor. Kenapa bisa begitu?"

"Enggak ada yang aneh. Aku lebih nyaman dengan Gikwang. Itu saja," ujar Hareun gugup sambil pura-pura sibuk dengan catatannya lagi. Ia tidak ingin membahas hal itu. Hareun tidak ingin ada yang tahu bahwa ia dan Junhyung tidak akur.

"Benarkah?" Dongwoon menutup ordner lalu menaruhnya di karpet. "Sebenarnya, dua hari yang lalu aku main ke rumah Junhyung Hyung. Dan kau tidak ada di sana, Noona."

Astaga. Apakah dia ketahuan? Sudah beberapa hari ini memang Hareun tidak lagi pulang ke rumah Junhyung. Apa Junhyung mengatakan sesuatu? Hareun melirik Dongwoon. Pria itu sudah dalam mode berceritanya—melipat sebelah tangannya di atas meja dan memangku dagunya dengan tangan yang lain.

"Kau tahu, Noona? Junhyung Hyung tidak mencarimu, padahal sudah larut malam. Bahkan ia tidak memiliki nomor ponselmu." Dongwoon mendekatkan kepalanya ke arah Hareun lalu berbisik. "Junhyung Hyung menceritakan semuanya kepadaku, tapi aku ingin mendengarnya langsung darimu."

Hareun mengernyitkan dahi. Junhyung menceritakan semuanya? Mungkinkah Dongwoon hanya memancing Hareun?

"Memangnya dia cerita apa?" tanya Hareun pura-pura lugu.

"Hmm... kalau kau sudah berhari-hari tidak pulang? Ah, Hyung juga belum menyentuh makanan dan minuman yang kau berikan padanya. Ia juga menyuruhku menghabiskan cola-nya."

Hareun terdiam. Ternyata Junhyung memang mengatakan semuanya pada Dongwoon.

Dongwoon kembali dengan posisinya. "Jadi? Ada apa sebenarnya? Aku bisa saja meminta Yoseob Hyung untuk menanyakannya padamu, tapi aku tidak yakin dia mengetahuinya. Dia pasti sudah ribut-ribut kalau mendengar soal ini. Kau tahu, waktu kami ke Busan? Dia terus memastikan kalau kau sudah pulang, sampai membujuk Gikwang Hyung untuk menjemputmu. Tapi dia bilang kau tidur di kantor?"

"Yoseob tahu aku tidur di kantor?" tanya Hareun kaget.

"Bukan. Gikwang Hyung yang bilang padaku," jawab Dongwoon. "Apa? Jadi kau benar-benar tidur di kantor?"

Hareun merengut. Kelihatannya mereka memang curhat dengan Dongwoon. Hareun tidak punya pilihan. Lagi pula Hareun tidak bisa menyimpannya sendirian.

"Waktu itu aku memang enggak pulang. Aku enggak berani tidur di sana sendirian," jawab Hareun.

"Tapi kan hanya sekali itu Junhyung Hyung ke Busan. Lalu kenapa kau masih tidak pulang?"

Love Like This (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang