"Crys kau bisa tolong aku sebentar!" Ucap Darren tanpa memandang gadis itu "tolong ambilkan pulpen di dalam lemari" tambahnya dan membuka lebar gulungan kertas di tangannya
Gadis itu pun beranjak dan mencari pulpen di lemari, setelah ketemu ia pun memberikannya pada pria itu.
Darren menatap dua pulpen berbeda secara bergantian, kemudian memandang orang yang memberikannya secara bergantian. Mereka bertiga pun saling tatap "umb, aku akan ke dapur dulu" ucap Crys menurunkan tangannya dan berbalik
"Aku perlu pulpennya Crys" halang Darren membuat gadis itu kembali menatapnya. Dia pun tersenyum manis dan memberikan pulpen itu sekali lagi "Thanks" ucap pria itu dan tersenyum
"Ekhem!" Keduanya menoleh saat mendengar deheman keras mengintreruksi itu, dan di tatapnya si pelaku dengan acuh
"Aku akan ke dapur" ucap Crys dan berlalu pergi meninggalkan keduanya
"Jadi pulpennya gak perlu nih?" Tanya gadis itu sambil menaikkan sebelah alisnya
"No. Thanks" ucap Darren dan kembali fokus pada lembar kertasnya
"Bisakah kau tidak memanggilnya dengan panggilan tadi?" Tanya gadis itu
"Kenapa?" Tanya balik Darren tanpa menoleh
Menghela nafas, gadis itu mengutuk pria di depannya dengan semua kutukan "nama kami sama" tukasnya malas
"Oh" singkat dan datar, hanya itu jawaban dari pria di depannya
"Bisa kau panggil dia dengan nama lain. Umb, Cry misalnya" tanyanya di akhiri dengan cemoohan dan kekehan
Menoleh, Darren menatap gadis di sampingnya cepat "dia itu kakakmu, hormati dia" peringatnya
Mengendikkan bahu, gadis itu memutar bola mata acuh "lalu"
"Aku akan memanggilmu Liana" tukas pria itu dan kembali berkutat pada kertasnya
"What!? Kenapa namaku yang di ubah?" Tanya gadis itu tak terima
"Memang kenapa?" Ucap pria itu tanpa menoleh
Mengeram, gadis itu mengepalkan kedua tangannya dan memutar tubuh pria di depannya kasar hingga menatapnya "tak ada yang boleh mengubah namaku!" Tukasnya tajam
Darren memandang gadis di depannya acuh, ia pun mengendikkan bahu dan kembali berkutat pada pekerjaannya "begitu juga dengannya"
Sebelum gadis itu sempat menjawab, Crys telah datang dengan membawa tiga gelas hot coco. "Apa sudah selesai?" Tanyanya setelah meletakkan nampan di atas meja dan menghampiri Darren
Menggeleng, pria itu tetap fokus pada pekerjaannya "belum" jawabnya singkat
"Sebenarnya apa yang kau kerjakan?" Tanya gadis manis yang berstatus sebagai adik Crys itu dengan malas
"Menyusun rencana" jawab pria itu datar membuat Crys mengernyit
"Bagaimana kita menjalankan rencana itu sedangkan kita tidak tahu siapa pelakunya" tukas gadis itu pongah membuat semua diam dan menghentikan aktifitasnya
"Umb, sebenarnya aku pernah mengetahui sesuatu" ucap Crys ragu memecahkan keheningan "aku terkadang merasa aneh sendiri, aku seperti bukan diriku dan mengetahui banyak hal" tambahnya saat mendapat tatapan kedua orang di depannya
"Liana benar" ucap Darren membuat gadis itu mengeram tak terima sedangkan Crys hanya mengernyit bingung menatap keduanya bergantian "kita tidak tahu siapa pelakunya. Jadi apa benar kau tahu?" lanjutnya tanpa peduli tatapan dua gadis di depannya
"Aku tahu, tapi aku masih ragu" sambung Crys
"Benarkah!" Tukas gadis yang di panggil Liana itu "jika kau tahu kenapa tak memberi tahu dari tadi?" Tanyanya marah
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Academy (End)
FantasyRank: #1 sihir #5 petualang 13/11/2018 #4 teka-teki 04/12/2018 Seorang gadis yang hanya dari klan terendah, ternyata seorang Putri dari kerajaan terkuat. Gadis manis yang selalu ceria, dan pandai dalam segala hal itu bahkan tak menyangka kalau dia a...