Terbangun

3.9K 311 8
                                    

Crys berjengit dan terduduk dari tidurnya. Peluh keluar dari seluruh tubuhnya, jantungnya berpacu lebih cepat.
Bagaimana tidak, dia baru saja bermimpi aneh. Dan itu terasa sangat nyata. Rasa sakitnya dan kasih sayangnya pada Raja dan Ratu itu. Serta? Dahinya mengernyit bingung saat sang Raja mengatakan adik

Dia memiliki adik, bukankah dia anak sematawayang. Dengan cepat kepalanya menggeleng, menepis segala pemikiran yang ada di kepalanya. "Itu hanya mimpi!" Tukasnya meyakinkan

Di pandanginya sekeliling dengan bingung. "Ini dimana?" Gumamnya pelan. Ruangan itu sangat asing baginya. Dengan cat biru dan gambar galaksi di langit-lagit kamar.

Perlahan ia turun dari kasur dan tubuhnya limbung seketika saat dia berusaha berdiri. Dia pun berpegangan pada meja kecil di samping kasur dan tanpa sengaja gelas di meja itu terjatuh

"Ah..." keluhnya pelan saat pecahan kaca itu mengenai kakinya

Brak!!!

"Crys kau tidak apa?" Crys terkejut dengan pintu yang terbuka dengan kasar dan telihatlah Darren berlari mendekat ke arahnya dengan wajah cemas dan itu membuat Crys mengernyit bingung

"Aduh!" Keluhnya lagi saat pecahan kaca itu ia injak kembali dan tubuhnya pun limbung kembali. Matanya berembun menahan tangis karena rasa sakit itu. Merasa akan jatuh dia pun memejamkan matanya

"Kau tidak apa?" Crys bingung, tubuhnya tak terasa sakit sama sekali. Perlahan ia membuka matanya dan terkejut karena dia dan Darren berjarak sangat dekat. Pandangan mereka bertemu dan dengan cepat Crys memutuskan pandangan dan berusaha berdiri kembali

"Ah" keluhnya lagi karena tak sadar bahwa kakinya sedang terluka

"Hati-hati" nasehat Darren dan Crys hanya dapat mengangguk. Perlahan ia mulai duduk di tepi ranjang dengan menggigit bibir bawahnya menahan sakit "kanapa kau sangat ceroboh?" Tanya pria itu yang telah berjongkok di depannya

Crys memandang Darren yang sedang membuka lemari kecil di meja kecil itu, dan segera mengobati lukanya "sssshh" desisnya menahan sakit

"Apa sakit?" Tanya pria itu menatap Crys sejenak dan gadis itu hanya mengangguk "bagaimana kau bisa pingsan di taman?" Tanya pria itu mengalihkan rasa sakitnya

Crys mengernyit bingung, pikirannya berusaha mengingat peristiwa saat dia ke taman belakang dan masuk ke dalam pohon di taman itu. Tubuhnya berjengit dan seketika itu juga rasa nyeri muncul di kakinya

"Diam lah, aku sedang mengambil pecahan kaca di kakimu" tukas Darren memandangnya

"Ma'af" gumamnya merasa bersalah dan pria itu tak menjawab, dia hanya kembali mengobatinya

"Darren" panggilnya saat pria itu telah memberi perban di kakinya. Si pria tak langsung menjawab, ia pun berdiri dan bergumam sambil menatap Crys. Membuat gadis itu salah tingkah "Thanks" tambahnya dan pria itu mengangguk

"Kau belum menjawab pertanyaanku" tukas pria itu dan mengembalikan kotak perobatan di tempatnya semula. Dan Crys hanya memandanginya hingga duduk di sampingnya. "Kenapa kau pingsan di taman?" Tambahnya sambil menatap lembut gadis itu

Crys bingung harus mengatakan apa. Dia tidak akan memberitahu apa yang terjadi. Dan belum tentu juga yang terjadi itu nyata dan hanya mimpi. Bisa sajakan dia tertidur di bawah pohon dan bermimpi hal buruk itu? "Aku tidak tahu" jawabnya tak sepenuhnya berbohong "bagaimana aku bisa ada di taman, bukannya aku di kelas bersama Rhyne" tambahnya bingung, terlebih pada dirinya sendiri

Mengernyit, Darren menatap gadis itu lekat-lekat hingga membuatnya menaikkan kedua alisnya. "Rhyne bersama kami saat kau menghilang, dia bilang kau pergi entah kemana" ucapnya

Raut wajah Crys berubah. Dia bingung dan sekarang makin bingung lagi. Apa yang sebenarnya terjadi. Tentang mimpinya itu apakah sebuah mimpi atau sebuah kenyataan. Tapi jika nyata kenapa dia harus terbangun dari memejamkan mata?
"Berapa lama aku pingsan?" Tanyanya spontan sambil menatap pria di sampingnya lekat-lekat

Menaikkan alis, Darren memandang gadia di depannya aneh "emb, seminggu mungkin. Atau lebih" jawabnya enteng

"Apa!!!" Crys benar-benar tak menyangka kalau dia telah pingsan selama itu. Jangan-jangan itu semua hanya mimpi dan bukan kenyataan seperti yang ia pikirkan "Benarkah, m-maksudku bagaimana bisa?" Tanyanya berusaha menyembunyikan keterkejutannya

Mengendikkan bahu, pria itu hanya bergumam acuh. Membuat Crys harus membaca fikirannya, apakah pria di depannya itu berbohong atau tidak
"Auh" keluh pria itu spontan saat tiba-tiba Crys memukul lengannya cukup keras

"Aku bertanya serius!" Tukas gadis itu kesal membuatnya terlihat terkekeh geli

"Tidak. Kau tidak pingsan tapi aku menemukanmu saat pingsan" ucap pria itu ambigu "emb begitulah" sambungnya saat melihat kerutan di dahi gadis itu

"Aku tidak pingsan tapi kau menemukanku saat pingsan?" ucap gadis itu meralat dan di angguki olehnya "jadi kapan kau menemukanku, dan di mana?" Lanjutnya menatap pria itu lekat-lekat

"Kemarin malam di taman belakang Academy" jawabnya setelah berusaha mengingat-ingat

"Dan....?" Ucap Crys menunggu penjelasan lebih lanjut. Pria ini! Geramnya

"Kau menghilang selama seminggu dan Rhyne panik akan itu. Setelah menemukanmu aku tak membawamu ke kamarmu melainkan membawamu ke mansionku" lanjutnya

"Apa, seminggu?" Ulangnya memastikan dan pria itu pun mengangguk "kenapa kau tak membawaku ke kamarku saja" tukasnya tak terima. Enak saja dia membawanya ke mansionnya, apa haknya

"Aku tak tak mau ada gosip tentang kita. Terlebih kau dan Rhyne suka di ganggu oleh Carroll dan teman-temannya" jawab pria itu enteng sambil mengendikkan bahu

Crys diam untuk berfikir sejenak. Dalam hati ia membenarkan apa yang di katakan pria itu "Terimakasih" ucapnya kemudian dan pria itu hanya mengangguk

Beranjak, pria itu menatap sosok di depannya sebentar "bersihkan dirimu dan segeralah turun ke meja makan" ucapnya datar dan berlalu pergi

Crys melongo mendengar penuturan itu, apakah tubuhnya kotor dan bau? Dia pun beralih menatap tubuhnya sendiri dan alangkah terkejutnya dia atas apa yang ia lihat. Bercak darah kering nampak terlihat di seragamnya. Seketika tangannya mengepal dan dia pun tersadar bahwa ada sesuatu di genggamannya. Ia pun membuka sebelah tangannya itu dan melihat sebuah liontin di sana.
Penasaran ia meraih liontin itu dan melihat isinya. Di dalam liontin itu ada dua anak perempuan sekitar berumur 5 tahun. Tanpa sadar kedua ujung bibirnya terangkat, membuat sebuah senyuman

"Aku merindukanmu" gumamnya tanpa sadar

*****

Hai semua...
Crys belum mati ya. Dia masih hidup.hehe

Jangan lupa tinggalin jejak dengan vote ★ dan comment ¤
Karena keduanya sangat membantu dan buat aku semangat nulis

Okey next aja ya...

Salam manis
- Nur Alviani ;-)

Magic Academy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang