Bertemu

3.7K 277 7
                                    

Huh, ternyata PBAK itu menguras tenaga...
Saya seharian full tidur waktu sampai di rumah, jadi baru sempat ngelanjut ceritanya hari ini
Jangan lupa votenya ya, saya sempatin buat nulis jadi tolong di hargai #piisss

Happy Reading.....

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Crys berjalan bolak balik di dalam kamar sendirian, hatinya tak tenang dan gelisah.
Bagaimana tidak, waktu telah menunjukkan tengah malam tapi Darren tak kunjung pulang. Eits, jangan salah sangka dulu. Bukan apa, masalahnya adalah pria itu telah berjanji akan kembali dan menemuinya secepatnya. Sedangkan ia telah menunggu berjam-jam, tapi pria itu tak kunjung datang juga

Sesekali Crys melirik jam dinding yang ada di atas ranjangnya. Raut wajahnya gelisah, takut hal buruk terjadi pada pria itu "kemana dia" gumamnya pada diri sendiri, kedua jarinya ia tautkan untuk menyalurkan kegelisahan

Di tatapnya daun pintu dan menimang-nimang. Dia pun berjalan mendekat dengan takut. Perlahan ia raih gagang pintu itu kemudian menghela nafas berat. Pelan tapi pasti ia mulai membuka daun pintu itu, perlahan kepalanya menyembul keluar untuk mengintip keadaan

Duarrr!!!

Seketika ia terkejut dan kembali menutup pintu rapat-rapat. Tangan kirinya ia gunakan untuk memegang dadanya yang kini tengah berdetak dengan kencang. Matanya melirik kesana-kemari dengan was-was. Tubuhnya gemetar dan perlahan ia mengunci pintu itu rapat-rapat dan segera berlari ke arah ranjangnya

Dengan cepat ia bergumul dengan selimut dan menutupi seluruh tubuhnya. Dia takut, benar-benar takut. Terlebih ia sedang di mansion Darren yang besar itu sendirian, tak ada seorang pun.
Sebelumnya pria itu memang telah berpesan agar dia tetap di dalam kamar, tapi ia tak tahu alasannya

"Darren cepatlah kembali" gumamnya bagai merapal mantera. Matanya terpejam dengan erat, dan air mata sedikit demi sedikit mulai lolos dari sana "Tuhan, tolong aku!" Gumamnya takut

Brak!!!

Tiba-tiba pintu terbuka dengan paksa, membuat gadis itu berjengit kaget dan lebih mengeratkan selimutnya. "Ayah, Ibu aku sayang kalian" gumamnya takut

Terdengar langkah kaki mulai mendekat, membuat ia harus mempererat pejaman matanya "andaikan aku ada di rumah. Aku ingin di rumah, aku ingin pulang" gumamnya lagi. Matanya terus saja terpejam

langkah kaki itu semakin lama semakin mendekat dan terus mendekat hingga memegang tubuhnya yang di lapisi selimut

"Tidak! Jangan! Ja____" teriaknya ketakutan sambil memukul angin dan mata terpejam

"Crys, Crys. Ini Ibu. Crys!"

Seketika gerakannya terhenti, perlahan ia pun membuka mata dan melihat Ibunya di sana yang sedang tersenyum. Dengan cepat ia pun langsung berhambur memeluk Ibu kesayangannya itu dan menangis. Lagi.

"Bu, aku takut. Aku takut Bu...." racaunya

"Tenang sayang. Ibu di sini" ucap Ibunya menenangkan sambil membelai lembut rambut anaknya. Sedangkan Crys hanya dapat mengangguk dan menangis dalam diam "bagaimana kamu ada di kamar Ibu?" Lanjut Ibunya melerai pelukan

Crys masih diam, benar kata Ibunya. Bagaimana ia ada di rumah, bagaimana ia ada di kamar Ibunya. "Aku tidak tahu" jawabnya sambil menggeleng membuat kedua alis Ibunya terangkat

"Ya sudah, istirahatlah. Kau terlihat lelah" ucap Ibunya akhirnya dan di balas anggukan olehnya.

Tak lama Ibunya pun keluar dari kamar setelah mengecup pelan puncak kepala anaknya itu, sedangkan Crys menatap bingung pintu kamar yang telah di tutup oleh Ibunya "bagaimana aku bisa ada di sini?" Gumamnya bingung sambil memandang sekelilingnya
"Aku harus kembali!" Gumamnya sambil beranjak dari duduk nyamannya di atas kasur

"Tapi bagaimana caranya?" Gumamnya lagi dan berhenti di tengah jalan. Ia kembali bolak-balik di dalam kamar, memikirkan bagaimana harus kembali ke mansion Darren yang besar itu. Ia takut Darren khawatir akan ketiadaannya itu

"Ah peduli apa dia!" Tukasnya membuang rasa itu jauh-jauh "dia bahkan meninggalkanku sendirian di kamar itu" tambahnya dan mendudukkan diri di kasur dengan kasar dan berbaring. Pandangannya menatap langit-langit kamar dengan kedua tangannya di rentangkan di atas kasur

"Aku ingin ke mansion itu" gumamnya dan terpejam sejenak untuk menikmati kenyamanannya

Matanya melotot seketika saat membuka mata. Bagaimana tidak, bukan langit kamar yang berwarna biru yang ia lihat melainkan putih. Dengan cepat ia beranjak duduk dan memandang sekeliling "bagaimana bisa, apa aku sedang bermimpi?" Gumamnya sambil menepuk kedua pipinya pelan

Tak lama trlihat cahaya trang dari arah pintu, membuatnya harus menutup mata karena silau. Saat cahaya itu mulai menghilang muncul lah Darren di sana dengan...... "s-siapa dia?" Gumam Crys bingung saat melihat gadis di samping pria itu yang sangat mirip dengannya

Pria itu tak langsung menjawab, ia melangkah maju bebarengan dengan gadis yang ia bawa "dia, adalah Adikmu" ucap pria itu setelah berjarak semeter di depan Crys

"What!?" Pekik Crys kaget. Bagaimana tidak, bukankah ia reinkarnasi tapi kenapa umur mereka terlihat sama. Bukankah seharusnya adiknya itu lebih tua darinya karena dia masih hidup?

"Dia sama halnya dengan kita, dia tidak akan pernah tua" ucap Darren menjawab keterkejutannya

"Lalu keluarganya?" Tanya Crys

"Klan Shine tak seperti klan lainnya. Mereka punya warisan genetik dari nenek moyang mereka yang dapat memalsukan umur. Seperti kami misalnya" jelas pria itu sedangkan Crys hanya ber-oh-ria

"Dia kakakku?" Ucap gadis itu bersuara, sedangkan Darren hanya mengangguk membenarkan "dia bahkan lebih muda dariku" decihnya sinis

"Harap hormati dia, karena dia kakakmu" saran Darren

"Kau bahkan tak sesopan tadi" sinisnya, sedangkan pria itu hanya bungkam "jadi apa maksudmu mempertemukan kami?" Lanjutnya kemudian

"Tentang masalah pelik di Academy" jawab Darren penuh misteri, membuat gadis itu menaikkan kedua alisnya

"Maksudmu, tentang kekuatan yang menghilang itu?" Tanya Crys memastikan

Tersentak, Darren menatap gadis itu cepat "bagaimana kau tahu?" Bingungnya

"Aku tahu semuanya" ucap Crys bangga membuat gadis di samping Darren berdecih pelan tak suka "lalu apa yang harus kita lakukan?" Lanjutnya mengabaikan decihan adiknya. Jika gadis itu menganggap dia kakak

"Memecahkan siapa yang melakukannya" tukas pria itu mantap, sedangkan Crys mengangguk setuju dan gadis di sampingnya mendesah malas

*****

Hai para readers, ma'af lama upnya...
Tapi ini udah di lanjut, seneng kan?
Okey see you next chapter guys...

To be continue...

Magic Academy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang