Wow... Double up....
Yeay! Ada yang seneng gak nih...
Authornya lagi baik hati hehe___________________
Seminggu full siwa academy di sibukkan dengan pencarian bakat di sekolah. Tentunya hal itu membuat Crys kesal karena dia akan bersekolah di Academy itu. Sepanjang hari ia menggerutu, merutuki sekolah itu.
Berbanding terbalik dengan Rhyne yang sangat antusias mengikuti test dan berharap masih bisa bersama dengan Crys, secara Crys adalah siswa berprestasi sedangkan dia jauh di bawah sahabatnya"Hai"
Kedua gadis manis itu pun menoleh dan menatap siapa yang menyapa. Crys hanya melirik sekilas ke arah pria itu
"Oh hai Darrell" jawab Rhyne ceria
"Udah siap ikutan?" Rhyne mengangguk semangat tanda ia telah siap, sedangkan Crys hanya menghela nafas berat
"Aku ke toilet bentar" , gadis itu pun berlalu pergi meninggalkan Darrell dan Rhyne.
"Ih nyebelin banget sih, kenapa aku harus sekolah di sana. Aku kan gak mau sekolah di sekolah itu, apa lagi kalau sampai ketemu sama Carrollin dan teman-temannya" keluhnya, Crys menggerutu di sepanjang lorong. Ia pun berhenti di depan toilet dan masuk ke dalam.
"Crys kenapa Rhyne?"
"Entahlah" Rhyne mengendikkan bahu tak tahu sambil memandangi lorong yang di lalui sahabatnya tadi "dia suka sensitif kalau bahas tentang Academy dan semacamnya" tambahnya sambil beralih menatap Darrell
Mengernyit bingung, Darrell memandang Rhyne intens
"jangan mandangin aku kaya gitu" Keluh Rhyne sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain
"Salah ya kalau aku mandangin cewek aku sendiri?"
Pipi Rhyne memerah, dia pun menunduk malu membuat Darrell terkekeh geli "udah ah, aku mau nyusul Crys dulu" tambahnya salah tingkah dan berlalu pergi tanpa mendengar jawaban Darrell
*****
Menghela nafas, Rhyne keluar dari ruangan dengan lega. Di lihatnya Crys yang telah menunggunya di depan kelas
"Hei, sorry lama" yang di sapa hanya mengangguk tanpa kata "kantin yuk"
"Aku ke ruang kesiswaan dulu" tolaknya halus "masih ada kerjaan" tambahnya dan berlalu pergi setelah mendapat persetujuan dari Rhyne
Ruang kesiswaan nampak penuh dengan kertas-kertas lembar kerja murid.
Menghela nafas berat, Crys pun berjalan menuju ke meja tempat biasa dia bertugas selama seminggu ini.
"Banyak banget" keluhnya, tanpa ba-bi-bu lagi dia pun segera duduk dan mulai melakukan apa yang di lakukan yang lainnyaBruk!
Terkejut, Crys pun mendongak dan melihat Darren meletakkan setumpuk kertas yang sama
"Yang terakhir" ucapnya sambil mengambil nafas, dia pun duduk di samping Crys dan mengerjakan hal yang sama pula
"Bagaimana menurutmu?"
Menoleh, Crys mengernyit dengan pertanyaan ambigu itu"Soalnya. Bagaimana menurutmu, apakah sulit?" Jelas Darren sambil menunjuk tumpukan kertas dengan dagunya
Mengendikkan bahu, Crys kembali ke pekerjaannya "lumayan" gumamnya kemudian dan mereka pun mengerjakan tugas masing-masing dalam diam
Mading terasa penuh oleh para murid, gemuruh keributan dan percakapan para siswi terdengar. Antrian panjang hingga menutupi lorong kelas hanya demi untuk melihat hasil test
"Crys aku lolos gak?" Tanya Rhyne bersemangat. Crys hanya menoleh sebentar dan mengendikkan bahu acuh membuat Rhyne mendengus sebal. "Aku ke mading dulu, kau duluan aja ke kelas" tambahnya dan berlalu pergi
Mengendikkan bahu, Crys pun melanjutkan perjalanannya ke kelas. Dia pun duduk dan merebahkan kepalanya di meja dengan beralaskan tangan, mengingat mimpinya semalam
Di sekeliling Crys hanya dapat melihat hutan dan hutan, tetapi jauh dua meter di depannya ada sebuah sungai dan itu adalah sungai yang pernah ia mimpikan. Ragu, Crys berjalan mendekati sungai itu dan memainkan airnya
"Sejuk" gumamnya sambil tersenyum. Di beranikannya duduk di tepi sungai dengan kaki menjuntai terendam air
"Kau kembali lagi Putri"
Mendongak, Crys melihat pria yang sama dengan dimimpinya yang lalu. Tetapi dahinya megernyit saat benar-benar sadar dengan pria itu. "Darren?" Gumamnya tak percaya
Mengacuhkan, pria itu ikut duduk bersila di samping Crys. Tentu ia tidak mau mati sia-sia hanya karena menyentuh air suci itu "kau sudah bisa mengendalikan kekuatanmu?" Tanyanya sambi memperhatikan kaki dan wajah Crys bergantian
"Umb... aku rasa belum" gumam Crys ragu. Ia mengalihkan pandangan ke tengah sungai, menghindari tatap mata dengan Darren "Siapa namamu?" Lanjutnya ingin memastikan, apakah itu memang Darren atau bukan
"Darren Oelwein Shine"
Tersentak, Crys menperhatikan setiap inci dari pria di sampingnya. Matanya, rambutnya, tubuhnya, hidungnya, bibirnya, dan bahkan wajahnya pun sama. Dari mana dia tau? Tentu saja, karena selama seminggu ini pria itu selalu bersamanya
"Apa maumu" cepat Crys menalihkan pandangan ke depan lagi saat pria itu menoleh
"Datanglah ke Academy Putri"
Mengernyit, Crys tetap berusaha tenang. "Apa yang akan aku dapatkan?"
"Bukan yang akan kau dapatkan, tapi memang itu sudah tugasmu menjadi Putri terhormat" menghela nafas, pria itu segera melanjutkan "aku hanya bisa bertemu denganmu dalam mimpi, dan tugasku adalah menemukan dan mengajakmu kembali ke Academy. Raja dan Ratu pasti akan senang akan hal itu"
Menoleh, terkejut tentu saja. Dahinya mengernyit bingung, bukankah sepasang suami istri itu sudah tewas?
"Tidak Putri, mereka masih hidup. Begitu juga denganmu. Hanya saja, aku tak dapat bertemu dan menjagamu di dunia luar. Sayangnya kita belum pernah bertemu. Aku sempat berfikir gadis di pantai itu adalah kau, tetapi aku tak pernah bertemu dengannya lagi walau setiap senja menunggunya di sana" pria itu pun menoleh, menatap lembut "jadi Putri, bisakah kau menemuiku di dunia nyata? Agar aku bisa menjagamu. Aku tau gadis di pantai itu adalah kau, jadi datanglah esok senja di pantai itu lagi agar aku bisa meneruskan tugasku sebagai penjaga sungai suci ini"
"Crys!!!"
Terkejut, sontak gadis manis bersurai Peach itu pun berdiri. Di dapatinya Rhyne yang berlari ke arahnya
"Aku lolos!" Teriak nya riang dan di balas senyum dan kegembiraan oleh Crys juga
"Setidaknya aku tetap akan bersama sahabatku. Ah, aku akan menemuinya senja ini" ucapnya dalam hati di balik senyum bahagia
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Academy (End)
FantasyRank: #1 sihir #5 petualang 13/11/2018 #4 teka-teki 04/12/2018 Seorang gadis yang hanya dari klan terendah, ternyata seorang Putri dari kerajaan terkuat. Gadis manis yang selalu ceria, dan pandai dalam segala hal itu bahkan tak menyangka kalau dia a...