"Aku pulang...." Teriak Crys sambil memasuki rumahnya, ia langsung menuju ke arah dapur untuk menemui ibunya
Wanita paruh baya itu pun tersenyum menyambut kedatangan putrinya "kau sudah pulang" ucapnya sambil mencuci tangan "ganti baju dulu, ibu sudah masak makanan kesukaanmu" lanjutnya sambil mengelus lembut puncak kepala Crys.
Crys mengangguk dan segera beranjak ke kamarnya, ia melemparkan tasnya dan langsung berkutat dengan komputernya. Jari-jarinya menari-nari di atas keyboard.
Kring....
Telepon rumah berbunyi, Crys tak mengindahkan suara itu dan tetap asyik dengan komputernya
" Crys sayang, ada temanmu mencari" teriak suara dari bawah-ibunya. "Angkat teleponnya" lanjutnya
Dengan malas Crys meraih gagang telepon tanpa niat. "Ya?" Ucapnya datar
(Hai Crys, apa kau sibuk?)
"Tidak"
(Emb, boleh kah aku menginap di tempatmu untuk beberapa hari?)
"Ya?"
(Orangtua ku akan ke luar kota. Aku malas di rumah sendiri)
"Hm"
(Thanks. Aku akan datang sore nanti. Bye)
Telepon pun terputus. Crys kembali berkutat dengan komputernya. Dahinya berkerut seketika ketika membaca sebuah data baru
"Riwayat Migie Carlton Shine. Umur 15 tahun. Masuk pada 12 januari, keluar pada 7 mei. Siswi baru hanya bersekolah di academy selama empat bulan, ia di keluarkan dan di pindahkan ke sekolah normal biasa karena dia kehilangan kekuatannya pada 6 mei. Pihak sekolah mengetahuinya satu jam setelah siswi kehilangan kekuatan"
"Maksudnya apa ini" gumam Crys bingung
" Crys ayo makan!"
Lagi-lagi suara ibunya dari bawah, membuat Crys menghentikan aktivitasnya dengan berat hati. "Ya mom" ucap Crys keras, berharap ibunya mendengarkan.
Ia beranjak dari duduknya, meninggalkan komputernya yang masih menyala dan menampilkan tulisan "hanya mata pelangi yang dapat menolong seluruh kekuatan siswa academy". Teringat akan sesuatu, Crys pun berbalik dan mematikan komputernya tanpa membaca tulisan itu
"Mom, bolehkah Rhyne menginap di sini?" Tanya Crys di sela-sela makannya
"Rhyne" gumam ibu Crys pelan, berusaha mengingat-ingat "oh, Ms.Foxs?" Tambahnya yakin
Crys mengangguk menjawab pertanyaan ibunya "orangtua nya akan keluar kota. Dia tak mau di rumah sendiri, jadi aku suruh dia menginap" jelas Crys
"Tentu sayang, bukan kah lebih baik dia di sini dari pada di rumah sendiri" ucap ibunya "itu sangat berbahaya" tambahnya. Crys hanya mengangguk dan tersenyum mendengar jawaban ibunya. Mereka pun melanjutkan makannya dalam diam.
*****
"Hei Crys, apa berita ini benar?" Tanya Rhyne saat selesai membaca data yang di temukan Crys saat pulang sekolah tadi. "Bukankah itu tiga hari yang lalu?" Tambahnya
Rhyne telah datang beberapa jam yang lalu, setelah membersihkan diri dan makan malam mereka pun memutuskan untuk membahas masalah ini.
"Mungkin" jawab Crys datar, jujur memang dia tak tahu
"Jika benar bagaimana?" Tambah Rhyne ragu
"Entahlah Rhyne. Aku tak tahu" jawabnya. Dia pun kembali mengotak-atik komputernya
"Apa ini?" Gumamnya bingung. Mendengar kebingungan sahabatnya Rhyne pun ikut menatap layar komputer
"Riwayat Sorrento Alyeska Shine, umur 19 tahun. Bersekolah di academy selama 3 tahun, keluar pada 10 mei. Diketahui lima menit setelah kehilangan kekuatannya" ucap Rhyne membaca tulisan itu
Crys memandang riwayat hidup itu di buat dan "ini satu jam yang lalu" ucapnya tak percaya
"Kira-kira apa penyebabnya?" Tanya Rhyne sambil memandang sahabatnya. Crys hanya mengendikkan bahu tak tahu. Hingga dia teringat sesuatu, membuatnya kembali fokus
"Ketemu!" Ucapnya senang
Rhyne memajukan wajahnya dan mulai membaca
"Darren Oelwein Shine
Umur: 20 tahun
Kekuatan: udara, teleport, dan teknologi
Warna mata: biru, coklat dan hitam pekatDarrell Oelwein Shine
Umur: 19 tahun
Kekuatan: air, tumbuhan, dan cahaya
Warna mata: tosca, hijau, dan kuning""Sudah ku duga" ucap nya bangga membuat dahi Rhyne berkerut "dia pasti siswa academy " tambahnya
"Bukannya Darrell memang siswa academy? "
"Aku tahu. Maksudku Darren bukan Darrell" lagi-lagi dahi Rhyne berkerut mendengar ucapan Crys
"Lalu?" Tanyanya bingung
Crys menggela nafas pelan "kau lihat nama mereka hampir sama, dari klan yang sama dan keluarga yang sama. Mereka itu kakak beradik" Rhyne menatap cengo' sahabatnya itu membuat Crys menghela nafas berat "waktu aku ke pantai, aku bertemu dengan Darren"
"Tapi Crys" potong Rhyne cepat "bukankah cahaya itu warna mata orenz?" Tanyanya
Kali ini dahi Crys yang berkerut
"Iya, pink, orenz dan merah. Apa kau tau maksudnya?" Tanya pria berambut biru itu "itu adalah kekuatan cristal, cahaya dan api" tambahnya
Lagi-lagi dia teringat dengan ucapan pria yang ada dalam mimpinya
"Crys!"
Crys terlonjak kaget dan langsung menatap Rhyne intens "apa" ucapnya kesal karena di kejutkan
Rhyne pun menghela nafas pasrah dan menggeleng pelan. "Sudah malam. Aku tidur duluan" ucapnya akhirnya. Crys hanya mengangguk menjawab ucapan Rhyne.
"Orenz cahaya. Kuning juga cahaya. Mana yang benar? Aku juga baru tahu kalau kuning itu cahaya. Sebenarnya siapa aku? Kenapa warna mataku tiga warna?" Crys terus memikirkan masalah itu hingga ia memutuskan untuk beranjak ke cerminnya. Di tatapnya dirinya di cermin, tangannya terulur untuk membuka lensa mata yang ia pasang.
Crys meletakkan kedua lensanya di meja rias, dan alangkah terkejut nya dia saat melihat warna matanya
"Ini?" Gumam Crys tak percaya dan memandang dirinya lekat-lekat. Tubuhnya berbalik menatap Rhyne yang telah pergi ke alam mimpi.
"Tak ada yang boleh tahu tentang ini" gumanya pelan dan takut. Di raihnya kedua lensa yang ia letakkan di meja, tubuhnya berjalan mendekati kasur.Dia duduk di bibir kasur dan menghela nafas untuk merilekskan diri. Di letakkannya kedua lensa itu di atas nakas dan segera menyusul Rhyne di alam mimpi
*****
****
***
**
*
.
.
.Okay guys, konflik sudah mulai masuk. Ada yang masih minat gak bacanya?
Minat atau gak author tetep bakal lanjut. Berani mulai harus berani mengakhiri bukan,
Okey next aja ya....-Nur Alviani
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Academy (End)
FantasyRank: #1 sihir #5 petualang 13/11/2018 #4 teka-teki 04/12/2018 Seorang gadis yang hanya dari klan terendah, ternyata seorang Putri dari kerajaan terkuat. Gadis manis yang selalu ceria, dan pandai dalam segala hal itu bahkan tak menyangka kalau dia a...