Air Tiga Warna

8.4K 464 6
                                    

Crys membuka matanya perlahan, ia mengerjap-ngerjapkan matanya hanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina.

"Kau sudah sadar" ucap gadis yang ada di sampingnya

"Rhyne" gumam Crys pelan. Yups, nama sahabatnya adalah Rhyne Foyer Foxs. Gadis yang hampir sebanding kecantikannya dengan Crys dengan rambut hitam dan mata abu-abunya.
"aku di mana?" Tambahnya sambil menyapukan pandangannya

"Rumah" jawab Rhyne "kau tak sadarkan diri cukup lama" tambahnya sambil memberikan segelas air

Crys berusaha untuk duduk, dan menerima gelas itu "Thanks" ucapnya dan di balas anggukan Rhyne

Kriet...

Terdengar pintu terbuka, membuat kedua gadis itu mengalihkan pandangannya
Terlihat wanita paruh baya yang membawa makanan di atas nampan

Crys tersenyum dan bergumam "mom"

"Hai nyonya Shain"

"Oh, hai Ms.Foxs"

"Crys, aku pulang dulu. Kau banyak-banyaklah beristirahat" ucap Rhyne sambil memberikan senyumannya pada Crys

"Terimakasih banyak Ms.Foxs" sahut ibu Crys dan di balas anggukan oleh Rhyne

"Permisi tante" ucap Rhyne lalu keluar dari kamar Crys

"Mom" gumam Crys, ibunya meletakkan nampan di meja dan duduk di bibir kasur.

"Mom senang kamu sudah sadar" jeda beberapa detik karna wanita itu menghela nafas "mom sangat khawatir" lanjutnya dan memeluk anak gadisnya

"Aku baik-baik saja mom" ibu gadis itu pun melepas pelukannya dan menatap manik mata anaknya

"Kalau begitu makanlah dulu" Crys mengangguk sebagai jawaban dan ia pun memakan makanan yang di bawa ibunya.

*****

Dua hari berlalu semenjak bangunnya Crys tetapi ia masih belum di izinkan oleh ibunya untuk bersekolah.
Bahkan ia tak di beri tahu oleh keluarga maupun temannya bahwa dia tak sadarkan diri cukup lama.

"Ayolah Crys. Aku minta ma'af" ucap Rhyne memohon karna Crys mendiamkannya semenjak dia tahu kenyataan itu

"Kenapa kau tak bilang kalau aku tak sekolah selama itu?!" Jawab Crys tanpa memandang Rhyne

"M...ma'af" gumam Rhyne sambil menunduk "ibumu melarangku untuk memberi tahumu" lanjutnya

"Mom?" Gumam Crys tak percaya, dia memandang sahabatnya itu yang masih tertunduk.

"Iya" jawab Rhyne sambil mengangguk

Crys pasrah. Ia pun menghela nafas pelan "lain kali beri tahu aku apa pun!" Tukasnya

Rhyne memadang Crys tak percaya "baik!" Jawabnya antusias

"Bagaimana? Bagaimana bisa aku tak sadarkan diri selama seminggu. Apa aku punya penyakit, tapi apa penyakitku?" Pikir Crys

"Aku harus cari tahu" ucap nya pelan. Lonceng pun berbunyi dan guru pun masuk ke dalam kelas

"Dimana ini?" Gumam Crys sambil memandang sekelilingnya. Kakinya terus melangkah tanpa tahu arah,

Dari kejauhan ia melihat sebuah air terjun yang sangat indah. Ia pun berlari untuk menghampirinya

"Wuahhh.... indahnya...." ucapnya kagum, di pandanginya sekeliling air terjun itu.
Kakinya melangkah mendekati aliran sungainya. Dahinya berkerut heran melihat air sungai yang berwarna warni. Tangannya terulur untuk merasakan kesejukannya

"Hei!"

Crys berbalik, memandangi orang yang memanggilnya

"Jangan sentuh air itu" ucap orang itu sambil berjalan mendekatinya

"S-siapa kau?" Tanya Crys saat orang itu berhenti tepat satu langkah di depannya

Orang itu tak menjawab, ia pun membuka jubahnya. Nampaklah seorang pria dengan rambut biru dan bola mata biru pula. "Aku orang yang menjaga hutan ini"

"Hutan?" Crys sangat bingung bagaimana tiba tiba ia ada di hutan

"Iya, bagaimana kau ada di sini"

"Emb, aku... tak tahu" jawab Crys jujur

Pria itu pun mengangkat sebelah alisnya, mencari kebohongan pada gadis yang ada depannya. "Kau jangan sentuh air ini" ucap pria itu sambil berjalan mendekati pinggiran sungai.

Crys berbalik menatap punggung bidang pria itu "k...kenapa?"

"Hanya yang berhak yang dapat menyentuhnya" jawab pria itu tanpa berbalik

"Yang berhak?" Gumam Crys bingung

"Iya" laki-laki itu pun berbalik dan memandang Crys "apa kau tidak melihat warna airnya?" Tambahnya sambil menunjuk air yang mengalir

"Pink, orenz, merah" gumam Crys

"MS.SHAIN!"

Crys terbelalak dan langsung memandang orang yang memanggilnya "i-iya" jawab Crys gugup. Satu kelas memandang ke arahnya

"Jika anda tidak berniat mengikuti pelajaran saya. Anda dapat keluar dari kelas ini"

"M-ma'af" ucapnya terbata. Pandangannya menunduk menandakan penyesalan

Tak lama bel istirahat pun berbunyi dan para guru keluar dari setiap kelas di ikuti oleh murid-muridnya

"Are you okay Crys?" Crys menoleh, memendang Rhyne yang ada di sebelahnya dan mengangguk

"Kenapa kau melamun saat pelajaran?" Tanya nya

"Aku tidak melamun" elak Crys, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain

"Ayolah Crys, aku tahu kau melamun" Crys kembali menatap sahabatnya dan menghela nafas kasar "katakan ada apa"

"Aku mimpi buruk" jawab Crys sekenanya. Ia tidak mungkin memberi tahu tentang air sungai tiga warna itu beserta kenyataannya

Rhyne tertawa mendengar jawaban dari Crys dan itu sukses membuat Crys kesal "kau lu....cu" ucapnya di sela tawanya. Crys tak menggubris ucapan sahabatnya, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Gak ada yang lucu!" Tukas Crys kesal

"Ayolah Crys, itu hanya mimpi. Kau tak perlu mencemaskannya" Crys memandang sahabatnya dan meminta dukungan "itu hanya bunga tidur. Okay" lanjut sahabatnya.

Crys hanya mengangguk menanggapinya. Lagi pula siapa yang bermimpi, kalau memang mimpi kejadian itu seperti nyata bahkan sangat nyata.

Air tiga warna, laki-laki itu dan......... "ah sudahlah" gumam Crys akhir nya. Dia sangat bingung, benar-benar bingung

*****
****
***
**
*
.
.
.
.
.

Magic Academy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang