'Aku cinta sama kamu. Tapi aku sadar diri, aku hanya serpihan masa lalu yang mulai melebur.'
Fery menggandeng tangan Vania menuju mobilnya. Didalam mobil, Vania tampak sumringah. Disepanjang jalan Fery memperhatikan Vania dan senyumnya tak kunjung pudar.
"Senyum mulu, ngga pegel tuh pipi?" celetuk Fery mencairkan suasana yang sempat hening beberapa saat.
Vania menoleh ke Fery. "Emangnya ngga boleh?"
Fery menggaruk kepalanya dengan gusar. "Yaaa, boleh sih.. Tapi kamu keliatan tambah cantik kalo senyum terus, nanti aku makin suka lohh.."
Vania mendorong kepala Fery dengan ujung jarinya. "Sa ae lo res resan biskuit roma."
Fery terkekeh. "Ehh, kaget ngga gue tiba tiba muncul tadi?"
"Ngapain kaget, lo udah kek jelangkung.. Udah biasa," ceplos Vania.
Fery menatap sinis. "Yee, sentil nih paru parunya."
"Yee, bercanda keless mas.." ucap Vania. "Btw, kok lo bisa muncul di party nya Dhevan dah? Padahal kan kata lo, lo lagi pen basket ama anak anak." lanjut Vania.
"Iya, tadi abis basket gue kepikiran lo.. Jadi ya, gue nyusul.. Nih, gue masih make baju basket pas nyusul lo.." ucap Fery.
Vania memperhatikan pakaian yang dipakai Fery saat ini. Dan benar saja, Fery masih memaki seragam basket berwarna merah. "Pantesan, lo bau keringet." Vania menutup hidungnya dengan telapak tangannya.
Fery mengangkat lengannya dan memamerkan ketiaknya. "nehh cium bau surgahh.." Fery terkekeh.
Vania makin menutup hidungnya dengan kedua telapak tangannya. "Shitt, ketek lo bau menyan.."
Fery tertawa kemudian ia kembali fokus pada mobilnya. "Ehh makan dulu yak, gue laper.. Tadi disono ngga sempet nyibet makanan gratis."
"Terserah.."
Fery memakirkan mobilnya di pinggiran taman. Ia berjalan dengan menggandeng tangan Vania. Fery tertarik untuk makan nasi goreng di pinggiran taman.
Mereka duduk di bangku taman yang tak jauh dari gerobak tukang nasi goreng. Setelah menunggu beberapa menit, Fery mulai menyantap nasi goreng nya, sedangkan Vania meminum minuman isotonik yang ia beli di mini market.
"Van aku mau nanya." ucap Fery dengan mulut penuh dengan nasi, tak jarang nasi di mulutnya tersembur keluar.
Vania menatap sinis. "Telen dulu kali mang.."
Dengan cepat Fery mengunyah nasi di mulutnya lalu menelannya.
"Kamu rela nggak, kalo aku tinggal?"
Vania diam, ia memikirkan pertanyaan yang diajukan oleh Fery. "Ngga dungs, aku ngga rela.. Emangnya kamu mau kemana? Aku ikut ya?"
Fery tersenyum sekilas. Ia pergi mengembalikan piring nasi gorengnya, dan kembali duduk bersama Vania. Vania mengangkat sebelah alisnya. Tanda ia menunggu jawab dari Fery.
Fery menggeleng, sorot matanya tampak menyembunyikan sesuatu. Vania makin bingung.
"Kamu ngerasa bahagia gak sama aku?" ucap Fery. Matanya menyorot bintang kecil di langit yang menggelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gagal moveon
Teen Fiction[Rank] #5 in moveon [15 Mei 2018] kenapa kamu dateng lagi? Kamu gak ngerasain sakitnya hati aku saat kamu datang lagi. Aku gak bisa pindah ke lain hati disaat sayapku telah patah karenamu. Aku juga ingin bahagia. Tapi kenapa kamu dateng lagi. Aku be...