Verra mengerjapkan matanya beberapa kali, pandangan yang ia lihat pertama kali adalah langit-langit kamar. Tapi,
Ini bukan kamar gue. batinnya, kemudian melihat sekeliling. Kamar Troy...
Sedetik kemudian ia membenarkan posisinya menjadi duduk dengan satu gerakan, tak peduli dengan leher dan kepalanya yang masih sakit, ia berusaha menggapai tasnya yang berada di sofa kamar ini yang letaknya kurang lebih 2 meter dari kasur,
Cklek
Baru saja Verra menapakkan kakinya di lantai yang cukup dingin, pintu kamar ini terbuka. Verra memejamkan matanya, masih trauma akan hal tadi.
"Verra!" panggil Troy semangat kemudian segera menghampiri perempuan itu. "Aku sangat khawatir, tahu! Kau mimpi apa sih? Sampai teriak-teriak dan nangis?" tanya Troy.
Verra terdiam.
"Mimpi....?" tanyanya pelan dan ragu.
Troy mengangguk.
"Mimpi." yakin Troy. "Tadi kau teriak teriak nama ku, terus menangis, kemudian menjerit kesakitan, tak jarang meringis. Ah intinya kau hampir membuat ku mati karena khawatir." jelasnya
Verra tertegun kemudian mengelus lehernya pelan, berusaha mencari luka yang seharusnya berada disana yang telah 'diciptakan' oleh Troy dan Gabriell. Namun nihil, luka tersebut seolah lenyap.
"Really?" tanya Verra ragu.
Troy mengangguk. "Memangnya..."--dia menggaruk belakang tengkuknya yang sama sekali tidak gatal--"Tadi kau mimpi apa?"
Verra meneguk air ludahnya sendiri dengan susah payah. "Gue... mimpi...." balas Verra ragu, diantara percaya dan tidak percaya. Apa benar semuanya hanya sekedar mimpi? Terasa sangat nyata. "Lo nyerang gue." lanjutnya pelan dengan suara yang sedikit bergetar
"Really? Omg, i'm so sorry.." Troy menarik Verra ke dalam dekapannya dan mengelus punggungnya pelan,
Verra masih bergetar. Tubuhnya seperti trauma pada setiap sentuhan-sentuhan Troy, bahkan berhadapan dengannya saja sudah cukup membuat nyalinya kabur entah kemana. Dan sekarang, kehangatan dari tubuh Troy seolah membuatnya nyaman dalam sekejap,
"Are you okay?" tanya Troy lembut
Verra mendongakkan wajahnya dan menatap wajah Troy, Troy menunduk agar dapat menatap bola mata milik Verra. Gadis itu mengangguk ragu kemudian tersenyum kecil, "Semuanya kerasa nyata. Gue bingung, mana yang mimpi mana yang nyata." ucapnya
Troy mengulum senyum hangat kemudian mengecup puncak kepala Verra lembut. "Inilah kenyataannya."
Verra lagi-lagi bergetar, namun kehangatan yang diberikan Troy seakan-akan menghentikan getarannya. Ia tersenyum, kemudian melingkarkan tangannya disekitar perut dan punggung Troy, singkatnya, ia membalas pelukan Troy.
Troy cukup tergelak namun, dalam sekejap ia makin mengeratkan pelukannya, raut wajahnya tampak menyatakan ada sesuatu yang ganjal,
"I'm sorry, really." ucap Troy pelan nan lembut tepat di sebelah telinga Verra.
Verra menggeleng. "Bukan salah lo, mimpi gue berasal dari imajinasi gue sendiri, lagian cuma mimpi, lupain aja." balasnya dengan kepala yang masih disandarkan ke dada bidang milik Troy
Troy saat itu juga menitikkan air matanya, dengan segera ia menghapus air matanya dengan pelan agar tidak dicurigai.
I'm trully sorry, Verra.
*
*
Flashback
"You idiot!!" maki Nash kencang setelah meninju Troy untuk yang kedua kalinya. Untuk yang kedua kalinya juga, Troy meringis kesakitan sembari memegangi tulang pipihnya yang memar
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire Love
Dla nastolatkówI love him. He loves me. I'm a human, he's a vampire. Copyright © 2014 by najuwritings #1 Vampire / #25 Fanfiction on August 5, 2014.