Twenty Eight : Warmth

1K 104 2
                                    

"Aahh! That hurts, Shawn! Be gentle!"

"S-sorry, Van. I didn't meant to.."

"Omg! I never knew it'd be this hurt! Uhhhh..."

"Shh.. I am trying to make you feel better! Stop whining."

"But it hurts!"

"Just shhhhh..."

"Shhh... shhh.. my ass! You didn't hit the chair, I did!"

"I never told you to run!"

"But you shocked me!"

"Just stop whining! I am done cleaning up your wound. Wanna put the bandage yourself?"

Yah, beginilah malam pertama kita.

Berantem.

Sebenernya ini salahnya gue sih, tapi salahnya Shawn juga, tapi ada salah guenya juga, tapi tetep salahnya Shawn juga.

Aduh, ini jadinya salah siapa ya?

Bodoamatlah!

Jadi, begini, kan. Pas gue udah beres sama ritual kamar mandi gue itu, pas gue keluar Shawn tiba-tiba udah di sebelah pintu kamar mandi aja sambil pose sexy gitu. Mana dia kagak pake baju atasan lagi.

Gue kan kaget.

Gatau dapet pencerahan dari mana, gue pun lari aja gak tentu arah sambil teriak. "Mamaaaa... mamaaaa... nooooo... mamaaaaa!"

Dan akhirnya... begitu.

Kaki gue kepentok kursi dan memar-memar agak berdarah begitu. Jadi, ya, sakit-sakit begimana gitu rasanya, ah.

Dan Shawn baru aja ngobatin kaki gue.

Hehe.

Suami gue baik, kan?

"Done. You're all set. Now get some sleep." Kata Shawn sambil beresin peralatan p3k itu.

Bilang makasih gak ya?

Bilang aja deh.

Eh, tapi jangan, ntar dia minta imbalan atau besar kepala.

Eh, dia emang kepalanya besar.

Aduh, gue gak boleh seudzon juga lagi.

Bilang aja deh.

"Shawn... thank you for.. helping me with my leg."

Dia liat ke arah gue dan senyum. "No need to thank me. That's what's husband for."

Anjir.

Doi mengklaim dirinya sendiri sebagai suami gue! Ah, gila. Gue rasanya tiba-tiba udah blushing malu-malu bagong aja ini.

Gue pun hanya senyum balik dan ngangguk. Shawn berbalik dan simpen kotak p3k itu ke tempatnya sedangkan gue berbaring di kasur, tepatnya bagian yang sebelah kiri.

Kenapa bagian sebelah kiri?

Ntahlah. Suka aja gitu. Hehe.

Lalu, pas Shawn balik dia kayak liat gue sambil senyum malu malu mau begitu. "Van, can I.. join you on bed?"

Wah, dia kok manis begitu ya pake nanya-nanya. Gue pun blushing dan angguk pelan.

Lah, masa gak boleh? Dia kan suami gue, terus meskipun kita ada kontrak, tetapi kontraknya itu bukan kontrak waktu, tapi kontrak supaya kita bisa langgeng.

Yang bikin gue deg-deg an banget itu karena dia gak pake baju atasan, cuma celana pajama gitu doang. Tapi gue coba untuk nggak gugup dan pura-pura tidur.

Rasanya aneh juga, ya?

Biasanya tidur sendiri, sekarang berdua. Berasa agak sempit aja gitu, hehe.

Nggak, deh, canda gue. Ini kasur king size kok.

"Van.." gue bisa denger Shawn manggil gue lembut, tapi gue tetep aja pura-pura tidur.

Kalau di buku-buku sama di film-film sih, biasanya si cewek atau cowoknya itu suka ngomongin hal yang rahasia gitu kalau yang satunya tidur.

Gue bisa rasain kalau tangan Shawn mulai ngelus-ngelus kepala gue sambil nyisipin helaian rambut yang nutupin wajah gue ke belakang telinga gue.

"You are so.. beautiful, baby.."  bisik Shawn yang membuat pipi gue memanas. "Thank you so much for being mine.."

Gue bisa rasain kalau dia cium kening dan pipi gue lalu pelan-pelan narik gue ke pelukannya.

Anjir.. ini enak banget.

Gak boong deh.

Tangannya terus ngusapin kepala gue dengan lembut sampai gue lama kelamaan tidur tapi gue inget sesuatu. Dia bilang maaf sebelum akhirnya gue bener-bener gak sadar.

****

Di pagi harinya gue kebangun sendirian di kamar dengan keadaan yang agak betantakan.

Buset. Gue ngerasa kayak psk, anjir!  Tidur berdua, pas bangun sendirian. Kampret, ah!

Kan rasanya dipeluk enak, tau..

Gue pun akhirnya ngelangkah ke kamar mandi dan melakukan aktivitas rutin gue di pagi hari.

Setelah beres, gue pun naik ke kasur lagi. Kalau di tv gak ada yang seru, ya gue tidur lagi aja.

Lagian Shawn gaada dan ini lagi masa cuti nikah. Lah, bodoamat dah.

Gue udah jadi nyonya boss ini. Hehe.

Kayaknya gue keluar kerja pun gapapa buat Shawn. Dia aja cari duit, gue yang ngabisin. Hehe.

Nggak deh, boong.

Gue kan mandiri dan tidak manja.

Hidup emansipasi wanita!

Jadi istri bos si gak papa, tapi jadi matre dan manjanya itu yang jangan.

Anyway, Shawn kemana? Kok gue ditinggal sendirian, sih?

Kesel ah.

Harusnya kan romantis-romantisan gitu dulu di kasur kayak pasangan nikah lainnya.

Lah, kita mah kan gak normal. Mau romantis darimana?

Jadi, sedih sendiri gue.

Shawn lo dimana sih?! Gue pites juga lu lama-lama!

"Vania.. i am back!"

Nah, kan, pas banget. Mau dipites ya?

Gue pun lirik dia yang baru masuk sambil nenteng kresek putih yang labelnya gue udah kenal banget.

Anjir, itu kan label tukang bakso 24 jam favorite gue. Ah, jadi seneng deh.

Eh, tunggu. Dia mau ngasih gue sarapan sama bakso?

Aslinya?

Ini dia yang idiot apa gue yang sok pinter sih?

"Why did you buy that?" Gue tanya bingung. Dia simpen kresek itu di meja kecil samping gue.

"Your favorite food. Brian told me."

"But that's not breakfast, you know."

"But that's food."

"But not breakfast. I love it spicy, and spicy foods are not for breakfast."

"Then dont make it spicy."

"But i want it spicy!" Gue bener bener cinta sama makan pedes. Dan kalau makan bakso tanpa pedes itu gak afdol.

"Vania, listen to me, honey. I don't want you to be sick. Don't eat it."

"Then why did you buy this anyway? Your fault!"

Kan sayang kalau baksonya gak dimakan. Mana ini baunya menggoda banget lagi. Kalian sih gak tau aja pas sebelum nikah gue makan apa-apa di pantang sama Mama.

Katanya ntar beginilah, begitulah, padahal mah sih bilang aja disuruh diet.

Pokoknya gue mau makan bakso pedes pagi ini! Cup!

****

Gaje banget ai :(

Lafff

DA BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang