Thirty Three : Re-bond

1K 95 0
                                    

    Pagi harinya, gue bangun dengan perasaan yang entah kenapa, seneng banget aja gitu. Shawn masih tidur pulas sambil meluk gue dengan posesif. Gue cuma bisa senyum sambil ngeliatin gimana rambutnya berantakan karena gue semalem dan beberapa tanda yang tanpa gue sadari gue tinggalin di leher bawah Shawn.

    Duh, jadi malu gue kalau gini.

    Keliatan banget nafsunya, kan?

    "Shawn.. You gotta work, baby." bisik gue ke telinganya Shawn. Dia cuma gerak dikit manja gitu terus tidur lagi. Lah. Ini bocah besar kebluk amat.

    Gue memutar bola mata gue dan ngelepasin lengannya gitu dari pinggang gue, tapi dia malah makin erat aja meluk guenya. Emang gue bantal lu, apa?

    "Stay. I am the boss. I'll call in sick." bisik Shawn dan gue cuma ngeliat dia kayak ironis gitu.

    Orang di luar sana cari kerja susah banget. Kalau dapet pun sebisa mungkin diperjuangin dan dipertahanin. Dia mentang-mentang udah jadi bos bisa seenaknya bilang bakal izin sakit.

      Kampret.

     "Shawn.. come on, baby.." kata gue ngerajuk gitu. Gue cuma gak mau ntar dia kebiasaan pemalesan karena gue. Gue sama sekali gak mau.

    "I like being in bed with you rather than the office." Bisik Shawn lagi kayak anak kecil pake manyun segala. "Go to office now or dont touch me until the weekend?"

    Otomatis mata Shawn langsung kebuka. Dia cemberut gitu. Gue senyum manis ke dia sambil usap-usap pipinya. "You have hundreds of people depending their lives on you..."

   "And you are one of them and I like being with you."

   "And I dont want my husband lost his company just because he likes being with me." Gue tersenyum lagi coba membujuk Shawn yang cuma cemberut gitu.

   "I won't lose my company just because one day off."

    "Consider the butterfly effect, honey."

*fyi, butterfly effect itu kayak efek jangka panjang yang akan ditimbulkan dari suatu perbuatan kecil yang kita lakuin sekarang*

      "Fine, babe. Fine. You win." Kata dia yang akhirnya bangun lalu kecup pipi gue sebelum akhirnya pergi ke kamar mandi. Gue ketawa kecil gitu ngeliat dia sambil pipi gue merona tersipu.

    Seksi banget dah suami gue.

   Aduh. Pikiran gue kudu di silent dulu.

****

    Udah sekitar 2 bulan semenjak pernikahan kita. Pangkat gue tetep staff keuangan. Gak ada perlakuan istimewa dari Shawn karna gue istrinya, tentu ini semua atas permintaan gue. Cuma gue dapet ruangan pribadi doang.

    Business is business. Family is family. We have different principles here.

    Karyawan-karyawan kantor udah mulai bersikap seperti biasa lagi sama gue, cuma mungkin sekarang jadi lebij banyak yang baik dan hormat sama gue.

   Ya, kalau gue sih gak apa-apa. Yang penting gue gak dipandang dan diperlakukan berbeda. Gue gak suka favoritisme atau pilih kasih gitu. Gue mau gue kerja, jabatan, dan gaji yang emang pantas buat kinerja gue di sini.

   Lagipula, gue juga gak mau jadi asisten pribadinya Shawn. Cukup di rumah aja gue jadi asisten pribadi plus plusnya Shawn, masa di kantor gue harus sama dia lagi?

    Menurut gue sih, ini cara yang efektif biar kita bisa membangun hubungan yang sehat. Ketika dua orang saling mencintai atau sedang mencoba untuk mencintai kayak gue dan Shawn, gak berarti kita harus kemana-mana berdua kayak Boots dan Dora.

DA BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang