"Baby shark dodo dodo dodo. Baby shark dodo dodo dodo..."
Gue menyanyikan anak-anak gue dengan riang dan mereka tersenyum lebar tanpa gigi gitu dan sesekali ketawa keras. Sekarang si kembar udah masuk 6 bulan. Hari ini pertama kali mereka makan gitu.
Banyak banget yang udah berlalu semenjak hari itu Papa tonjok Shawn. Perceraian gue dan Shawn udah kelar dengan hak asuh si kembar dua-duanya jatuh ke tangan gue.
Tapi, gue izinin Shawn untuk datang sesekali ketika dia lagi gak sibuk ngantor. Gue gak bisa menampik kalau si kembar butuh sosok Papa mereka. Gue memutuskan untuk membesarkan si kembar di Indonesia bersama orang tua gue.
Karena gak enak terus-terusan di biayain Papa dan Mama, bang Brian pun sepakat untuk memperkerjakan gue lagi di perusahaan, tapi enaknya, gue bisa kerja di rumah dan hanya datang ke kantor sesekali kalau ada hal yang penting banget.
Keluarga emang gak akan ragu untuk membantu, cuma tetep aja gak enak rasanya kalau kebanyakan bergantung gitu. Makanya, dengan kerja di rumah gini, ada suatu kepuasan tersendiri untuk gue karena gue merasa lebih kuat sebagai seorang single parent.
Shawn dan Karen baru aja berkunjung 3 hari yang lalu. Mereka main sama si kembar seharian penuh dan ambil banyak banget foto si kembar. Kayaknya si kembar poop aja mereka sambil fotoin.
Gue gak tahu Shawn bisa sesuka itu sama kamera.
Seumur ex-pernikahan gue kemarin, Shawn itu jarang banget mainin kamera HPnya kalau gak gue paksa untuk selfie bareng.
Ya, tapi gue agak seneng sih dia mau usaha untuk jadi ayah terbaik untuk si kembar. Awalnya juga Shawn agak sakit hati gitu karena gue bilang kalau si kembar ambil nama belakang keluarga gue, tapi dia akhirnya ngerti.
Untuk sekarang, gue jalanin aja dulu sih gimana enaknya. Shawn kayak sering kode-kodean gitu untuk balikan sambil minta maaf. Cuma gue lagi nyaman sama zona gue sendiri dan anak-anak gue untuk saat ini.
Lo gak bisa cuma minta maaf atas kesalahan lo dan merasa semuanya langsung baik-baik aja setelahnya.
Forgiven but not forgotten, remember?
We need time to heal.
Tapi, menurut gue sih waktu itu sebenernya bukan menyembuhkan, tapi lebih ke membuat kita terbiasa sama rasa sakitnya, sampai-sampai rasa sakit itu membuat kita mati rasa dan move on.
***
"Nonos, eat your food, honey. Don't spit it out.. Aduh! Nonoyyy, don't spill your food everywhere.."
Gue menyeka dahi gue yang penuh keringat saat memberi mereka makan malam. Mereka terlalu aktif dan suka banget bikin mamanya usap dahi.
Mereka berdua cuma nyengir gitu seneng, sedangkan gue harus pinter-pinter akalin biar mereka bisa makan. Seteleh setengah jam, akhirnya makanan mereka abis dan baju mereka udah gak karuan.
Gue pun membiarkan mereka main-main sambil baby talk gitu dulu saat gue akhirnya bisa menyantap makan malam gue sebelum akhirnya bersihin mereka gitu.
Saat gue melahap makanan gue yang berupa salmon bakar buatan Mama ini, mereka berdua malah ngeliat gue melas sambil gerak-gerakin bibir mereka gitu kayak yang belom dikasih makan 3 hari.
Gue pun menjulurkan lidah gue ke mereka dan ketawa cekikikan gitu. "Ini makanan Mama, bleeeee."kata gue jailin mereka gitu terus makan lagi.
Pandangan mereka masih fokus sama gue dan mereka tiba-tiba diem gitu, gak ngoceh lagi.
Aduh.
Kode merah!
Siap-siap ada bencana!!
3...
2..
1...
Si kembar nangis.
"Iya, iya. Nanti mama kasih salmon kalau udah ada giginya, ya? Cup cup cup. Anak ganteng.. nangisnya udahan, yuk?"
Saat mereka nangisnya gak berhenti, gue pun pangku mereka di kedua lengan gue. Nonos di kiri, Nonoj di kanan. Gue bawa mereka ke kamar dan melupakan makanan gue yang masih sisa setengah.
Gue pun berbaring di kasur dengan bantal yang agak tinggi untuk menunjang kepala gue seperti biasa sebelum akhirnya menyusui mereka.
Dan mereka langsung diem gitu.
Lah, kalau haus bilang aja, napa?
Karena baju mereka kotor, otomatis baju gue pun kotor karena badan mereka ada di atas perut dan dada gue. Bagus. Emaknya sekarang jadi bau bubur bayi dah.
Gue pun menyeka sisa-sisa air mata dari pipi mereka. "Utuk utuk.. sayang-sayangnya Mama jangan suka banyak drama. Nanti kayak papamu. Jelek, ah." Kata gue lembut terus ngusap punggung mereka.
Rambutnya Nonos sama Nonoj gue botakin 3 bulan yang lalu dan sekarang udah mulai tumbuh lagi warna coklat terang. Pipi mereka chubby gitu sama agak merona. Lucu banget dah anak gue.
Hp gue bergetar. Pas gue liat si Shawn minta video call gitu. Kita emang sering vidcall gitu belakang ini soalnya Shawn sering kangen sama si kembar.
Lah, ini dada gue masih terekspos masalahnya.
Gak mungkin gue angkat telepon dengan kondisi begini juga. Jadi, vidcallnya gue abaikan dulu. Sekitar 5 menit kemudian si kembar kenyang, barulah gue angkat panggilan vidcallnya karena Shawn itu sampai berkali-kali gitu neleponnya.
"Babies, say hi to daddy." Kata gue mengarahkan kameranya ke si kembar yang lagi guling gitu, jadi nengkurep.
"Dadadadada!"teriak Nonoj yang membuat Shawn tertawa. Hati gue menghangat melihat mereka interaksi kayak gini. Seolah-olah Shawn sama gue cuma LDR Indo-Canada, bukan cerai.
Pisah rasa pacaran, you know?
Bukan temen rasa pacar.
Setelah sekitar setengah jam gitu mereka main, si kembar mulai ngantuk. Gue pun mengarahkan kamera HPnya ke diri gue sendiri. "Shawn, I think they're sleepy. I need to get them cleaned before bed."
"Aww.. yeah. I guess so.."
Awkward.
"So..um.. See you later?"
"Vania?"Shawn panggil gue. "Yeah?"
"I miss you. Good night."
*****
Maaaaafff banget udah lama ga apdet karena gue baru pindahan ke asrama gitu. Aduhhh..
See u later, babies
KAMU SEDANG MEMBACA
DA BOSS
Roman pour Adolescents"Because life is unexpected."- VLMD Ps. Gak berpedoman pada EYD :")